Part 04

Sesuai dugaanku, kehadiranku di sekolah bareng Kak Moses menjadi pusat perhatian dari banyak warga sekolah. Berpasang-pasang mata mengarahkan pandang pada motor yang kami tumpangi. Bahkan di parkiran, ada Kak Naura yang tampak baru tiba juga, dan dia sedang memarkirkan motor matic merahnya.

Pandangan tak senang tampang terpancar jelas dari matanya. Bahkan sapaan selamat pagiku tak dihiraukannya. Aku memutuskan segera pamit meninggalkan tempat itu, tanpa menunggu Kak Moses yang masih memarkir motornya. Kulihat Kak Naura menghampiri Kak Moses.

*****

Sampai di kelas, ku lihat Rere sudah duduk manis sambil memainkan ponselnya.

"Hayoloh... lagi chat sama pacar ya?" sapaku mengagetkannya.

"Ahh... kamu mah bikin kaget aja Lit, kalo aku jantungan gimana? mau kamu tanggung jawab?" Rere mengerutu panjang pendek.

"Masa sih kamu punya jantung? kayak pohon pisang ajah." candaku. Kami berdua tertawa.

*****

"Facebook kamu namanya apa Lit, biar aku add," tanya Rere.

"Mrs Felycia, PP nya gambar bunga matahari." jawabku.

Rere tampak memcari nama FB yang kusebutkan di pencarian, setelah ketemu, dia menunjukkannya padaku.

Aku mengangguk ketika dia menunjukkan layar ponselnya padaku.

"Dah, cepat kamu konfirmasi permintaan pertemanan dariku!" katanya memerintah.

"Yah nantilah, dirumah, ada wifi. Aku kan sedang ngirit kuota." kataku.

"Masa cantik-cantik misquen kuota." Rere cemberut.

*****

Kak Moses tampak memasuki kelas. Wajahnya kusut. Dia menaruh tas yang dibawanya di meja guru, kemudian berjalan menghampiri kami.

"Kusut amat Kak? abis berantem?" tanya Rere kepo.

"Gak berantem kok, cuma lagi kesel aja sih," Kak Moses tersenyum kecut.

"Pagi-pagi udah kesel, tar cakepnya ilang lho. Saya gak jadi naksir deh kalo gak cakep." Rere makin berani menggoda Kak Moses. Aku cuma tersenyum mendengarnya.

"Gimana gak kesel sih Dek? Pagi-pagi berangkat bareng bidadari, seneng kan yah. Ehh...sampai sekolah dilabrak Nenek Lampir, dituduh selingkuh. Pacar juga bukan, seenak udel nuduh-nuduh. Mana banyak yang liatin lagi, kan kesel." Kak Moses malah curhat.

"Wah gosip seru nih... boleh nanya kan kak? Boleh dong ya. Tuh Bidadari siapa dan yang dimaksud Nenek Lampir siapa?" Rere tampak bersemanggat.

"Dah deh, anak kecil jangan kepo." Kak Moses keki di tanya Rere.

"Gak mau jawab mah tak apa. Toh banyak saksi, tinggal nanti detektip cantik Aurelia mencari informasi." kata Rere. Kak Moses jadi bertambah manyun karena kesal.

*****

Bel masuk berdering, kami membubarkan diri. Kak Moses bersiap membimbing MOS hari ini. Aku dan Aurelia duduk manis di bangku masing-masing.

Jam istirahat, aku dan Rere menikmati bakso dan es jeruk di kantin sambil mengobrol santai. Kami berdua sudah akrab, meskipun baru kemaren berkenalan.

"Menurutmu, sapa tuh Bidadari dan Nenek Lampir yang dimaksud oleh Kak Moses?" tanya Rere sambil mengunyah bakso.

"Kalau makan, ditelen dulu, baru ngomong. Kaga sopan itu nak," aku menegur Rere.

"Jawab aja deh ahh. Ato..... kamu gak tau kan jawabannya,tapi pura-pura sok tau, biar di kira pinter. Iya kan Fell?" Tanya Rere.

"Taulah... gitu doang masa gak tau sih." kataku cuek.

"Ya udah jawab kalo tau. Sekarang kamu kasih tau aku!" kata Rere.

"Bidadarinya sih aku, kalo nenek lampirnya sih....," belum sempat aku menyelesaikan kataku, ada yang mengebrak meja.

