Acara pesta pertunangan yang kakek selenggarakan khusus secara besar-besaran itu awalnya berjalan lancar, namun seketika berubah menjadi sebuah kegaduhan karena munculnya seorang wanita yang mengaku sudah menjadi kekasih Devan dari masa lalu.
“Maaf…. Acara ini harus saya hentikan sesaat” Ucap wanita yang berjalan mendekat ke arah panggung. Wanita dengan penampilan glamour mendekati Devan dan Danisa. Gaun merah maroon dengan rambut brunette dan hiasan kupu-kupu mutiara menghias penampilannya. Tak lupa sepatu high heels atau sepatu dengan hak tinggi membuat wanita itu terlihat semakin sempurna.
“Saya Jihan. Saya tidak menyetujui pertunangan ini… sebab saya dan Devan adalah…… Kekasih dari masa kecil!” Ucap wanita yang ternyata bernama Jihan tersebut berbalik ke arah para tamu lalu menunjuk Devan dengan jari telunjuknya. Danisa yang mendengar hanya bisa menyunggingkan senyum acuh. Ia tau bahwa wanita yang mengaku sebagai kekasih Devan tersebut hanya cemburu belaka.
Semua terenyak seketika. Peserta yang hadir tercengang. Situasi menegang. Jihan terus melangkah ke depan. Namun tiba-tiba,
“Aaaaaaaaaaaaawww” Teriakan suara melengking terdengar nyaring memenuhi se-isi ruangan. Tangan Jihan mengeluarkan darah. Wanita tersebut mengaduh, ia meringis. Ekspresi wajahnya berubah seperti orang yang tengah kesakitan. Darah menetes-netes di lantai. Lalu seseorang dengan cekatan berjalan tergesa-gesa mendekati Jihan yang terluka. Ia memperhatikan luka yang terdapat di tangan tersebut.
“Dia-lah yang melukai Jihan! Lihatlah, dibajunya ada noda merah!” Seru Mila menunjuk tepat ke baju Danisa, wanita ini adalah teman yang datang ke pesta bersama Jihan. Danisa mengerutkan keningnya. Heran. Mengapa tiba-tiba ada noda dibajunya. Seperti noda anggur merah.
“Lihatlah wajah yang tidak berdosa itu!!! Dia berpura-pura polos!!! Dia pasti tidak mau mengakui perbuatan kotornya!!” Mila semakin menaikkan volume suara. Kini semua perhatian kembali berpusat pada Danisa. Dari kursi tamu, berbondong-bondong mereka datang untuk menyaksikan dari dekat. Banyak dari mereka yang simpati pada luka yang ada di tangan Jihan. Mereka mengelus-elus pundak wanita yang terluka itu guna menenangkan. Mereka memberikan empati.
“Hei Danisa!! Kenapa setelah melukai orang lain kamu diam saja, hah?! Kamu sengaja melakukannya kan?!!” Teriak seorang penonton menuduh.
“Iya benar. Dia sengaja!”
“Bener banget!” Riuh ricuh suara sumbang menggema memenuhi seisi ruangan.
“Dasar kamu tidak tahu malu!! Bisa-bisanya bersikap kasar!!” Tuduh yang lainnya.
“Kamu insecure dengan kecantikan Jihan kan? Karena kamu tidak secantik dia!!! Lihatlah fisik Jihan yang sempurna. Dia persis seorang model! Kamu itu apa?! Hanya orang kampung, udik dan kolot! Kamu benar-benar tidak pantas berada di panggung bersanding dengan Devan!!!” Ucapan penonton terdengar semakin kasar di telinga. Tidak hanya tentang tuduhan melukai tangan teman masa kecil Devan, kini caci maki itu merambah ke fisik. Mereka terus saja membully Danisa yang hanya bisa diam tanpa mau berurusan.
Ranti, ibu dari Devan dengan wajah yang tak ramah mendekati Danisa. Satu persatu beliau langkahkan kakinya menaiki panggung. Wanita anggun ini menampilkan wajah yang tidak senang. Wajah yang anggun itu terlihat murka.
“Danisa, ayo minta maaf pada Jihan!” Titah Ranti marah. Wajah beliau memerah menahan malu dan amarah yang membuncah.
“Ayo Danisa! Kalau berani berbuat, kamu juga harus berani bertanggung jawab!!” Desak Ranti lagi. Tapi Danisa tetap diam dan acuh. Ia tidak ingin tunduk dan meminta maaf pada sesuatu yang bukan kesalahannya. Danisa bergeming di tempat. Membuat siapa saja yang menyaksikan semakin kesal. Danisa benar-benar menjadi bulan-bulanan mereka.
