Mira bangun seperti biasa saat dikampung, bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Saat keluar dari kamar mandi dia melihat mak Idah juga sudah bangun. Melihat Mira sudah bangun, mak Idah mengajak Mira kedapur.
"Baru, mau aku ketok pintu mu Mir, ternyata kamu sudah bangun." kata mak Idah sambil berjalan menuju dapur.
"Iya mak, sudah biasa bangun pagi waktu dikampung." jawab Mira mengekori mak Idah.
"Kamu bisa gak nyalain kompor gas?"
"Ma'af mak, saya gak bisa." jawab Mira menunduk.
"Sini mak ajari, kamu ambil panci itu ya, yang didinding!"
"Isi air sampai penuh, trus taruh disini!" perintah mak Idah sambil menyalakan kompor gas.
"Nah liat mak nyalain gasnya!"
"Bisa gak kamu?" tanya mak Idah, kemudian mematikan kompor gasnya. Dia meminta Mira menyalakan kompor gas itu.
Cetek... cetek... brusss. Suara kompor menyala. Dengan segera mak Idah memutar kebawah knop kompor itu.
"Nah kalau mau apinya besar garis tengah knop nya harus horisontal, kalu mau api sedang sedikit kebawah, kalau mau kecil sekali, garis knop nya harus sedikit keatas, seperti api mau mati, jalas Mir." kata mak Idah menjelaskan.
Nih anak tinggal dikampung mana ya? masa nyalain kompor aja gak bisa. Mak Idah.
"Iya mak, saya sudah bisa."
"Ini air untuk Izza mandi, kalau nanti sudah mendidih matikan kompornya!"
Mira mengangguk.
Mak Idah mengambil sayur kembang kol, wortel buncis, kentang dan telur puyuh dari kulkas 2 pintu dekat meja dapur itu. Meletakkan dimeja lalu mulai mengupas wortelnya. Melihat mak Idah mengupas wortelnya Mira segera mengambil pisau didekat piring, lalu membantu mak Idah, dia memilih mengupas kentang. Melihat Mira membantunya, mak Idah kemudian menyuruh Mira mengupas dan mencuci sayuran itu, ketika nanti sudah selesai, dan meminta merebus telur puyuh. Sementara mak Idah mengambil sapu dekat mesin cuci dan menyapu seluruh bagian rumah itu.
Butuh waktu sebentar Mira menyelesaikan kupas mengupas sayuran itu, dan dia juga sudah selesai mengupas telur puyuh yang sudah matang itu. Air untuk mandi Izza juga sudah mendidih, setelah mematikan kompor, Mira menemui mak Idah yang sedang mengepel ruang tamu.
"Mak sudah selesai, sekarang saya ngapain ya mak?" kata Mira mendekat.
"Kamu ngupas bawang merah dan bawang putih, ambil juga tomat dan cabe di kulkas, tahu tempenya juga kamu ambil,"
"Nanti mak menyusul kalau sudah selesai ini."
"Baik mak."
Mira segera melakukan apa yang diperintah mak Idah, dia mengupas duo bawang itu, dia juga mengiris tomat. Tak butuh waktu lama, mak Idah menyusul Mira didapur, melihat Mira yang sudah selesai apa yang disuruhnya, membuat mak Idah tersenyum.
Oh... berarti anak ini sering didapur waktu dikampung, pasti dia juga pintar memasak. Jadi seneng ada yang bantu didapur. Mak Idah.
"Kamu dikampung sering masak ya Mir, sering masak apa aja?"
"Iya mak.. saya sering bantu ibu masak,"
"Biasanya, saya masak tumis kangkung, urap, sayur asem, sayur lodeh juga mak."
"Wah pinter masak dong, kamu kalau pagi waktu Izza belum bangun, bantu mak ya!" pinta mak Idah.
"Iya mak."
