Alexi kini sedang mengemudikan mobilnya dalam diam, wajahnya tidak setenang biasanya, matanya terlihat sedang gelisah, ia bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan jika seseorang sedang sedih dan memerlukan bantuan, apalagi jika menyangkut dengan seorang gadis.
Sesekali ia menatap dari kaca spion, memerhatikan bagaimana kondisinya, terlihat pundaknya naik turun tidak beraturan, Alexi mulai khawatir lagi, apakah ia sedang menangis sampai saat ini? pikirnya. Wajah gadis itu tidak terlihat jelas dikarenakan cahaya yang tidak terang dalam mobil, namun ia dapat melihat setetes air mata yang jatuh di pipinya, suara tangis tidak terdengar darinya, seperti sedang menahannya.
Kejadian tadi kembali terbesit di kepalanya, jika mengingat wajah lelaki keparat itu membuat emosinya kian naik, sekarang pun ia dapat membayangkan apa yang akan tejadi dengan Roy, ia tidak akan selamat di tangan Elio, mungkin keadaan yang paling kecil yaitu tangannya patah dibuat El, ia pantas mendapatkannya. Bagaimana bisa dia melakukannya kepada seorang gadis kecil seperti ini?.
Alexi tidak mengira bahwa masalahnya akan sebesar ini, ia menyesalinya, dari jauh ia sudah melihatnya gelagat Roy yang tidak mempunyai niatan baik, namun dirinya tidak bergegas untuk menghampiri dan menyelamatkannya dari situasi yang tidak menyenangkan itu, tamparan yang tiba- tiba mendarat di pipi gadis itu membuatnya sadar, seketika berdiri dan menghampiri mereka, dan tanpa sadar memukul wajah bajingan itu.
Hahh.... helaan nafas berat terdengar dari dirinya yang merasa frustasi, seharusnya ia bergegas sebelum masalah besar menimpanya. ia tahu bahwa Elio sangat menyayanginya gadis ini.
' Oh ya, kuharap Elio akan segera menyusul mereka', pikirnya
Malam semakin larut, mobil melaju menuju rumah Alexi, dan beberapa menit kemudian mereka pun sampai.
********
Aaakkkk
Suara Teriakan itu terdengar jelas diruang kosong itu.
" Aku mohon, maafkan aku, aku tidak akan berbuat seenaknya lagi dan tidak akan menunjukkan wajahku di didepan gadis itu" ucapnya memohon. Darah terlihat pada ujung bibirnya dan penampilannya sekarang sangat acak- acakan, jika orang lain melihat, mereka tidak akan mempercayai bahwa lelaki di depannya ini adalah penerus dari sebuah perusahaan yang cukup berpengaruh. Namun lihat sekarang, ia sangat menyedihkan.
Melihat wajah laki-laki bajingan itu membuatnya lebih emosi, ini kali pertama Azkia keluar dari desa dan langsung mendapatkan kenangan yang kurang menarik, sangat disesali.
Elio menatap dingin Roy yang duduk ta' berdaya, wajahnya cukup hancur akibat pukulan dari Alexi, ia pun harus memberikan oleh-oleh lain untuk Roy akibat dari perbuatannya.
" Baiklah, aku akan mengampuni mu, asalkan kau memberitahukan ku tangan mana yang kau gunakan untuk menamparnya" ucapnya dengan mata sinis dan senyuman yang sangat tidak bersahabat.
Roy yang menyadari apa yang akan terjadi padanya merasakan badannya merinding gemetar. sepertinya ia mengetahui apa yang akan terjadi dengan tangannya, ia pun perlahan mengangkat tangan kanannya, mengalihkan pandangan sambil menutup mata. Selang beberapa detik ia mengangkatnya, suara dentuman terdengar beberapa kali dibarengi dengan teriakan kesakitan, kali ini terdengar sangat menyakitkan.
"Akkhhh.." teriaknya sambil memegang tangan kanannya.
