A - 3

Alvi tengah duduk di pos satpam, berbincang dengan Bapak satpam sambil menunggu Oddy yang tengah mengambil motornya.

"Dek, gue ada kerja kelompok. Loe pulang sendiri ya" ujar Oddy yang tiba-tiba.

"Loh kok gitu Kak? Kan gue udah nunggu lama, ah loe mah nyebelin" omel Alvi kesal.

"Gue anter" sela seseorang yang sudah berada di belakang motor Oddy.

Oddy dengan senang hati menerima tawaran itu, ia lalu segera pergi bahkan tanpa mendengar apa yang ingin Alvi katakan.

"Gue bisa pulang sendiri kok" ucap Alvi.

"Mbak Alvi ini pakai malu-malu, dianterin Mas Arfi itu anugerah Mbak" sahut salah seorang satpam.

"Anugerah darimana?" Tanya Alvi tidak percaya.

Pas Satpam itu lalu menunjukkan pada Alvi, ada begitu banyak wanita yang ingin di bonceng dan diantar pulang oleh sang idola sekolah tersebut. Tetapi Alvi, bahkan tanpa meminta, Arfi sendiri yang menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.

"Naik" ucap Arfi. Ia menatap Alvi dengan tatapan tajamnya.

"Gue bareng Rama aja deh, tuh dia datang. Hehehe" ujar Alvi lalu menghadang sepeda motor Rama.

Rama terkejut dengan kehadiran Alvi yang tiba-tiba, ia sudah mengerem tapi motornya menyenggol kaki Alvi dan membuat gadis itu terjatuh.

"Gila loe ya" teriak Rama marah.

Alvi juga terkejut, terlihat jelas dari wajah terkejutnya yang menatap Rama. Bahkan napasnya naik turun tak karuan.

"Alviii, loe gak apa-apa?" Teriak Fian berlari menghampiri gadis itu. Tanpa pikir panjang, ia memapah Alvi dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.

Sebelum Fian pergi, ia menatap Rama dan Arfi secara bergantian, lalu menunjukkan kepalan tangannya.

Fian mengantarkan Alvi untuk pulang, sesuai perintah dari Oddy. Karena Oddy khawatir, adik sepupunya itu pasti akan menolak ajakan Arfi. Sebab itu, sebelum pergi ia menghubungi Fian untuk berjaga-jaga jikalau Alvi menolak, maka Fian yang harus mengantarnya pulang.

"Banyak gaya sih loe" omel Fian di dalam mobil.

"Yaelah Yan, gue kan gak mau pulang sama cowok nyebelin itu. Si Rama sialan, beraninya dia nabrak gue" oceh Alvi tak kalah kesalnya.

Walau kesal karena mendengar perkataan Fian, gadis itu tetap berterimakasih padanya. Sebab Fian menolongnya menjauh dari Arfi.

Setelah sampai dirumah, Alvi segera masuk ke kamarnya dan berbaring diatas kasur. Hari yang melelahkan, ia bahkan terlelap dalam tidurnya tanpa mengganti pakaian.

Pukul 21:45...

Alvi baru saja selesai mandi, kini perutnya sangat lapar. Ia mengambil kunci motor dan bergegas turun kebawah.

"Mau kemana dek?" Teriak Oddy setelah mendengar suara motor dari arah rumah Alvi.

Gadis itu membiarkan motornya menyala, lalu berjalan melewati pintu yang terpasang diantara rumahnya dan Oddy. Baru saja ia berjalan selangkah melewati pintu, langkahnya kaku terhenti disana.

"Loe, cowok sialan, beraninya nabrak gue" sentak Alvi setelah tersadar jika yang ia lihat adalah Rama.

Dengan penuh amarah, gadis itu berjalan menghampiri beberapa pemuda yang sedang nongkrong di depan rumah Oddy.

"Uwaaaa" teriak Alvi terkejut ketika melihat Arfi yang keluar dari dalam rumah. Gadis itu membalikkan badannya, dan berjalan dengan cepat kembali kerumahnya. Tetapi, ia masih kalah cepat dengan Abi yang sudah menarik baju Alvi.

"Gu..gue mau matiin motor" ujar Alvi gugup.

"Gue aja yang matiin" sahut Falla berlari menghampiri motor Alvi yang menyala.

Abi menarik Alvi untuk duduk di dekat Oddy, di samping Arfi tentunya. Gadis itu memiringkan posisinya, memunggungi Arfi.

Gggrrroorrrr.....

"Anjir suara apa'an tuh?" Celetuk Fian sambil tertawa.