Jam dinding kuno berbunyi 5 kali, pertanda pukul 5 pagi sebagian penghuni rumah itu bangun. Rumah minimalis sederhana dan bernuansa modern itu berpenghuni 5 orang. Ada pak Angga Gunawan suami bu Eny yang berusia sekitar 35 tahun, berprofesi General Manager perusahaan ternama di Surabaya sekaligus kepala rumah tangga dirumah itu. Bu Eny Gunawan Istri dari pak Angga sekaligus Ibu dari anak tunggal berusia 9 tahun, yang berusia 32 tahun, dia juga bekerja sebagai pegawai bank swasta. Lalu anak tunggal mereka Izza Gunawan, dia gadis kecil cantik yang masih berstatus pelajar di sekolah dasar favorit di Surabaya. Dan adik dari pak Angga, Riko Gunawan. Dia berusia 24 tahun dan seorang Leader di perusahaan yang sama dengan kakaknya. Terakhir mak Idah, dia pembantu bu Eny, sudah sangat lama sekali dia bekerja dirumah itu hampir 10 tahun, sejak bu Eny hamil. Dia seorang janda dengan 2 anak, anak perempuannya sudah menikah dan tinggal di Kampung, sementara anak laki-lakinya seorang pegawai di kantor pak Angga, Majikannya.
Bu Eny mengajak Mira ke kamar Izza untuk membangunkan putrinya. Dikamar Izza, Izza terlihat masih tidur sambil memeluk boneka beruang kesayangannya.
"Sayang bangun yuk, Mama punya mbak baru untuk Izza." kata bu Eny mengusap rambut putri semata wayang nya itu.
"Apa Ma? mbak baru?" tanya Izza lantang sambil bangun dari tidurnya.
"Ini mbak nya." jawab bu Eny dengan memberi isyarat agar Mira mendekat.
"Selamat pagi non." sapa Mira tersenyum.
"Pagi juga mbak," jawab Izza malu-malu.
"Ma, nanti Izza mau rambutnya dikepang sama Mbak ya Ma!"
"Ya sayang, sekarang Izza mandi dulu!"
"Nanti biar mbak Mira yang ngepang rambutnya Izza."
"Iya Ma."
Oh.. namanya mbak Mira. Asyik dapat mbak baru, gak kesepian deh kalau Papa Mama belum pulang. Izza.
"Mbak tolong ambilin Izza air panas ya."
"Baik bu."
Mira bergegas kebawah mengambil air panas untuk Izza. Setelah itu Mira kebawah lagi membantu mak Idah menyiapkan sarapan pagi selagi menunggu Izza selesai mandi.
20 menit berlalu. Mira kembali keatas untuk melihat Izza memastikan sudah selesai mandi atau belum. Suara gemericik air di kamar mandi masih terdengar, Mira memanggil Izza.
"Non Izza, non?"
"Nona masih mandi ya?"
Tak ada jawaban. Mira mengetuk pintu itu, dan memanggil sekali lagi.
"Non, masih lama mandinya?"
"Iya bentar!"
Bukan suara anak kecil yang menjawab, suaranya terdengar lebih besar dari suara Mira. Lebih tepat nya suara pria dewasa. Mira segera mundur dari pintu. Dia takut berbuat salah.
"Iya sudah sele...sai" jawab lelaki dari dalam kamar mandi, dia kaget ada perempuan dihadapan nya menunduk.
"Kamu siapa?"
"Ma'af mas, saya kira Izza yang mandi, ma'af mas, ma'af." jawab Mira gugup, takut dimarahi.
"Kamu siapa?"
Bukannya menjawab Mira masih gugup dan takut pada pria dihadapannya, dia masih menunduk, sesekali melirik melihat pria itu melihat ekspresi wajahnya.
"Dia mbak baru Izza Om, mbak Mira namanya," jawab Izza diambang pintu kamar nya.
"Ayo mbak cepet kepang rambut Izza, Izza sudah pilih pita rambutnya, hehehe."
"Iya non,"
"Sekali lagi ma'af mas, sudah ganggu mandi mas, ma'af."
Mira masih takut untuk melihat pria dihadapannya. Dia mundur dan berjalan cepat menuju kamar Izza.
Lucu juga mbak baru itu. Kerjain ah, hehehe. Riko.
Bersambung.
Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama Author. Mohon kritik dan sarannya. Ma'af jika ada tanda baca ataupun typo. Mohon bimbingannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Dea Semilikiti Dea Semilikiti
kok msh manual ya air panansnya ngrebus dlu...g ada otomatis
2020-09-10
1
Siti Aminah
horang kaya kamar mandi.e barengan sm ponakan
2020-09-07
3
@_white[SunFlower]_√
ternyata si Riko ini jahil ya,kirain bakal cool dan dingin giti😂😅
2020-09-07
2