Peranku Bersama Tuan Muda
Pertengahan September 2020
Hari yang paling ditunggu-tunggu dan membahagiakan ketika Aku pulang ke tanah kelahiranku, Indonesia. Tawa bahagia menyelimuti wajahku karena sebentar lagi Aku akan bertemu dengan ibu dan ayah yang sudah setahun ini tidak bertemu langsung dengan mereka. Aku sangat merindukan ibu dan ayah. Kali ini ibu dan ayah akan menjemputku di Bandara Soekarno Hatta, dan Aku sudah tidak sabar untuk memeluk erat mereka berdua.
Namaku adalah Kanaya Aurora, orang sering memanggilku dengan sebutan Naya. Umurku 22 tahun yang memiliki tinggi badan 165 cm dengan berat badan normal. Aku seorang gadis cantik dan bertubuh langsing yang nyatanya banyak lelaki yang tertarik menyukaiku.
Aku termasuk anak yang cerdas. Aku selalu mendapat juara umum di sekolah, sehingga Aku mendapatkan beasiswa kuliah di Luar Negeri, dan sekarang Aku sudah lulus kuliah dengan predikat lulusan terbaik di Universitas Stanford.
Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, ayahku bernama Harry Kusuma yang seorang pegawai swasta sedangkan ibuku bernama Mirandah yang hanya seorang ibu rumah tangga dengan kesehariannya membereskan rumah, mencuci pakaian dan memasak untuk ayah saat pulang bekerja.
Makanya Aku hanya bisa pulang satu tahun sekali karena biaya hidupku saat kuliah terbilang begitu besar, jadi Aku tidak ingin membebani ibu dan ayah. Tapi Aku bersyukur walaupun hidup berkecukupan, keluarga kami sangat harmonis dan bahagia.
Dan hari ini Aku pulang ke Indonesia membawakan mereka tropi kebanggaan untuk ibu dan ayahku, sekaligus tinggal bersama mereka kembali di Jakarta. Aku bertekad bekerja di Jakarta untuk membantu ibu dan ayah serta mewujudkan cita-citaku untuk membahagiakan mereka.
Tapi seketika harapanku musnah karena kenyataannya begitu memilukan dan menyedihkan, saat aku mendengar kabar bahwa taksi yang ditumpangi ibu dan ayah mengalami kecelakaan di jalan menuju bandara. Aku menangis sejadi-jadinya.
Dan yang sangat membuat hatiku terluka adalah setelah aku sampai di rumah sakit, Aku menerima kabar bahwa ibu dan ayah sudah meninggal di tengah perjalanan saat dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulance.
Kecelakaan itu menewaskan tiga orang yang merupakan ibu, ayah dan sopir taksi. Itu murni kecelakaan yang disebabkan oleh seorang pengemudi yang sedang mabuk menabrak taksi yang ditumpangi ibu dan ayah.
Aku sangat penasaran dengan orang pemabuk yang telah merenggut kedua orang tuaku. Aku begitu kesal dan sempat berpikir, kenapa bukan pengemudi mabuk itu saja yang mati? Kenapa harus orang-orang yang tidak bersalah yang menjadi korban? Astagfirullahal'adzim, begitu egoisnya Aku telah berkata buruk pada pengemudi mabuk itu. Padahal semua yang terjadi di dunia ini adalah kehendak yang Maha Kuasa. Tidak ada yang abadi di dunia ini.
Bayangkan saja, betapa hancurya hidupku, belum sempat Aku bertemu dan memperlihatkan tropi penghargaan prestasiku kepada ibu dan ayah serta membahagiakan mereka, tapi tiba-tiba saja mereka sudah pergi tanpa berpamitan padaku.
"Tidak, ini tidak mungkin. Ibu, Ayah tolong buka mata kalian. Lihat ini ... Naya membawa tropi untuk kalian berdua. Naya hebat, kan bisa membuat Ibu dan Ayah bangga dengan prestasi Naya?" Aku tak henti-hentinya menggoyang-goyangkan tubuh ibu dan ayah bergantian dengan memperlihatkan tropi di hadapan mereka.
Aku seperti orang gila kala itu. Dua orang perawat di ruang jenazah itu hanya melihat dengan rasa kasihan padaku.
"Ibu, Ayah tolong buka mata kalian, setidaknya sekali saja katakan sesuatu pada Naya. Naya sangat merindukan kalian. Bagaimana hidup Naya tanpa kalian? Tolong maafkan Naya, hiks... hiks...!" Aku masih saja tak percaya bahwa ibu dan ayah telah pergi. Lagi-lagi Aku tak hentinya menggoyang-goyangkan tubuh ibu dan ayah bergantian, hingga salah satu perawat menghentikan pergerakan tanganku.
