Part 03

Hari pertama MOS sudah kulalui dengan lancar, kesialanku hari ini sudah berakhir. Aku melangkah menuju gerbang sekolah bersama Aurelia, atau yang biasa di panggil Rere, teman sebangkuku. Kebetulan arah pulang kami sama, meskipun aku lebih jauh.

"Pulang naik apa Re?" tanyaku.

"Tadi katanya sih mau dijemput ayah sih. Kalo kamu Lit, naik apa nih," jawabnya.

"Aku naik metromini nih, kuy lah kita tunggu di depan. Entah siapa nanti yang duluan, kamu dijemput ayahmu, atau metromini yang akan ku tumpangi lewat," ajakku.

"Kuy lah," Rere mengikuti ajakanku.

****

Kami berdua melangkah menuju pinggir jalan. Dibawah keteduhan pohon sawo dipinggir jalan, kami menanti. Ada yang jualan es dungdung. Es legendaris. Aku mengajak Rere untuk jajan es dungdung.

"Jajan es dungdung yok. Aku paleng suka rasa alpukat," ajakku bersemanggat.

"Ogah ahh, kata mama bikin batuk, kalo jajan es sembarangan di pinggir jalan," tolak Rere.

"Mana ada kayak gitu, itu mah bisa-bisanya mamamu aja, biar duitnya gak habis, karna anaknya suka jajan," aku tertawa mendengar alasannya.

"Berarti... selama ini aku dikibuli dong sama Mama?" Kata Rere sambil cemberut.

"Ya iya lah Say, abis kamu gak pinter sih," ledek ku.

"Ngatain aku bego nih?!" Tanya Rere tersinggung.

"Nggak kok, kamu pinter, cuman lebih pinter mamamu ajah timbang kamu." Kataku menggodanya, hingga Rere tambah ngambek dan mencubit lenganku.

Kami berdua segera menghampiri tukang es dungdung dan masing-masing memesan es dengan rasa kesukaan masing-masing.

"Paklek, mau yang rasa stawberry ya, pake cup, satu." Rere memesan es dungdung lebih dulu.

"Asiap Neng," paklek penjual es tersenyum girang.

"Kalo saya yang rasa alpukat Paklek." ada suara cowok yang mengucapkan kalimat yang sama denganku. Aku menoleh, ternyata Kak Moses.

"Ternyata selera kita sama ya Lit, sehati nih," Kak Moses tersenyum manis.

"Yah kalo bisa sih sepikir dan sejiwa juga dong," candaku sambil menerima es pesananku. Setelah membayar, aku dan Rere kembali ke bawah pohon sawo untuk menunggu.

*****

Kak Moses menghampiri kami setelah menerima dan membayar es pesanannya.

"Kalian berdua pulang naik metromini yang sama?" Kak Moses bertanya.

"Lita tuh yang naik metromini, kalau Rere sih dijemput kak. Ini lagi nunggu," jelas Rere.

"Ohh gitu, yaudah biar nanti Lita bareng naik metro sama aku, searah juga. Tapi kita tunggu dulu Rere dijemput ya." kata Kak Moses.

"Kok kakak tau, rumah Lita searah sama kakak?" tanya Rere kepo.

"Tadi pagi kebetulan kita semetro, jadi kakak tau, kalo Lita searah sama kakak," jelas kak Moses.

"Oh seperti itu," kata Rere setelah tahu.

*****

Tiba-tiba sebuah motor matic berhenti di depan kami. Pengendaranya ternyata Kak Naura.

"Ses, bareng yuk. Nih kamu yang bawa deh,!" Kak Naura menawari Kak Moses bareng, tapi mengabaikan aku dan Rere.

"Makasih deh Naura, aku naik metromini saja," tolak Kak Moses.

"Ayo dunk, mumpung kamu gak bawa motor. Kita bareng lah," Kak Naura masih bersikeras.

"Janganlah Naura, lagian kamu kan cuma bawa satu helm. Trus rumah aku juga lebih jauh dari rumah kamu. Takut ngerepotin." Kak Moses masih menolak.

"Gak kok, gak ngerepotin. Justru aku seneng lho, kalo kita bareng."

Sebelum kak Moses sempat menjawab, ada motor yang berhenti, rupanya ayah Rere.

"Ah, ayahku udah jemput nih. Duluan yaa semua." Rere berpamitan dan segera nangkring di boncengan ayahnya. Mereka berlalu, seraya Rere melambai ke kami.

Setelah Rere dan ayahnya berlalu, kembali Kak Naura mengajak Kak Moses bareng, Kak Moses terus menolak.

Metromini yang kutunggu muncul, aku segera melambai, agar metromini berhenti.

"Saya duluan ya kakak-kakak, itu metromini yang saya tunggu sudah datang," aku pamit pada mereka.

