"Ciye, gandengan mulu kayak truk" goda Falla.
Alvi segera melepaskan genggaman tangannya pada Arfi. Ia lalu membaringkan dirinya dilantai, perjalanan yang panjang itu membuat jantungnya berdebar dengan kencang.
"Makan gih, katanya laper" celetuk Oddy yang sudah menyantap nasi gorengnya.
Gadis itu beranjak dari tidurnya dan mulai makan nasi gorengnya, sembari memainkan ponselnya.
"Eh loe tadi lihat apa'an sih?" Tanya Alvi ketika mengingat alasan jantungnya berdebar kencang karena ketakutan.
"Gue tadi lihat..." jawab Arfi terpotong. Sebab Alvi tiba-tiba saja mengganti posisinya duduk sangat dekat dengan Arfi.
Para pemuda yang awalnya serius mendengarkan Arfi, tiba-tiba tertawa karena melihat Alvi yang ketakutan tanpa sebab.
Belum sempat Arfi melanjutkan ceritanya, Alvi sudah lebih dulu meminta Oddy mengantarnya pulang kerumah. Ia berdalih tiba-tiba saja hawanya menjadi sangat dingin, padahal itu karena mereka sedang berada di luar rumah.
"Ah, gak jadi deh, gue tidur dirumah Kak Oddy aja. Ntar Kak Oddy kunci rumah gue ya, gue masuk dulu" ujar Alvi kemudian berlari masuk kedalam rumah Oddy. Ia sudah tak memedulikan yang lainnya lagi. Ia segera masuk dan berbaring di kamar Oddy.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Hari Senin...
Bi Asih tengah membangunkan nona kecilnya yang masih terlelap dalam tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.
"Non, bangun" ujar Bi Asih seraya menggoyangkan tubuh Alvi.
Gadis itu berdehem dan bergerak merubah posisinya, tetapi matanya masih enggan untuk terbuka. Bi Asih keluar kamar lalu kembali dengan gayung yang berisikan air.
"Non Alvi gak bangun, Bibi siram nih ya" ancam Bi Asih.
Alvi tertawa mendengar ancaman itu, ia segera bangun dari tidurnya dan menuju kamar mandi dengan malas. Dengan cepat gadis itu bersiap, lalu melajukan motornya menuju sekolah.
Karena hari ini adalah hari Senin, tentu saja ia terlambat dan harus menunggu di depan gerbang hingga upacara usai.
Cukup lama Alvi berdiri disana, setelah gerbang dibukakan, ia masih harus berdiri lagi di depan tiang bendera sampai jam istirahat pertama. Hukuman dihari Senin memang lebih parah dari hari lainnya, sepuluh tiga kali lipat lebih melelahkan.
Setelah mengganti celana olahraga dengan rok, Alvi berdiri dan hormat pada bendera. Terik matahari yang panas membuatnya semakin merasa lelah. Ditemani oleh bising dari kelas yang sedang berolahraga.
"Jiaahh, ngapain loe disana?" Teriak Falla.
"Bacot loe" sahut Alvi kesal.
Kelas 3-1 tengah melakukan olahraga hari itu. Oddy dan teman-temannya selalu saja mencari kesempatan untuk menggoda Alvi yang sedang dihukum. Sedangkan Arfi, ia hanya menatap gadis itu datar. Selalu saja, Alvi terlihat disana setiap waktu.
Jam masih belum menunjukkan waktu istirahat pertama, tetapi Alvi sudah dipanggil oleh guru lain yang sedang mengajar di kelasnya. Bu Susy, guru matematika.
"Dengarkan saya ya. Tiga hari lagi, saat jam pelajaran saya, akan diadakan ulangan harian. Dan jika Alvi tidak ikut, ataupun tidak bisa mendapatkan nilai diatas lima puluh. Kalian semua akan saya hukum" jelas Bu Susy diiringi oleh bunyinya bel tanda istirahat.
Setelah Bu Susy keluar kelas, para murid kembali mengeluh. Mereka mengambil buku dan menarik Alvi untuk duduk. Gadis itu tentu tidak peduli, ia hendak pergi, tetapi teman-temannya sudah berdiri menghadang di depan pintu.
"Vi, ayolah, loe gak kasihan sama kita?" Tanya Keila.
Alvi mencoba mengedarkan pandangannya menatap teman sekelas mereka. Wajah putus asa yang mengenaskan. Walau Alvi ingin, tapi pelajaran matematika sangat susah baginya. Namun ia duduk dan mencoba mendengarkan apa yang teman-temannya katakan.
Hanya lima menit sebelum emosinya meledak, ia tak mengerti sama sekali dengan apa yang teman-temannya katakan. Mereka bersahutan membacakan rumus yang tidak gadis itu mengerti.
