"Gila loe. Udah ah, loe mau gak ngajarin gue belajar? Kalau gak mau yaudah" sentak Alvi yang salah tingkah.
Arfi memalingkan wajahnya, ia sedang memakai sepatunya kembali. Sembari mempertimbangkan permintaan kekasihnya.
"Tapi ada syaratnya" jawab Arfi.
Alvi menghembuskan napasnya kasar dan memutar bola matanya. Ia menolak syarat itu dan berniat untuk pergi. Sangat menyesakkan, bahkan hanya mendengar saja membuat Alvi tak ingin melanjutkan.
Baru saja dua langkah Alvi berjalan, mata Keila dan Carissa sudah terbuka lebar dihadapannya. Gadis itupun kembali mundur dan menyetujui syarat itu tanpa mendengarkan lebih dulu.
"Oke, kapan kita mulai? Sekarang?" Tanya Arfi.
"Pulang sekolah ya, dirumah gue" jawab Alvi setelah lama berpikir keras. Ia lalu pergi menghampiri Keila dan Carissa yang teriak kegirangan.
Kini giliran kedua wanita itu yang bersikap baik pada Alvi, mereka juga ingin ikut belajar bersama dengan Alvi.
"Gak boleh, ntar kalian genit lagi, cowok gue tuh" goda Alvi. Ia memang sangat nakal, suka sekali menggoda kedua temannya.
Keila dan Carissa menggerutu kesal, padahal mereka mendesak Alvi agar bisa dekat dengan Arfi. Tetapi rencana mereka tak berjalan sesuai harapan. Ketiga siswi itu memutuskan untuk pergi ke kelas karena bel masuk telah berbunyi.
Pelajaran yang membosankan, Alvi duduk memperhatikan, tetapi pikirannya tak bisa fokus pada yang disampaikan.
Trrriiiingggg......
Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid berlarian keluar kelas. Berbeda dengan Alvi yang masih enggan bangun dari duduknya.
"Dek motor loe gue bawa ya, mau jemput cewek gue" ujar Oddy yang datang memasuki kelas Alvi. Ia mendongakkan kepala adiknya yang sedang tertidur diatas meja.
"Nih anak, tidur disini, gak takut diculik setan kali ya" gerutu Falla yang juga mencoba membangunkan Alvi.
Karena berisik dan terus diganggu, akhirnya Alvi bangun dari tidurnya. Para pemuda itu tertawa keras karena air liur yang ada disekitar mulut Alvi.
Oddy menggeleng lalu merogoh tas adiknya, mencari kunci motor milik Alvi. Ia tak membawa motor karena motornya ada dibengkel. Berangkat sekolah saja ia harus naik ojek online. Dan kini, ia harus menjemput sang kekasih yang bersekolah disekolah lain.
"Gak boleh, gue pulangnya gimana?" Sentak Alvi mencoba merebut kunci motornya kembali.
"Sama Arfi, kalian kan mau belajar bareng" jawab Oddy santai. Ia dan Falla bergegas pergi meninggalkan Alvi sendiri didalam kelas. Tak lupa Falla kembali mengingatkan gadis itu agar berhati-hati karena sekolah sudah mulai sepi.
Butuh waktu lima detik untuk memahami perkataan Falla, Alvi segera berlari keluar kelas dan pergi menuju parkiran untuk bertemu Arfi. Tak lupa dirinya mengelap air liur diwajahnya dan merapikan pakaiannya. Ia tak ingin terlihat buruk saat bertemu Arfi nantinya.
"Eh, pacarnya Arfi" goda Rama ketika melihat Alvi mendekat.
"Apa lihat-lihat?" Sentak Alvi pada teman-teman Arfi yang menatapnya.
Rama terkekeh dan mencoba merapikan rambut Alvi, tetapi Arfi mencengkram tangannya dengan kasar. "Sorry bos, reflek" ujar Rana lalu menarik tangannya menjauh dari kepala Alvi.
Gadis itu merapikan rambutnya sendiri, sembari mengaca di spion motor kekasihnya. Setelah cukup lama ia mengaca, gadis itu menoleh ke arah Arfi dan tersenyum, "Udah rapi kan?"
Arfi mengangguk singkat dan meminta Alvi untuk segera naik ke atas motornya. Pasti Oddy sudah merencanakan semua ini, sebab helm Alvi sudah berada di tangan Arfi. Gadis itupun menaiki motor Arfi, lalu melingkarkan tangannya pada pinggang pemuda itu.
Alvi terkejut karena Arfi tiba-tiba saja menepis kedua tangannya. Rama dan yang lain tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan itu.
