Kau Pembunuh

Perlahan Aku membuka mataku dan melihat ke arah sekitarku. Aku tersadar bahwa masih ada banyak para pria berjas hitam berada di rumahku yang mengawasiku. Aku pun bangkit duduk dari sofa di ruang tamu.

"Siapa kalian sebenarnya? Ada perlu apa kalian kemari? Apa kalian seorang rentenir? Atau kalian itu penculik? Kalian sudah lancang masuk ke dalam rumahku," tanyaku tanpa ada jeda dengan suara yang sedikit lantang.

Pria paruh baya itu mendekatiku dan mencoba untuk menenangkanku.

"Naya tenanglah, Nak. Saya adalah Halim Ahmet dan tujuan saya kesini ingin mengucapkan turut berduka cita atas kejadian yang menimpa kedua orang tuamu," tuan Halim itu dengan berani duduk di sampingku.

"Sekaligus saya ingin meminta maaf atas kecelakaan yang disebabkan oleh anak saya, Aras Ahmet!" ucap tuan Halim padaku dan setelahnya melirik pria berkusi roda dengan memperkenalkan anaknya atas pengakuan mereka tentang kecelakaan yang merenggut ibu dan ayahku.

Ternyata, pria tampan yang duduk di kursi roda itu adalah si pemabuk yang telah menyebabkan ibu dan ayahku meninggal.

Aras Ahmet merupakan anak tunggal dari Halim Ahmet. Aras Ahmet seorang CEO dan pewaris tunggal perusahaan Haras Holding co. Group. Aras adalah pria muda yang tampan dan sukses serta pengusaha terkenal juga berbakat dengan usianya 27 tahun, terkenal dengan sifatnya yang dingin, angkuh, kejam, tegas dan kepribadiannya yang sangat introvert membuat dia ditakuti oleh orang-orang disekitarnya dan bahkan seorang wanita.

Aras Ahmet selalu menjaga pola hidup yang sehat dengan rajin berolahraga sehingga mendapatkan tubuh yang begitu ideal dan sixpack. Wajah tampan berkulit eksotis serta berdarah Turki dan Indonesia dia dapat dari sang ayah, Halim Ahmet. Sedangkan berdarah Italia dia dapat dari sang ibu, Laura Bellucci yang sudah meninggal ketika Aras berusia 15 tahun.

Aku perlahan bangkit berdiri dan berjalan menuju Aras si pria tampan yang duduk di kursi roda itu lebih dekat.

"Jadi, kau yang telah membuat ibu dan ayahku meninggal? Kau si pemabuk itu, kan? Kenapa kau tidak mati saja dalam kecelakaan itu? Kenapa malah orang yang tidak bersalah seperti ibu dan ayahku yang menjadi korban, hah? Kau pembunuh ... kau seorang pembunuhhhh!!" teriakan dan makian dariku untuk si Aras itu sambil memukul-mukul kedua lengannya tiada henti.

Aras hanya menutupi wajahnya dengan kedua tangannya tanpa bersuara dan perlawanan.

"Maafkan saya, sungguh saya tidak sengaja menabraknya," bantah si Aras mencoba untuk membela dirinya, tapi Aku tak henti memukulnya.

Aku tak peduli bagaimana dia merasakan sakit atas pukulanku. Karena pukulan yang kuberikan pada si Aras itu tak sebanding dengan apa yang telah dirasakan oleh kedua orang tuaku saat menjelang ajalnya.

Namun setelah itu giliran kedua tanganku yang ditahan oleh dua orang pria berjas hitam yang merupakan pengawal pribadi tuan Halim.

Tuan Halim itu menyuruh pengawalnya untuk melepaskan tanganku, lalu tuan Halim bangkit dan mendekatiku kemudian memegang kedua pundakku sambil berkata.

"Naya, saya tahu ini berat untuk kamu tapi saya mohon tolong maafkan kesalahan anak saya," lagi-lagi tuan Halim itu membela anaknya yang jelas-jelas bersalah.

Halim Ahmet adalah pengusaha terkaya asal Turki yang mempunyai ibu berdarah Indonesia serta ayah berdarah Turki. Halim Ahmet mempunyai perusahaan ternama yaitu Haras Holding co. Group, di bidang konstruksi dan pertambangan yang berpusat di Istanbul dan beberapa cabang perusahaan yang salah satunya berada di Jakarta.