"Loe minta Kak Arfi buat ajarin aja, dia kan pintar. Pasti punya cara buat ngajarin anak bodoh kayak loe" saran Carissa.
"Gila loe ogah" jawab Alvi tanpa berpikir. Teman-temannya kembali menahan dan menatap gadis itu dengan tajam. Mereka tak akan melepaskan Alvi sebelum menyetujui saran dari Carissa.
Huft, setelah berpikir cukup lama, ia pun menyetujui saran itu. Alvi pergi menuju kelas 3-1, untuk menemui Oddy dan bukannya Arfi. Ia duduk dihadapan Oddy yang tengah mengerjakan tugas rumah.
"Kak, ajarin gue matematika" pinta Alvi secara gamblang.
"Sibuk, minta tolong cowok loe aja" sahut Oddy tak kalah cepat.
Alvi merengek pada Oddy, ia tak ingin bersama dengan Arfi apapun alasannya. Tetapi keadaan seolah memaksa dirinya untuk dekat dengan Arfi.
Gadis itu mengedarkan pandangannya, tak menemukan Arfi didalam kelas. Oddy pun menyahut dengan mengatakan jika pemuda yang sedang adiknya cari sekarang berada di kantin.
Dengan langkah yang berat, Alvi berjalan menuju kantin. Ia berdiri dan menatap sekitar, mencari sosok yang ingin ia temui.
"Ngapain loe Vi berdiri disana?" Teriak Fian.
"Gue lagi nyari Arfi, katanya dia disini" jawab Alvi yang masih celingukan. Hingga matanya menangkap salah satu sosok yang sedang mengangkat tangan ke arahnya.
Alvi tak berharap bertemu pemuda itu secepat ini, tapi Keila dan Carissa sudah memantau gadis itu. Alvi berjalan mendekat ke meja Arfi, ia lalu duduk disamping Rama, sebagai pembatas antara dirinya dan Arfi.
"Minggir Ram" ujar Arfi.
"Jangan, loe disini aja" ucap Alvi seraya menahan tangan Rama.
Arfi dan Alvi terus saja bersikukuh mengenai kepergian Rama atau tidak. Hingga mereka menjadi pusat perhatian karena pada akhirnya Rama berteriak meminta pasangan itu untuk berhenti.
Rama memutuskan untuk pergi dan pindah tempat duduk dihadapan keduanya. Kini Alvi bisa melihat wajah kekasihnya secara langsung.
"Ikut gue" pinta Arfi sebelum Alvi sempat bicara.
Pemuda itu berjalan menuju Masjid, bersama Alvi yang mengikutinya seperti ekor.
"Kok kesini sih Fi?"
"Gue mau sholat Dhuha dulu"
Alvi merasa sangat kesal, beraninya Arfi mempermainkan dirinya begitu saja. Jika saja dirinya tak membutuhkan Arfi, pasti Alvi tak akan mau menunggu nya seperti ini.
Cukup lama Arfi berada di masjid, hingga gadis itu tak kuasa menahan kantuknya. Ia pun tertidur sembari menyenderkan kepalanya di pilar Masjid.
"Hoee, Masjid itu buat sholat bukan buat tidur begoo, goblok sih lu" oceh Oddy seraya memukul kepala adik sepupunya itu.
Alvi membuka matanya perlahan, menatap Oddy yang sudah berada di depannya. Tetapi matanya malah fokus pada sosok lain yang duduk di samping Oddy.
Entah darimana datangnya rasa itu, tetapi jantung Alvi sukses berdetak dengan kencang. Sosok yang tak pernah ia lihat sebelumnya, sangat tampan dan mempesona.
"Ganteng banget anjir" gumam Alvi tanpa sadar.
"Bagus deh kalau sadar" sahut pemuda itu yang rupanya adalah Arfi.
Alvi menaruh tangannya di dada, detak jantungnya masih berdebar-debar. Ia tak bisa memalingkan pandangannya dari sana, sosok itu sangat memikat.
"Kenapa? Loe suka gue?" Celetuk Arfi. Ia kini telah berada tepat dihadapan Alvi, setelah bertukar tempat dengan Oddy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
cie. cieeeeeeeeeeee
cuittt. cuiittt...
aduh duhhhh thor...
berasa muda aqu nih....
gmn nih thor?
Help meeeeeee........
2023-11-02
0
Mukmini Salasiyanti
kak atps tersayyanggg...
baru Novel. ini nih yg buat aqu TerSmile..
kl Novel yg lain mah, lbh byk serius nya..
Alvi.. Arfi... love u polll😘🥰😍
ini msh satu A...
blm. muncul kembarannya 😁🤣😘
2023-11-02
0
Edelweiss🍀
astogeeh,, di akhir part aku dibuat melting. berasa jdi Alvi saat berhadapan Arfi sepertinya Jantungku tdk baik2 saja😂
2022-03-12
2