"Sudah Mbak, ikhlaskan kepergian kedua orang tua, Mbak. Mereka tidak akan pernah bangkit kembali walau Mbak membangunkan mereka. Hanya do'a yang bisa Mbak lakukan sekarang dan semoga do'a Mbak sampai kepada almarhum dan alharmumah kedua orang tua, Mbak!" ucap perawat dengan menahan tubuhku yang mencoba untuk membangunkan ibu dan ayah kembali.
Aku pun sedikit tenang setelah mendengar perkataan perawat itu, hanya dia yang bisa menenangkanku, hingga aku terduduk lemas di lantai sembari menangis dan berdo'a dalam hati meratapi apa yang terjadi.
Jujur, sungguh Aku menyesali semua yang terjadi pada ibu dan ayah, jika dari awal aku tak memberikan izin pada ibu dan ayah untuk menjemputku, mungkin kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi. Tapi bagaimana pun juga Aku harus mengikhlaskan kepergian ibu dan ayah untuk selamanya.
Saat itu, Aku baru menyadari ada seorang pria memakai pakaian rapi dan berjas hitam yang sedari tadi memperhatikanku. Aku tidak tahu siapa dia dan apa tujuannya karena mungkin Aku pikir dia itu adalah orang yang hanya mengasihani Aku atas tragedi ini, jadi Aku tak peduli pada pria asing itu.
Tapi anehnya, hingga di pemakaman pun pria asing itu selalu ada bahkan kali ini dia tidak sendiri, ada tiga orang pria lain yang bersamanya membantu proses pemakaman ibu dan ayahku. Dan lagi-lagi aku tidak peduli pada mereka atau siapa pun karena kondisiku saat itu sedang berduka.
Dua hari berlalu, pukul 08.00 di pagi hari, Aku masih saja berdiam diri di rumah sambil bermalas-malasan di ranjang dengan kondisiku yang kacau, hingga Aku tak memenuhi panggilan polisi mengenai kecelakaan ibu dan ayah.
Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari rumahku. Perlahan suara ketukan pintu itu bertambah keras dan terpaksa aku bangkit dari ranjang dan merapikan pakaianku setelah itu berjalan membukakan pintu.
"Permisi, Nona!" ujar seorang pria yang sudah berdiri di hadapanku dan ternyata dia itu adalah pria yang beberapa hari lalu Aku lihat di rumah sakit dan di pemakaman ibu dan ayah.
"Kamu siapa? Bukankah kamu orang yang....," Aku bertanya pada pria itu tapi tiba-tiba perkataanku dipotong olehnya.
"Saya Niko utusan dari tuan Halim, Nona. Maaf kedatangan kami kemari mengganggu Nona," ucap pria itu lagi dengan sangat sopan.
Tak lama kemudian, datanglah empat pria lain yang semuanya memakai jas hitam sedang menuju ke arahku dengan seorang pria paruh baya yang berada paling depan mendahului mereka.
"Kanaya Aurora!" sapa pria paruh baya itu kepadaku.
Aku cukup kaget ketika pria paruh baya itu memanggil namaku. Siapa dia? Lalu kenapa dia begitu dihormati oleh semua pria yang memakai jas serba hitam itu? Semua orang-orang itu begitu sangat menyeramkan bagiku. Apa mereka seorang rentenir? Apa ibu dan ayahku mempunyai hutang sehingga mereka akan menagihnya padaku? Oh Tuhan, ini tidak mungkin.
Tapi tunggu dulu, tiba-tiba ada satu sosok pria lagi yang baru saja datang menggunakan kursi roda muncul menuju ke arahku. Dia itu pria dewasa yang sangat tampan, walau perban yang melingkar di kepalanya dengan wajahnya penuh memar dan juga luka, tapi ketampanannya masih terlihat sangat jelas di mataku. Tapi sayangnya, tatapan mata pria itu begitu tajam saat melihatku dan bercampur dengan muka seramnya.
"I am so sorry," tiba-tiba pria tampan itu mengeluarkan suaranya dengan sangat dingin ke arahku.
Sontak Aku kaget saat pria tampan itu meminta maaf padaku. Apa dia mempunyai kesalahan padaku? Tapi apa? Aku pun tak mengenalnya. Lantas siapa dia?
Lalu apa hubungannya dengan pria paruh baya itu? Siapa sebenarnya mereka semua?
Sungguh Aku takut dan sangat lelah serta tidak bisa berpikir dengan baik. Lama-kelamaan, pandangan mataku buram dan kepalaku seakan melayang.
"Ya Allah, cobaan apalagi yang kau berikan padaku?" batinku lirih.
Brukkk
Tiba-tiba Aku jatuh pingsan tak sadarkan diri di hadapan mereka yang tidak sama sekali Aku kenal.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sumini Ningsih
sedih sekali pastinya
2024-09-07
0
Lucky Lucifer
sedih😢
2023-04-14
0
Dina Sherly
critany buat nangis thor😭
2022-03-28
2