Setelah puas melampiaskan amarahnya Elio pun berbalik meninggalkan Roy tanpa belas kasih. namun setelah memikirkan dengan cermat, akhirnya ia pun berbalik lagi, menopangnya dan membawanya ke mobil.
Sebelum memasuki mobil Elio membisikkan sesuatu di telinganya.
" Jika kau ingin dirimu tetap aman, ku harap kau jangan memperpanjang urusan ini, tapi jika kau ingin melanjutkannya, ku pastikan kau dan seluruh keluargamu akan jatuh tidak tersisa, apakah kau mengerti?" ucap Elio sambil memegang lencana yang diambilnya dari balik sakunya.
Melihat ini Roy pun ketakutan dan kemudian mengangguk setuju.
" Aku berjanji, tidak akan pernah berurusan dengan kalian lagi" balasnya gemetar.
Elio tersenyum dan menepuk pundak Roy
" Baiklah Roy, aku sangat berterima kasih" ucapnya dengan senyum.
kemudian Elio pun menyuruh supir untuk mengantarkannya ke rumah sakit dan kemudian bergegas menyusul Azkia kerumah Alexi.
******
Mobil memasuki sebuah perumahan yang cukup besar, pandangan Azkia yang sedari tadi mengarah keluar kaca mobil menyadari bahwa mobil telah berhenti. Terdengar lelaki yang membawanya membuka pintu dan kini keluar dari mobil, kemudian berjalan ke pintu mobil penumpang dan membukakan pintu untuk Azkia.
Azkia menatapnya tanpa sengaja, pria di hadapannya ini memiliki sepasang mata yang indah untuk di pandang. meskipun ia sadar bahwa ini bukalah waktu yang tepat untuk terkesima, namun ia tetap terpana.
" Hei apakah kau bisa untuk berjalan?" Lelaki itu bertanya padanya dan membuatnya tersadar.
" Ya" jawabnya singkat, sambil menurunkan kakinya dari mobil.
Ia pun berusaha untuk keluar dan berjalan sendiri, namun langkahnya goyah sedikit lunglai, Alexi yang menyadari hal itu pun menahan dan menopangnya berjalan.
" Jika kau tidak mampu, kau harus meminta bantuan" ucapnya lagi.
Lelaki ini cukup perhatian, pikir Azkia. Namun tidak se ekstrim Elio🤭.
Mereka pun berjalan dan tiba di depan pintu, terlihat lelaki itu menekan beberapa tombol nomor di atas gagang pintunya. setelah itu pintu terbuka, rumah itu sangat luas, perabotannya pun sangatlah mewah, namun tidak nampak seorang pun disana. ia lalu membantu Azkia berjalan menuju sofa dan menyuruhnya duduk disana.
" ku harap kau merasa aman dan nyaman disini, Elio akan segera kemari " ia berusaha menenangkan Azkia.
" Oh ya kau bisa memanggilku Alexi, Steven Alexi" ucapnya memperkenalkan diri, sedikit agak canggung.
melihat hal itu membuat azkia sedikit terhibur dengannya, ia tersenyum kecil dan membalas perkenalannya.
" Aku Azkia,.. Azkia Arabella"
Lelaki itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya,
" Senang berkenalan denganmu Azkia". Azkia membalas senyumannya dan membalas salam Alexi.
Sepertinya ini bukanlah malam yang amat menyedihkan, ia mendapatkan seorang teman baru dan itu sangat membuatnya terhibur, meskipun pipinya masih sakit ketika tersenyum atau pun berbicara.
"Oh ya, kau tunggu disini " ucap Alexi sambil meninggalkan Azkia sesaat.
Beberapa menit kemudian ia kembali dengan sebuah kotak P3K di tangannya. ia kemudian meletakkan bawaannya dimeja yang berhadapan dengan Azkia, kemudian membukanya, lalu mengambil kapas, menuangkan sedikit alkohol dan mengolesi lebam bekas tamparan di pipi Azkia. Gadis itu meringis kesakitan, Alexi berhenti sejenak dan melanjutkan kegiatannya sambil mengajaknya bicara.
