Part 05

"Nanti kita pulang sekolah bareng ya Lit?" Tanya Kak Moses setelah bel pulang berbunyi.

"Lita pulang bareng Rere Kak, hari ini dia gak dijemput, jadi kita mau pulang naik metromini saja," tolakku.

"Gimana sih Lit? kan tadi aku udah sengaja bawa dua helm juga. Masa sih kamu nolak pulang bareng aku?" tanya Kak Moses tampak kecewa.

"Maaf deh Kak, kan kemaren Lita bilang juga, ga bisa bareng kakak. Kakaknya yang maksa." kataku membela diri.

"Iya juga sih. Tapi masa sih kamu tega nolak ajakanku buat pulang bareng?" Kak Moses masih berusaha merayuku.

Aku cuma tersenyum dan berlalu dari situ, malas berdebat. Ku cari Rere yang tadi pamit ke toilet dulu. Setelah ketemu, kami sama-sama ke bawah pohon sawo, nunggu metromini.

*****

Motor Kak Moses berhenti didepan kami, dia masih merayuku untuk pulang bareng.

"Lita cantik, ayo dong pulang bareng, masa sih udah susah-susah dibawain helm dobel masih nolak sih?" rayunya.

"Hemmm... tadi pagi Kak Moses dan Lita berangkat bareng," tanya Rere.

Kami berdua mengangguk bersamaan. Rere tampak berpikir sambil aksi pegang dagu. Sungguh keliatan sok sekali.

"Berarti, yang kak Moses maksud berangkat bareng bidadari tadi pagi si Lita?" Rere masih penasaran.

"Iya tuh, emang kenapa Re?" Kak Moses balik nanya.

"Kalo Lita bidadari, berarti yang di maksud nenek lampir itu kak Naura dong?" tebak Rere.

"Hah? kok kamu bisa nebak seperti itu?" tanya Kak Moses.

"Karena tadi, Lita di labrak sama Kak Naura di kantin. Karena bareng kak Moses berangkat ke sekolahnya," kata Rere.

"Hah..?? bener gitu Lita?" Kak Moses tampak kaget.

"Ishh apa sih Re? Enggak kok Kak, Kak Naura gak melabrak. Cuma nanya doang, kenapa Lita bisa bareng Kak Moses. Gitu ajah kok." kataku.

"Gak mungkin cuma gitu. Aku tau Naura tuh gimana. Tadi pagi ajah dia marah-marah gak jelas. Pake teriak-teriak segala. Bener-bener bikin malu tuh cewek. Udah keterlaluan." Kak Moses tampak geram.

"Udah deh kak, pokoknya Lita gak mau ikut campur urusan Kak Moses sama Kak Naura. Itu urusan kalian berdua. Jangan libatin Lita, oke..."kataku.

Belum sempat Kak Moses bicara, metromini yang kami tunggu datang. Rere mengajakku naik, setelah pamitan basa-basi, kami meninggalkan Kak Moses yang masih termangu di atas motornya.

*****

Hari terakhir MOS, mulai besok aku sudah resmi menjadi murid sekolah ini, SMA Chandra Widya. Aku melangkah ke halte dengan riang, sambil menyenandungkan lagu kesukaan.

"🎼 belum pernah ada... kasih di dunia, sanggup menerima diriku apa adanya selain kasihMu... 🎼," nyanyian aku terhenti saat kulihat Kak Moses sudah ada di halte.

"Pagi Lita cantik," sapa Kak Moses sambil tersenyum kepadaku.

"Pagi juga Kak. Kalau kali ini Kakak maksa buat bareng ke sekolah, Lita ogah. Udah kapok pakai banget." Kataku kesal.

"Rencananya sih begitu. Tapi karena kamu udah nolak duluan, ya aku gak maksa." katanya.

"Ya bagus. Karena kalo Kak Moses maksa, Lita bakal teriak, biar Kak Moses dikira penculik," aku mengancam Kak Moses.

"Mana ada sih penculik imut kayak aku ini. Kan gak meyakinkan," katanya sambil tertawa.

"Ya justru imut gitu jadi gak mencurigakan kalo jadi penculik. Kata Conan sih begitu." aku masih ngeyel.