"Pegang tas gue aja" pinta Arfi. Gadis itu menurutinya, ia memegang tas Arfi dan menunjukkan jari tengah pada Rama saat motor Arfi mulai melaju pergi.
Tak ada pembicaraan, mereka sangat hening. Alvi sangat membenci keheningan ini. Ia menatap jalanan, ramai, hari juga sudah menjelang sore. Aroma makanan tercium disepanjang jalan yang mereka lewati.
"Fi, makan dulu yuk, laper nih" rengek Alvi. Ia membuat gestur ingin sembari menatap spion, agar Arfi bisa melihatnya.
Arfi menepikan motornya, di samping deretan motor lain yang terparkir. Ia meminta Alvi untuk memegang tasnya saat mereka berkeliling mencari makanan yang ingin dimakan.
"Mau makan apa?"
"Apa aja, semua juga boleh hehehe"
Mereka berdua kembali berkeliling, karena Alvi terus menolak saran Arfi. Padahal gadis itu bilang akan makan apapun, tapi nyatanya ia sangat pemilih. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk makan sate ayam.
Sambil menunggu, Alvi terus saja memainkan ponselnya. Ia cekikikan membalas setiap pesan yang masuk.
"Chatting sama siapa?"
"Teman"
"Cowok?"
"Cewek cowok. Kenapa?"
Arfi merebut ponsel ditangan Alvi, lalu menelisik setiap pesan yang masuk. Sembilan puluh persen hanya ada nama cowok disana. Arfi mengembalikan ponsel kekasihnya, lalu mulai menyantap makanannya.
Entah mengapa gadis itu tiba-tiba saja merasa tak enak. Mungkin benar status mereka karena perjanjian, tetapi, Arfi juga berhak marah bukan, sebab ia adalah kekasihnya.
Alvi mulai membuat beberapa pertanyaan, tetapi Arfi terus menjawabnya dengan singkat. Hingga ia membuka topik perbincangan yang menarik perhatian Arfi.
"Syarat nya apa Fi?"
"Pertama, kita kalau ngobrol harus pakai aku kamu"
"Apa?"
"Belum selesai, diam dulu. Kedua, gue yang bakal antar jemput loe ke sekolah. Dan terakhir, loe gak boleh nolak apapun yang gue katakan"
"What? Itu susah Fi, curang banget sih loe"
"Hanya dua puluh enam hari, gue akan ajarin loe kapanpun loe mau"
Alvi terdiam, ia mulai berpikir menimbang-nimbang penawaran tersebut. Jika dipikirkan lagi, itu adalah ikatan yang menyebalkan. Tetapi, mungkin berada di dekat Arfi bisa membawa keuntungan untuknya.
"Tapi loe gak boleh ngelarang gue buat dekat dengan siapapun. Deal?"
"Oke"
Setelah mereka selesai makan, Arfi melajukan motornya menuju rumah Alvi. Dirumah itu hanya ada mereka berdua, Arfi meminta untuk belajar di ruang tamu dan membuka pintu dengan sangat lebar.
Alvi mengeluarkan semua buku pelajaran matematikanya. Arfi mengecek buku tulis gadis itu, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Sangat berantakan dan tak rapi sama sekali.
Arfi memukul kepala kekasihnya itu dengan buku, dan meminta Alvi agar mencatat dengan rapi, bukan seperti catatan anak-anak sekolah dasar.
"Apa'an sih loe"
"Hm..."
"Iya Maaf, kamu beneran suka aku ya Fi"
Mendengar pertanyaan itu, Arfi menutup bukunya dan menatap Alvi dari dekat. Jarak mereka sangat dekat, hingga gadis itu bisa melihat jelas wajah tampan kekasihnya. Jantung Alvi kembali berdebar-debar, ia kembali menjadi salah tingkah karenanya.
Arfi menarik dirinya menjauh, ia membuka kembali bukunya dan mulai menerangkan pada Alvi. Ia juga memberi Alvi cara mudah menghafal rumus-rumus yang sulit itu.
"Aaah susah, aku gak bisa Fi" rengek Alvi yang terus saja mengeluh.
"Terus bisa kamu apa? Nyusahin orang lain?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
sabar dong, Beb...
kl ngajarin tuh yg ikhlas
sing sabar....
aaaaaaaa mo. dekat2 Arfiiii...
🤔🤥
2023-11-02
0
Edelweiss🍀
Kok aku merasa feel nya mereka ini so sweet banget yah🤭🤭
2022-03-12
3