" ini mungkin akan sedikit perih, tapi pastikan kau dapat menahannya " ucapnya disela kegiatannya membersihkan pipinya.
"Mmm.." balas Azkia
Alexi cukup gesit mengobati orang, terlihat dari caranya memperlakukan Azkia. Setelah beberapa menit kemudian ia meletakkan kapas dan beralih ke salep.
" Ok, angkat wajahmu ", perintah Alexi
Azkia pun menurutinya dan mengangkat wajahnya, ia berhadapan dengan lelaki itu, mata mereka kadang bertemu, namun Alexi kembali fokus kearah lebam di pipi Azkia. ia mengolesnya dengan sangat hati-hati kemudian menempelkan plester luka.
"Dring dring dring" suara handphone berbunyi, Alexi pun mengambil teleponnya dan mengangkatnya.
" Ya, ok bergegaslah"
setelah menutup telepon tersebut beberapa menit kemudian Elio menghambur masuk dan langsung duduk berhadapan dengan Azkia. gadis itu terlihat sedang menahan emosinya, ia sudah cukup menangis malam ini dan ia tidak ingin lagi.
Elio terlihat khawatir dan menunjukkan raut wajah yang sangat terpukul, tak sampai hati ia melihat beberapa luka di wajah dan lengan gadis mungil itu. Bekas genggaman pria kurang ajar itu sampai membiru di lengannya.
" Maafkan aku " katanya kemudian " seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian , dan aku malah membiarkanmu merasakan kenangan buruk seperti ini " ucap Elio sambil menggenggam tangan Azkia.
" Hei apa yang terjadi padamu, ini bukanlah apa-apa, aku sudah sering jatuh ketika berlari, luka seperti ini tidak akan membuatku trauma, kau tahu El" ucap Azkia tertawa kecil.
" Aah.... jika kita kembali sepertinya Ms. Bell akan mengomeliku, kau harus membantuku nantinya El" ucapnya sedikit menggoda.
Mendengar hal itu malah membuat Elio lebih terluka, rasanya gadis di hadapannya ini membatasi dirinya dan tidak membiarkannya mengetahui rasa sakitnya, 'ia selalu seperti ini' pikirnya.
" Ok baiklah " sambil memberikannya sebuah pelukan.
Alexi memperhatikan mereka dengan diam, tak ingin mengganggu.
******
"Gadis itu sedang tidur, kuharap dia tidak bermimpi buruk" ucap Alexi.
Disampingnya Elio sedang duduk termenung menikmati angin malam dalam diam. " Thank's " ucapnya kemudian.
mendengar hal itu membuat Alexi mencibirnya.
" Hah...sepertinya ini bukan dirimu El, aku baru kali ini melihatmu segalau ini, mmm coba ku tebak, apakah kau menyukainya? " ucapnya menggoda.
Alexi cukup terganggu dengan sikap sobatnya itu malam ini, memang wajar saja jika dia sedih dengan apa yang menimpa gadisnya, marah? itu hal yang wajar, namun ia masi bersedih dan terlihat sangat terpukul dengan apa yang menimpa gadis itu.
" Jangan asal Alexi, bagaimana bisa aku menyukai adikku sendiri? "
Alexi terdiam mencoba mengingat.
" Mmm...bukankah kau anak tunggal "
Hahhh..... terdengar helaan nafas panjang dan berat dari Elio, pandangan matanya seperti mengisyaratkan sebuah penjelasan yang susah untuk di jabarkan, Alexi menunggu, namun tidak memaksa. dan akhirnya dia tidak mengatakannya.
" Kau akan terkejut jika mengetahuinya" ucapnya dengan senyuman sinis, entah apa maksud dari tatapannya itu. "Kau pasti akan tahu pada waktunya Lex "
Mendengar jawaban sobatnya itu membuatnya mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi, kemudian menyodorkannya segelas wine dan di terima Elio yang langsung menegaknya habis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Adil Dila
Keren 👍
2022-08-02
1
Rijal Kanal
semangat ya thor, keren
2022-07-06
1