Pertama Kali
Bagai petir disiang hari. Sesuatu yang tidak terduga menyambar hati seorang gadis, Mira. Ketika gadis yang seharusnya bergembira karena kelulusannya itu, harus memendam keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA. Sa'at dia memberitahu Ibu dan Bapak nya untuk melanjutkan sekolah, dengan hati gembira, sirna sudah. Ketika Bapaknya menentang hal tersebut. Karena keadaan ekonomi keluarga tentunya.
Bukan hal itu saja yang membuat hati gadis itu teriris, pasal nya Ibu Mira malah membandingkan Mira dengan Kakak nya. Ia, Mira adalah anak bungsu dari Ibu Siti dan Bapak Budi. Anak pak Budi ada 2 dan putri semua. Kakak Mira tak jauh beda nasibnya dengan Mira, dia bahkan hanya lulus SD, Indah namanya. Selisih 13 tahun usianya dengan Mira. Dia lulus SD lalu mengadu nasib ke Kota Surabaya selama 3 tahun, setelah umur 15 tahun dia dijodohkan oleh Ibu dan Bapak nya.
"Mira, ma'afkan Bapak yang hamya seorang buruh tani, sehingga kamu tidak bisa melanjutkan sekolah lagi." ucap pak Budi sambil membelai rambut Mira.
Masih terdengar sesenggukkan tangisan Mira.
"Dulu usia segitu kakakmu bahkan sudah menikah, jangan menangis lagi." kata Ibu Siti.
Perkataan Ibunya bukan membuat Mira berhenti menangis malah semakin membuat dia menjawab Ibunya.
"Lalu bu, apakah Mira juga harus menikah karena usia Mira sudah 15 tahun?"
"Bukan maksud Ibu mu ingin menikahkan kamu nak, tapi Ibu mu hanya ingin kamu tahu, kalau keluarga kita ini miskin. Seorang anak perempuan pada akhirnya harus menjadi seorang ibu rumah tangga juga. Walaupun pendidikannya tinggi." kata pak Budi yang berusaha menenangkan putri nya.
Tak butuh waktu lama Mira lari menuju kamar nya untuk menenangkan hati dan pikirannya, karena perkataan Ibu dan bapak nya.
Ibu dan bapak benar. Aku hanyalah seorang anak yag seharusnya menuruti kata mereka. Batinnya.
Karena menangis terlalu lama, tak terasa membuat Mira tertidur. 1 jam berlalu Mira terbangun karena dia mendengar suara Tara berbicara dengan Ibunya. Dia lupa ada janji dengan Tara terkait soal melanjutkan sekolah.
"Baru bangun kamu Mir?" tanya Tara.
"Iya nih, kebangun karena denger suara kamu yang cempreng itu." ejek Mira.
"Heleh, kamu tuh suka ngejek aku mulu. kayak suara kamu seksi aja." sahut Tara yang gak terima suaranya diejek.
"Iyalah, kamu baru tahu suara aku seksi banget? hahaha(tawa kuntilanak)." ujar Mira dengan PD nya.
"Hahaha." Kedua gadis itupun tertawa bersama.
"Eh, udan stop-stop, perut aku sakit tahu." kata Mira.
"Iya-iya," kata Tara berusaha menghentikan tawanya.
"Eh Mir, aku denger dari Ibumu. katanya kamu gak ngelanjutin sekolah ya Mir?" tanya Tara.
"Hmmmm... iya Ra, karena ibu bapak gak ada biaya." kata Mira menunduk menyembunyikan air diujung matanya.
"Trus rencana kamu selanjutnya, apa Mir?" tanya Tara lagi.
"Gak tau Ra, masih belum mikir." jawab Mira yang masih menunduk.
"Kamu mau gak Kerja bareng bu lek ku. Kemarin bu lek Ima nawari aku kerja di Surabaya, karena beliau pikir aku gak lanjutin sekolah!" kata Tara.
"Kerja apa Ra emang nya?" tanya Mira.
"Kata bu lek sih, cuma nemenin anak saudara majikannya aja. Soal nya Saudara majikannya itu dua-duanya kerja, dan dirumah juga sudah ada yang bersih-bersih tapi sudah tua." jawab Tara panjang yang berusaha menjelaskan.
"Cuma nemenin ya? kira- kira berapa ya gajinya? kamu dikasih tau bu lek mu gak?" tanya Mira beruntun.
"Kata bu lek 250 ribu perbulan." jawab Tara.
"Hmmm... ok deh ntar aku tanya Ibu Bapak dulu. Bolek gak aku kerja ke Surabaya? Sudah gak boleh ngelanjutin sekolah, masa kerja ke Surabaya juga gak boleh!" kata Mira.
"Semangat ya Mir, semoga saja boleh!" kata Tara memberi semangat Mira dengan mengenggam tangannya.
"Iya Ra, makasih. kamu emang sahabat terbaikku." kata Mira sambil memeluk Tara.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tara pamit pulang. Sesudahnya, Mira membantu ibunya memasak buat makan malam. Selesai membantu Mira mandi, setelah hilang keringat dibadannya yang mengucur karena hawa panas di dapur tradisional.
Malam hari pukul 7. Setelah keluarganya makan malam, dengan mengumpulkan hati, pikiran, dan tenaga Mira memberanikan berbicara dengan Ibu dan Bapak nya, terkait rencana ke Surabaya untuk bekerja ikut bu lek nya Tara.
"Pak Bu, Mira mau bicara!" kata Mira.
"Iya, apa Nduk?" tanya Bapak nya.
"Kalau soal sekolah lagi, keputusan sudah final Mir. Bapak Ibu gak sanggup buat ngebiayain sekolah kamu." kata Ibu Mira.
"Gak kok Bu, Mira gak minta ijin ke sekolah. Mira mau ke Surabaya saja, ikut bu leknya Tara." jawab Mira.
"Apa..... kamu mau ke Surabaya?" tanya Ibu bapak Mira bersamaan.
Bersambung...
Terima kasih readers, mohon kritik dan sarannya. Ini novel pertama Author, ma'af bila ada tanda baca yang salah ataupun typo. Mohon koreksinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Nanda Khusuma
semoga kerja d surabaya kamu dapat ceo yg kaya y mir..
biar bisa angkat derajat keluarga mu..
2022-11-15
0
RifasadaGemoy²⁸🐆
mampir thorrrrr😘
2021-03-19
1
My Heart
wow
2021-03-04
0