Kak Moses cuma tertawa melihat tingkahku.

"Gak kok gak maksa juga. Cuma mau nanya aja, apa kemarin Naura beneran melabrak kamu kayak kata Rere? Kalo iya, nanti aku tegur dia." Tanya Kak Moses.

"Gak kok Kak, cuma nanya aja, kenapa aku bisa berangkat bareng Kak Moses kemarin itu," jawabku.

"Kamu gak usah nutupin, kalo emang Naura melabrak kamu bilang aja. Nanti aku tegur dia. Gak enak aja akunya, kamu orang kesekian yang digituin sama Naura." Kak Moses menjelaskan.

"Santai aja Kak, gak kok. Kak Naura cuma nanya. Ehh... tuh metromini yang Lita tunggu udah datang, duluan ya Kak." aku berpamitan dan melambai ke Kak Moses. Setelah balas lambaian tanganku, Kak Moses melajukan motornya meninggalkan halte itu.

*****

Turun dari metromini, aku melihat Kak Naura duduk di motornya di depan gerbang sekolah. Sepertinya dia menunggu seseorang. Saat melewatinya aku tersenyum menyapa, tapi di acuhkan olehnya, ahh sudahlah, bodo amat...batinku.

"Pagi Re, rajin amat. Jam berapa kamu nyampai dimari?" tanyaku pada Rere.

"Jam setengah tujuh aku udah disini. Tadi bareng ayah berangkatnya, dia masuk kerjanya jam tujuh." jawab Rere.

"Oh gitu... jadi nanti pulangnya naik metro lagi? Bareng lagi ya?" Kataku.

"Nanti aku pulang jalan kaki kok, biar ngirit." kata Rere dengan raut serius.

"Hah...? yang bener. Rumahmu kan jauh, bisa gempor lho," aku gak percaya.

"Ya gak lah keles. Masa beneran jalan kaki sih, aku belom gila yaaa," kami tertawa bersama.

"Kamu gak bareng Kak Moses lagi kan Lit?" tanya Rere.

"Gak kok, tadi naik metromini, udah kapok kali saia bareng kan Moses. Tar dilabrak lagi sama bininya." aku mencoba bercanda.

"Yah gak seru deh, tar ga ada lagi drama," dasar Rere suka becanda.

*****

Kak Moses masuk kelas dengan wajah kusut lagi. Heran aja, kenapa orang itu hobi banget bermuka kusut.

"Kusut banget kak? kenapa lagi? ada masalah?" aku memberondong Kak Moses dengan pertanyaan.

"Gak tau tuh si Naura. Dia masih sewot juga. Padahal aku udah gak bareng kamu lagi kan berangkat sekolahnya?" jelas Kak Moses.

"Emang dia bilang apa Kak?" tanyaku kepo.

"Dia bilang tadi aku bonceng kamu, cuman kamu turunin di jalan, terus kamu ke sininya naik metro, biar gak ketauan kalo bareng aku. Dikira kita kurang kerjaan kali ya, kalo bener ngelakuin kayak gitu," Kak Moses garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

Aku dan Rere tertawa mendengar kata Kak Moses.

"Sebenernya, apa sih hubungan Kak Moses dan Kak Naura? kalian pacaran?" tanya Rere kepo.

"Boro-boro deh Re, kami cuma teman. Tapi jujur saja ya, dulu aku memang pernah suka sama dia, sekedar suka saja,gak sampai jatuh cinta. Gak ada niatan juga buat nembak dia," jelas Kak Moses.

"Tapi, kayaknya, Kak Naura itu naksir sama Kak Moses. Makanya dia cemburu karena Kak Moses deket sama Lita. Menurutku sih begitu." kata Rere.

"Ya bisa jadi. Tapi yang penting aku gak naksir dia. Kan aku naksir sama Lita.. Ehh...," kak Moses keceplosan.

"Ahh... Cie.. Cie...begitu toh rupanya," goda Rere.

"Iya deh, begitulah." Kak Moses pasrah.

Bel tanda masuk berdering. Menghentikan obrolan kami yang terkesan lucu. Kak Moses melanjutkan membimbing MOS hari terakhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!