Setelah membagi tugas untuk kami semua yang melakukan pelanggaran, Kak Moses membubarkan barisan. Tampak Kak Naura menghampiri Kak Moses untuk menawarkan sesuatu.
Sampai di kebun rosela, aku melihat banyak tanaman yang layu, dan di sela-selanya tumbuh rumput yang tinggi-tinggi, efek libur panjang dan musim kemarau. Segera aku mengambil ember untuk menyiram tanaman, kasihan, pasti mereka haus.
"Sini, aku aja yang ambil air, kamu cabutin aja rumputnya," kata Ferguso sambil meraih ember di tanganku.
"Oke deh kalo begitu, makasih ya," aku menyerahkan ember padanya, dan mulai mencabut rumput. Ahh... alot. Jadi lebih baik menunggu disiram dulu.
*****
Di ujung kebun, dibawah kerindangan pohon waru, aku melihat Kak Naura dan Kak Moses sedang mengawasi kami bekerja. Tampak Kak Naura berusaha menarik perhatian Kak Moses, tetapi kak Mosesnya cuek aja. Aku tersenyum melihatnya.
Ferguso menghampiriku sambil membawa seember air.
"Kok kamu ga cabut rumputnya, malah melamun disitu," katanya protes.
"Bukan gak mau, tapi alot tauuuu. Nunggu disiram dulu, biar gampang," kataku sewot.
Ferguso hanya tersenyum, kemudian mulai menyiram.
"Silakan Tuan putri, udah saya siram," lagaknya seperti seorang pelayan kepada tuan putri.
"Iyah, makasih Om," kataku sambil mulai mencabut rumput dibagian yang sudah dia siram.
"Jangan panggil Om dunk, kita kan seumuran, panggil sayang aja, biar lebih akrab," Ferguso mengerling becanda. Kami tertawa bersama.
"Namaku Thalita, panggil aja Lita, jangan Thali ya," kataku.
"Siap Tuan putri, namaku Alexander, panggil aja Mas Alex." dia mengajak bersalaman.
"Kotor nih," aku menunjukkan tanganku yang kotor.
"Ya wes, kaga usah salaman deh. Mas Alex tinggal ambil air dulu ya Tuan putri, jangan kangen," katanya seraya berlalu.
"Ihhh... pede amat sih Om. Emang situ ngangenin?" aku melempar serumpun rumput ke arahnya. Dia berkelit sambil tertawa-tawa.
*****
Aku merasa ada yang mengawasi, ku edarkan pandangan berkeliling. Tampak di sudut sana, Kak Naura berusaha mengelap keringat di dahi Kak Moses dengan selembar tissu. Kak Moses tampak risih dan berusaha menolak dengan halus. Kak Moses memandang ke arahku, sejenak pandangan kami bertemu, Kak Moses tampak salah tingkah. Aku melihat dia mengatakan sesuatu pada Kak Naura, kemudian keduanya melihat kepadaku. Aku tersenyum pada mereka.
"Mas Alex is back, kangen gak kangen gak, pasti kangen dunk," Ferguso mengejutkanku. Aku mendelik kepadanya.
"Ada apa sih Cantik, kok senyum-senyum sendiri?" tanya Ferguso sambil mengikuti arah pandanganku.
"Noh, ada orang pacaran," kataku.
"Pengen ya Cantik? Ya udah, sama Mas Alex aja kuy, pacarannya," kata Ferguso sambil mengedipkan mata menggodaku.
"Ogah banget, mending jomblo ajalah saia, timbang punya pacar kayak gini," kataku manyun.
"Kaya gini gimana? Yang cakep gini kan? Emang kok, Mas Alex ini cakep," katanya kepedean sambil mengelus jambul.
"Norak ooommmm," kataku sambil tertawa.
"Gapapa deh norak, yang penting Tuan putri suka. Mas Alex ambil air sekali lagi deh, abis ini bantu Tuan putri cabutin rumput," katanya sambil meraih ember.
"Iyaaa, ati-ati di jalan ya Om, kalo jatuh bangun sendiri ya," kataku cuek.
"Jangan kangen Tuan putri," serunya sambil berlalu.
Kak Naura dan Kak Moses yang juga mendengar kata-kata Ferguso tertawa, aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Ferguso gak jelek-jelek amat, tampangnya manis, kulitnya sawo matang, dan rambut kriwilnya bikin gemes. Kami bisa akrab dalam hitungan menit karena kekonyolannya.