"Ohh... jadi kamu mau ngatain aku Nenek Lampir? Kurang ajar banget ya kamu. Baru dua hari sekolah disini aja udah belagu. Sok kecantikan, perebut pacar orang. Denger baik-baik ya, Moses itu pacar aku, kalo sampai ku lihat kamu deket-deket dia lagi awas!!" Kak Naura tampak sangat emosi. Aku dan Rere cuma bisa bengong karena kaget.

Setelah mengancam supaya aku tidak mendekati Kak Moses lagi, kak Naura pergi meninggalkan kami.

"Kamu gapapa Lit?" tanya Rere kuatir.

"Cuman kaget aja sih. Udah prediksi juga bakal kejadian kayak gini." kataku sambil menegak es jeruk untuk menenangkan diri.

"Gimana nih ceritanya, sampai kamu dituduh perebut pacar orang kayak gitu?" mulai deh Rere ingin tahu.

Aku mulai menceritakan semuanya pada Rere. Aku tak tau, kenapa aku yakin Rere teman yang dapat dipercaya. Walaupun baru kemarin kami kenal, kami merasa cocok banget buat berteman.

"Yawes lah Lit, yang sabar aja. Mungkin Kak Naura itu bucin banget sama Kak Moses. Kata orang sih, bucin itu bikin tak ada otak." Rere menasihati aku sok bijak.

*****

"Hallo selamat siang ladies, bolehkah Mas Alex bergabung dimari?" tiba-tiba muncul mahluk aneh membawa sepiring somay dan segelas es teh.

"Kamu kenal Re? " tanyaku pada Rere.

"Kagak tuh, siapa sih dia?" Rere mulai paham maksudku.

"Aku juga gak kenal. Yok ahh cabut... timbang kita yang imut ini nanti diculik," ajak aku pada Rere.

"Wooyyy... masa ada penculik cakep gini sih?" si Ferguso mulai gusar. Aku dan Rere tertawa.

"Becanda Mas Alex. Kami udah kelar nih. Kalo mau duduk, duduk aja deh. Kami mo balik ke kelas dulu," aku pamit sambil menghabiskan sisa es jeruk.

"Yaelah, pengennya aku makan somay sambil ditemani dua bidadari cantik. Ehh... bidadarinya kabur karena tak kuat bersanding dengan kegantengan Mas Alex," kata Mas Alex keki.

Kami semua tertawa melihat kekonyolan si Ferguso ini. Setelah berpamitan, aku dan Rere kembali ke kelas.

*****

"Siapa sih Mas Alex Lit?" tanya Rere.

"Ohh... yang kemaren dihukum nyiram rosela bareng aku." jawabku.

"Lucu ya orangnya? kelas apa sih? " Tanya Rere

"Kayaknya sih kelas bahasa. Tapi baik sih dia. Kemaren dia gak bolehin aku yang ambil air. Kasian kali liat aku yang mungil bawa-bawa ember." kataku.

"Kamu tuh ku liat-liat yah, semua orang kamu anggap baik deh. Jangan mudah berharap pada manusia lah jadi orang. Nanti kalo penilaian salah, kamu bisa kecewa," Rere kumat sok bijaknya.

"Aku tuh cuma gak mau berprasangka. Semua orang itu pada dasarnya baik kok." aku membela diri.

"Ya terserah kalo prinsip kamu kayak gitu. Itu bisa membuat kamu kurang waspada. Ingat Lit, gak semua orang yang terlihat baik itu orang baik. Contohnya Kak Naura."

"Ya biarin ajalah orang mau jahat sama aku Re, yang penting aku enggak. Aku mau berbeda dari mereka. Pengen jadi orang baik, meski kebaikanku tak terlihat."

"Ya udah deh. Nanti kamu pulang bareng Kak Moses lagi? atau naik metromini bareng aku. Hari ini aku gak dijemput."

"Bareng kamu aja Re, takut aku bareng pacar orang. Tar ada yang melabrak lagi." Kami berdua tertawa bersama.

*****

MOS tidak selalu menjadi momok menakutkan, tempat ajang pembullian senior pada juniornya. MOS bisa jadi ajang menyenangkan, untuk mendapatkan teman-teman yang baru. Seperti Si Aurelia ini misalnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!