Halim Ahmet berusia 51 tahun. Sifatnya yang baik, tegas, sangat peduli pada orang yang kesusahan dan adil dalam berbuat sesuatu. Namun satu kesalahan yang dibuat Halim yaitu terpaksa membebaskan Aras dalam kasus kecelakaan yang telah menewaskan tiga orang korban. Halim sangat menyesali perbuatannya itu saking sayangnya dia pada anak semata wayangnya, Aras Ahmet.

"Memaafkan si pembunuh itu? Tidak semudah itu, Tuan. Gara-gara dia, ibu dan ayah meninggal dan saya menjadi anak yatim piatu. Dia harus dipenjara. Saya pastikan anak Tuan akan masuk penjara!" ucapku dengan lantang dan bernada ancaman yang Aku tujukan pada Aras Ahmet.

Kemudian, satu orang pria berjas hitam mendekati dan membawa tas hitam lalu dia berikan pada tuan Halim, entah apa isinya. Aku pun tidak tahu.

"Ini, sebagai permintaan maaf saya karena kelalaian anak saya atas kecelakaan itu. Saya harap kamu bisa bekerja sama dengan kami," ucap tuan Halim yang tiba-tiba menyodorkan sekaligus membuka tas hitam itu di hadapanku yang nyatanya berisi uang dalam satu tas penuh.

Aku kaget bukan main, baru kali ini Aku diperlihatkan dengan jumlah uang yang sangat banyak dan nyata Aku alami, bukan hanya di film-film. Aku terbelalak dan sedikit tergiur, tapi Aku tahu ini hanyalah tipuan, Aku tidak akan pernah termakan rayuan oleh tuan Halim itu.

"Tuan mau menyuap saya dengan uang ini? Tuan menyuruh saya untuk menutup rapat kasus kematian kedua orang tua saya? Itu tidak akan pernah terjadi, Tuannnn!" tegasku dengan keras di akhir ucapanku.

Brakkk

Aku melempar tas yang berisi uang itu agar menjauh dariku. Sontak semuanya cukup kaget karena mereka pikir, betapa bodohnya Aku menolak uang sebanyak itu.

"Pergi kalian dari sini, pergiiii ... dan jangan kembali lagi," teriakku mengusir mereka dengan menunjuk tangan ke arah pintu untuk keluar dari rumahku.

"Naya tolong pikirkan kembali, Nak!" ucap tuan Halim mencoba untuk meyakinkanku.

"Pergiiii ... saya bilang pergi dari sini," Aku mendorong tuan Halim sekuat tenaga.

Semua pasang mata tertuju padaku apalagi tatapan tajam si Aras kepadaku, karena betapa beraninya Aku mengusir orang terhormat seperti Halim Ahmet.

Hingga akhirnya mereka semua pergi dari rumahku dan membawa kembali tas yang berisi uang itu.

Aku menangis sejadi-jadinya. Bisa-bisanya tuan Halim merendahkan Aku dengan menyodorkan uang suapnya. Aku benci dia. Aku benci Aras si pembunuh itu. Aku benci mereka semua.

Keesokan harinya, Aku sudah mulai bisa melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, mulai dari menyapu, mengepel lantai dan mencuci pakaian yang berhari-hari sudah menumpuk.

Ah, begitu lelahnya. Tapi dengan melakukan aktivitas itu, Aku sedikit mulai melupakan kesedihanku tentang ibu dan ayah. Aku harus bangkit dan tersenyum kembali serta melanjutkan kehidupanku untuk masa depan. Aku mencoba tersenyum kecil sebagai awal dari hidupku tanpa ibu dan ayah. Aku harus kuat dan bertahan serta sabar menjalaninya.

Tok tok tok

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari rumahku. Aku pun bergegas menuju ke depan pintu dan perlahan membukanya.

Aku terkejut dan tak kusangka kehadiran dia membuat senyumanku sekilas memudar. Aku ingin marah dibuatnya. Padahal Aku sudah memperingatkan dengan jelas tapi kenapa masih saja dia menampakkan muka di hadapanku.

"Kau, ada apa lagi kemari"?

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Chu Antik

Chu Antik

sabar ya Nay, mereka psti akan dpt blsan yg setimpal😭

2022-03-25

0

saya dijah

saya dijah

gk pnya perasaan nih tuan halim mlh bela anakny

2021-12-28

0

saya dijah

saya dijah

😢😢😢😢

2021-12-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!