"Kak, gue laper, Tante masak apa?" Tanya Alvi pada Oddy.

"Loe lupa, Papa dan Mama gue kan keluar kota, kerumah Kakek. Pulangnya dua hari lagi" jelas Oddy santai. Ia kembali melanjutkan bermain game setelah menjawab pertanyaan Alvi.

Alvi menghembuskan napasnya kasar, ia lalu beranjak dari duduknya dan berjalan pergi.

"Mau kemana loe?" Tanya Raka menghentikan langkah gadis itu.

Alvi hendak pergi ke depan kompleks untuk membeli nasi goreng. Ia benar-benar merasa sangat lapar. Bukannya menemani, para pemuda itu malah meminta Alvi membelikan nasi goreng juga untuk mereka semua.

"Gue ikut" pinta Arfi.

"Gak usah, gue bisa sendiri" jawab Alvi ketus.

"Yakin loe? Ini udah malem loh, ntar ada pocong aja loe nangis" sela Raka.

Langkah Alvi terhenti, ia berlari sekuat tenaga kembali ke rumah Oddy. Ia tak takut menghadapi preman bersenjata sekalipun, tetapi jika urusannya dengan sesuatu yang tak kasat mata, Alvi akan jadi orang pertama yang lari ketakutan.

"Ahh gak jadi deh, rese banget sih. Anterin gue ke kamar Kak, gue mau pulang aja" rengek Alvi. Ia benar-benar ketakutan hingga mencengkram tangan Oddy dengan sangat erat.

Oddy mencoba menenangkan adiknya itu, sambil memarahi Raka yang mengatakan hal-hal tak masuk akal. Sudah tahu Alvi takut, masih saja dijaili.

"Sama Arfi tuh, gak akan ada yang berani ngedeketin, buruan sana, gue juga laper" ucap Oddy sembari mendorong adiknya mendekat ke arah Arfi.

Alvi menatap Arfi yang sudah berdiri dari duduknya. Dengan perasaan gelisah, ia mengikuti Arfi sambil memegangi pakaian pemuda itu. Ia juga tak lupa menendang Raka saat melewatinya.

Arfi berjalan dengan santai, sedangkan Alvi menunduk sambil terus bergumam tak karuan. Ia menciptakan suara untuk ia dengar sendiri, agar tak terlalu sepi dan membuatnya takut.

"Huft, untung disini rame" celetuk Alvi setelah sampai di depan kompleks.

"Bang, delapan bungkus ya" ucap Arfi pada penjual nasi goreng.

Pemuda itu mengajak Alvi untuk duduk ditepian trotoar, sembari menunggu pesanan mereka selesai.

"Kalian lagi pada ngapain sih? Kenapa kumpul malem-malem? Besok kan masih sekolah" celetuk Alvi mencoba membuka pembicaraan.

"Besok hari Sabtu" jawab Arfi singkat.

Alvi membuka mulutnya lebar, ia lupa jika besok adalah hari Sabtu dan sekolah mereka libur. Karena besok hari Sabtu, pasti para pemuda ini berkumpul untuk sesuatu. Biasanya mereka akan mengadakan pertandingan sepak bola atau basket antar sekolah. Hanya sekedar permainan persahabatan.

Mereka berdua kembali terdiam dan menunggu pesanan mereka selesai.

Setelah pesanan mereka selesai, jantung Alvi kembali berdetak kencang. Bagaimana tidak, ia harus kembali melewati jalanan sepi itu untuk sampai kerumah.

"Tunggu, gu..gue pegang tangan loe boleh gak?" Ucap Alvi.

"Kenapa?"

"Takut"

Arfi mengangguk, ia lalu membuka tangannya agar bisa digenggam oleh Alvi. Gadis itu menggenggam tangan Arfi dan menempel begitu dekat dengannya.

"Sial banget tau gak hari ini. Gue harus dekat sama cowok nyebelin kayak loe" gerutu Alvi kesal. Ia memang tak tahu terimakasih, padahal Arfi telah menemaninya.

"Astagfirullahaladzim, apa tuh" celetuk Arfi menghentikan jalannya.

"Astaghfirullah, Astaghfirullah, tolong hamba ya Allah" ucap Alvi tanpa tahu apa yang Arfi lihat.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

😁😆🙃🤣🤣🤣🤣🤣🤣😂😂

2023-11-02

0

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

ngakak aku thor, tak ku sangka ternyata Alvi takut sama hantu🤣🤣🤣🤣

2022-03-12

2

elveira agustina ramadhani

elveira agustina ramadhani

seru😂😂😂

2022-03-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!