*****
Setelah kembali dengan seember air terakhir, Ferguso sudah menyiram semua rosela di kebun itu. Kini dia berjongkok di sebelahku, membantuku mencabuti rumput yang tumbuh diantara tanaman rosela.
"Eh... Tuan putri, coba deh perhatikan kedua kakak OSIS di sana itu," bisik Ferguso.
"Emang kenapa? Biasa aja kan, kaga ada yang aneh," aku ikut memperhatikan.
"Amati deh baik-baik, kesimpulan apa yang bakal Tuan Putri dapat?" bisik Ferguso lagi.
"Emmm... apa ya?" aku semakin serius memperhatikan mereka.
"Ayolah, udah keliatan banget lho, masa segitu ajah ga bisa sih, cemen ahh," Ferguso mulai meledekku.
"Menurutku nih, Kak Naura itu naksir sama Kak Moses, tapi Kak Mosesnya kaga. Mungkin juga risih akan perlakuan Kak Naura, tapi tak enak buat nolak. Makanya mencoba menghindar secara halus, gitu kan om?" aku mulai menyimpulkan.
"Yup tepat sekali. Ternyata Tuan putri ini punya bakat untuk jadi detektif. Spesialis detektif cinta," Ferguso meledekku.
"Ya kan keliatan banget gitu, kaga perlu kemampuan detektif untuk menyimpulkan demikian," kataku.
"Asal Tuan putri tau ya, cowok tuh kadang ada yang risih diperlakukan kayak gitu. Kebanyakan cowok tuh lebih suka mengejar cewek yang disukai, ketimbang dikejar cewek, kaga ada tantangannya," kata Ferguso lagi.
"Iyah aku paham kok. Ada kepuasan tersendiri saat seorang cowok berhasil mendapatkan cewek yang dikejar. Semakin susah didapatkan, semakin menantang, gitu kan Om?" tanyaku.
"Yup, bener banget. Kayaknya Tuan putri paham banget perasaan seorang cowok, jangan-jangan....?" Ferguso menampakkan muka lucu yang nyebelin.
"Jangan-jangan apa? Awas aja mikir aneh-aneh deh," aku mendelik kearah Ferguso.
"Tuan putri ini, cewek sungguhan kan? Bukan cewek jadi-jadian?" Ferguso tertawa melihatku semakin sewot.
"Sembarangan... mau bukti nih?" aku pura-pura makin sewot.
"Boleh deh boleh, buktiin kalo Tuan putri bener-bener cewek tulen," tantangnya.
"Ya udah, nanti buktikan di toilet deh," kataku.
"Hah? Maksudnya?" Tanya Alex heran.
"Ya nanti liat aja, aku ke toiletnya toilet cewek apa cowok. Kalo masuknya ke toilet cewek, berarti aku cewek. Gitu lho Om," aku nyengir melihat Ferguso salting.
"Ahh... Kirain mo buktiin di toiletnya tuh kaga gitu," dia tertawa sambil garuk-garuk kepala.
"Dasar om-om otak musem," kataku sambil tertawa.
"Ngomong-ngomong, Tuan Putri ini cewek yang beda deh, dari kebanyakan cewek yang kukenal," katanya lagi.
"Maksudnya gimana tuh?" aku mulai penasaran.
"Ya Tuan putri tuh paham banget gitu, gimana sifat cowok, makanya tadi kubilang cewek jadi-jadian," Alex mengeluarkan pendapatnya.
"Aku tuh punya enam sepupu cowok, terus punya abang satu, tetangga juga cowok semua, yang cewek cuma dua ekor, jadi ya gitu deh." jelas aku pada Ferguso.
"Oh pantesan, Tuan putri tomboi banget. Yok ahh cuci tangan, udah beres ini," ternyata kami sudah menyelesaikan tugas kami.
"Kak, udah beres nih, coba periksa," kataku pada kedua kakak OSIS itu.
"Oke deh, sipp.... udah beres, kalian cuci tangan dan kembali ke kelas," kata Kak Moses.
"Iya kak, siappp. Kuy tuan putri, buktiin kalo tuan putri cewek tulen," Ferguso mengangguk pada mereka berdua dan mengajakku berlalu.
Setelah berpamitan pada keduanya, aku dan Ferguso bergegas ke toilet untuk cuci tangan, sebelum kembali ke kelas masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah itu bener,Cewek yg suka ngejar2 cowok itu kayak cewek murahan,gak ada harga dirinya..
2024-04-14
0