"Ehh.... tunggu Lit, aku bareng kamu," Kak Moses berlari kecil mengikuti aku naik metromini. Dari sudut mataku, aku melihat kak Naura kesal, terus ngebut meninggalkan tempat itu.

*****

Di dalam metromini, Kak Moses duduk disebelah aku lagi. Wajahnya keliatan kesal.

"Kenapa Kak, kok seperti lagi kesel banget gitu," tanyaku memberanikan diri.

"Keliatan banget ya kalau aku lagi kesel? Gak kok, gak kesel, cuman lagi bete aja," jawabnya sambil menggaruk kepala.

Aku cuma tersenyum melihat tingkahnya.

"Ehh Lit, di rumah kamu punya helm ga?" Tanya Kak Moses setelah kami cukup lama terdiam.

"Punya Kak, kenapa?" Tanyaku penasaran.

"Besok bawa ya, tunggu aku di halte, kita bareng. Besok aku bawa motor, itu kalo kamu mau sih," Kak Moses menawari aku berangkat sekolah bareng.

"Gak deh Kak, Lita naik metromini saja. Takut kalo bareng Kakak, nanti ada yang marah sama Lita," kataku menolak ajakannya.

"Lha kenapa? Gak mau ya dibonceng motor? La gimana, aku punyanya motor doang, itu juga butut," Kak Moses memelas.

"Ya bukan gitu juga konsepnya. Takut aja, nanti Lita di labrak Kak Naura," aku tersenyum kecut.

"Ya gak bakalan, kan aku sama Naura itu cuman temen. Dia gak ada hak buat ngatur-ngatur aku berangkat sekolah bareng siapa," kata Kak Moses.

"Tapi, sepertinya Kak Naura itu suka deh sama Kakak," aku penasaran.

"Kelihatan banget ya?" Tanya Kak Moses.

"Iyalah kelihatan. Orang bego juga tau, kalo kak Naura keliatan suka sama Kak Moses," jawabku.

"Tuh dia Lit. Sebenernya aku risih sih sama perhatian dia ke aku. Mana ngakunya pacar aku lagi. Padahal kami mah cuman sekedar teman, gak lebih," Kak Moses malah curhat.

"Ya udah, terima aja kenapa sih, Kak Naura kan juga cantik, perhatian lagi," godaku.

"Kan kamu tau Lit, sapi dan kerbau tak mungkin membajak bersama," Kak Moses berkata.

"Ehh....." Aku paham apa yang dimaksud oleh Kak Moses.

"Tuh udah nyampai, kamu turun halte depan situ kan?" Tanya Kak Moses.

"Iya Kak."

"Yawes deh, besok mau bareng ga?" Kak Moses memastikan.

"Lita naik metromini aja Kak. Sampai besok." aku pamit sambil memencet bel agar metromini berhenti.

"Sampai besok Lita," jawab Kak Moses.

*****

Pagi ini aku bangun tepat waktu, jam lima pagi. Setelah bersaat teduh, aku bersiap ke sekolah.

"Tumben bangun tanpa perlu diteriaki Lit, kesambet ya?" Mama menggodaku saat aku menghampiri meja makan untuk sarapan.

"Mama ini gimana sih? Anaknya rajin dibilang kesambet," aku menggerutu sambil mengambil nasi goreng.

"Ya biasanya kan perlu perjuangan tuh, buat bangunin putri tidur kayak kamu," kata Mama.

"Ini Lita lagi dapat hidayah kok, makanya rajin." kataku cuek.

"Ya bagus, pertahankan Sayang," Papa yang dari tadi diam, berkomentar.

Kami kemudian tertawa bersama.

*****

Aku berjalan ke halte dengan santai, tak perlu tergesa seperti kemaren. Hari masih pagi, masih banyak waktu untuk sampai ke sekolah.

Ternyata di halte ada yang menungguku. Kak Moses tersenyum melihat kedatanganku.

"Pagi Lita. Ayo deh naik, kita bareng." katanya sambil mengulurkan helm.

"Gak bisa nolak dong sekarang ini?" tanyaku sambil menerima helm dan mengenakannya.

"Jelas gak bisa. Kan gak menghargai usahaku bawa-bawa helm dari rumah. Masa sih tega nolak?" Tanya Kak Moses.

"Iya deh, tapi ini terpaksa nerima aja. Demi kesopanan." kataku sambil duduk di boncengan motornya.

Kak Moses tersenyum, dia mulai melajukan motornya perlahan meninggalkan halte.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kayaknya Moses cinta pandang oertama nih sama Lita,Baru juga kenal udah mepet mulu..😂😂

2024-04-14

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Cewek kek Naura itu harus di Tegasin,jangan menye2,orang kek gitu gak paham kalo di tolak secara harus,

2024-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!