“A… Aku tidak apa-apa. A..aku baik-baik saja. Danisa pasti tidak sengaja melakukannya” Ucap Jihan terbata. Ia berpura-pura mengusap mata basahnya menggunakan sebelah tangan lain yang tidak terluka. Jihan benar-benar piawai melakoni peran. Orang-orang yang hadir semakin merasa simpati padanya. Berbanding terbalik dengan Danisa, mereka memandang tunangan Devan itu dengan perasaan benci.
“Hemmm” Melihat situasi yang sudah tidak kondusif, Devan berdehem mencairkan suasana. Ia melangkah pasti mendekati tunangan nya.
“Biarkan Kami istirahat dulu” Ucap Devan dingin. Ia melakukan inisiatif merangkul Danisa, pemuda ini membantunya lepas dari tatapan-tatapan membunuh orang-orang yang hadir di acara pertunangan mereka. Devan dan Danisa pun melesat memasuki ruangan meninggalkan orang-orang yang melongo menyaksikan punggung mereka menjauh.
***
Danisa dan Devan meninggalkan acara perjamuan secara terpisah. Wanita ini menyusuri jalan dengan melangkah perlahan sambil memainkan handphone-nya. Pikirannya melayang pada peristiwa yang baru saja ia alami. Kejadian yang dianggapnya konyol dan tak berdasar itu, bisa-bisanya mereka melakukan tuduhan tanpa bukti yang nyata dan kongkret. Seperti orang tidak berpendidikan saja. Danisa tersenyum masam.
Danisa terus saja melangkah dalam pekatnya malam. Hanya sedikit penerangan dari cahaya lampu jalan dan bulan sabit di atas sana yang menemani. Gadis ini berencana akan menyetop taksi untuk pulang ke-apartemen. Rasa Lelah dan letih dirasakannya. Melakukan operasi di rumah sakit juga menghadiri pesta menghabiskan waktu seharian penuh benar-benar menguras seluruh energi yang ia miliki.
Devan yang juga tengah berkendara, seketika menghentikan laju mobilnya ketika melihat Danisa masih berada di atas trotoar berjalan seorang diri. Setelah memastikan bahwa wanita itu benar-benar Danisa, Ia pun kembali melajukan mobilnya dan mendekat ke sana. Devan menurunkan kaca yang ada di sisi sebelah kirinya.
“Naiklah ke dalam mobil!” Titah Devan dingin. Namun Danisa tidak mempedulikannya. Wanita ini masih saja sibuk memainkan handphone dan mengabaikan perintah Devan.
“Cepat naiklah!” Titah Devan lagi. Tak sabar.
“Hei.. Aku tidak memiliki banyak waktu!” Lanjut Devan angkuh.
“Danisa! Aku ingin mengatakan hal ini padamu. Aku memutuskan bahwa kita hanya membutuhkan tiga perjanjian dalam menjalani hubungan ini. Perjanjian tersebut yaitu jangan sekali-kali cari masalah, kemudian jangan membuat masalah, lalu juga jangan pernah masuk ke dalam masalah! Aku harap kamu bisa mengingat kesepakatan ini!” Lanjut Devan membeberkan keinginannya.
“Hey, apa kau tidak mendengarkanku?! Selain bisu, apa kau juga tuli?!” Tanya Devan yang merasa masih terus saja diabaikan oleh Danisa. Ia merasa marah. Wanita itu berjalan dengan tetap fokus paada handphone-nya. Devan terpaksa melajukan mobil dengan kecepatan yang sangat lambat mengikuti gerak langkah wanita yang telah menjadi tunangan-nya tersebut. Sampai tiba-tiba terlihat Danisa mengetikkan beberapa kalimat lalu memperlihatkannya pada Devan sambil berkata,
“Silahkan tinggalkan aku sendiri, jangan pernah mengganggu-ku, juga jangan bermain-main denganku!” Ucap Danisa melotot. Netra-nya dan Devan saling bertemu. Pria itu bisa melihat sorot ketegasan di sana. Devan pun terenyak tak percaya dengan apa yang Danisa lakukan. Laki-laki ini tetap bersikeraas memaksa wanita tersebut untuk naik ke dalam mobil. Bersama-sama mereka melaju menuju ke apartemen. Mobil Devan membelah pekatnya malam. Melewati pepohonan dan perempatan jalan.
***
Hi Teman-Teman, Yuk dukung terus karya Alana dengan cara LIKE KOMEN VOTE, berikan HADIAHnya. Terima Kasih ^^ Jazakumullah Khairal Jaza' ❤
IG @alana.alisha
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Rinjani
iii Dasar Si ulet sagu jihan kok pasti jahat seh nama kok Jihan 🤭🤭😄
2022-06-14
1
Hj Nurhayati
l
2022-05-17
1
Siti Jumriani
seru ceritanya
2022-04-25
1