episode 2

Angin malam berhembus melewati jendela rumah Mira, permintaan pergi ke Surabaya mengguncang hati Ibu dan Bapaknya. Seolah tak mengindahkan anak bungsunya, pak Budi menentang permintaan Mira.

"Mau pergi ke Surabaya sama siapa kamu nduk? Mau ngapain kamu ke sana?"

"Mira mau ikut mbak Ima (bu lek nya Tara) pak, kata mbak Ima, saudara majikannya mencari seseorang buat nemenin anaknya yang masih SD pak." jawab Mira sambil menunduk.

"Sudah Mir, kamu di rumah saja!"

"Kalau kamu ke Surabaya, siapa yang nanti memberi makan minum sapi nya pak Dani. Kalau ibu sama bapak di sawah." kata bu Siti yang berusaha mencegah putrinya itu.

Iya, bagaimana dengan sapi pak Dani kalau aku ke Surabaya. Kasihan Ibu harus pulang pergi memberi makan dan minum sapi pak Dani. Mira

Selain menjadi buruh tani, pak Budi dan bu Siti dipercaya Pak Dani yang menjabat sebagai ketua RT untuk merawat sapi nya. Sebagai imbalannya, nanti setelah sapi itu dijual akan dikurangi harga sapi pertama dibeli, setelah itu keuntungannya dibagi, ⅓ untuk pak Dani dan ⅔ untuk pak Budi.

"Ya sudah nduk kalau memang keputusan mu sudah bulat,"

"Bapak mengijinkan kamu pergi ke Surabaya. Tapi dengan satu syarat!"

"Tapi pak?" tanya Ibu Siti yang berusaha mencegah suaminya agar tak mengijinkan Mira pergi.

"Sudahlah bu, biarlah Mira pergi seperti permintaannya. Kita sebagai orangtua tidak bisa memenuhi keinginannya untuk bersekolah, masa kita juga harus melarangnya untuk kerja juga. Lagi pula, dia disana juga sama Ima. Biar nanti saya yang bicara sama Ima, untuk menitipkan Mira" jawab pak Budi.

"Benarkah pak, Mira boleh ikut mbak Ima?" tanya Mira yang tidak percaya.

"Iya boleh, tapi syaratnya. Kamu harus mendengar kata Ima dan majikan mu. Turuti semua perintahnya, itu semua demi kebaikan mu."

"Iya pak, terima kasih." jawab Mira sembil mencium punggung tangan Bapak nya. Lalu memeluk Ibunya yang masih belum sepenuhnya merestui kepergian Mira.

"Terima kasih bu."

Bukan karena bu Siti menganggap putrinya tidak ingin membantu pekerjaan nya. Tapi karena dia tidak ingin jauh dari Mira, karena Indah anak sulungnya sudah jarang berkunjung. Minimal 1 bulan sekali Indah berkunjung, bukan karena tidak kangen sama keluarganya. Tetapi karena jarak, meskipun masih satu Kota, beda Kecamatan. Tidak ada kata selain memenuhi permintaan putrinya, bu Siti tidak ingin terlalu mengekang putrinya. Dia takut suatu saat nanti Mira menjadi anak pembangkang karena selalu dilarang.

Hewan malam sudah mengeluarkan nyanyiannya yang merdu, jangkring dengan kedua sayap nya dan katak dengan suara khas nya, membelah kesunyian malam nan dingin itu. Mira dengan tersenyum tanpa bisa menyembunyikan kegembiraannya, pamit Bapak dan Ibunya untuk tidur.

Di kamar. Mira membayangkan dirinya ketika sampai di kota Pahlawan, akankah dia akan betah disana? Apakah calon majikannya baik? Apakah anak yang nantinya akan diasuhnya bisa menurutinya? Akankah dirinya bisa menyesuaikan tempat tinggalnya yang baru? Masih banyak lagi hal menjadi pertanyaan Mira. Mira bergegas menarik selimut tipis yang warna nya sudah memudar, dia sudah tak sabar ingin bertemu dengan Ima. Besok pagi dia akan ikut dengan bapak nya pergi ke rumah Ima.

Suara ayam berkokok membangunkan Mira, dia bergegas ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan membasuh wajahnya untuk menghilangkan kantuknya. Pagi ini Mira bangun lebih pagi dari biasanya, dia ingin menunjukan pada Ibunya bahwa dia bisa bangun lebih pagi. Bukan karena Mira selalu bangun siang, tapi jika biasanya bu Siti bangun terlebih dahulu, maka pagi ini Mira mendahului Ibunya.

Mira bergegas mengumpulkan kayu kering dan juga bambu pada tungku untuk menyalakan api, dia mencari korek api. Dia menyalakan korek api dan membakar plastik lalu diletakkan di kayu tadi. Api pun menyala, dengan bergegas dia mengambil panci yang sudah gosong luar nya itu di tungku, mengambil 1 gayung air mengisinya dipanci. Sementara menunggu air nya mendidih Mira mencuci beras untuk dimasak.

Mendengar suara saat Mira mengambil beras dari toples plastik dekat kamarnya, Bu Siti membuka kain penutup kamarnya. Dia bergegas pergi ke dapur, dan melihat Mira putrinya sedang menuangkan beras yang sudah dicuci kedalam panci yang sudah berisi air mendidih.

"Sudahkan kamu membuat kopi buat bapak Mir?"

"Sudah bu, tinggal ditutup." jawab Mira

"Ya sudah, biar Ibu yang masak. Kamu cuci baju saja." perintah bu Siti pada Mira

"Baik bu."

Mira segera mengumpulkan baju yang kotor miliknya, ibu, dan bapak nya. Dia memisahkan baju bapak Ibu nya yang sangat kotor (baju dinas dari sawah) dengan baju kemarin yang dipakai. Mira memompa air dan menampungnya diwadah ember plastik besar berwarna hitam, ember yang khusus buat cuci baju. Dia bergegas mencuci baju dan segera menjemurnya di belakang rumah.

Mentari bersinar disela-sela kabut pagi. Memberikan udara hangat, menunjukkan bahwa dialah mataharimau dunia, pelita disiang hari. Selesai menjemur baju. Mira mencari sapu lidi, dia menyapu halaman rumah dan didalam rumah. Memberi makan sapi dan ayamnya, kemudian dia pergi ke dapur. Melihat Ibunya, sudah selesaikah ibunya memasak.

Melihat Mira kedapur, bu Siti meminta Mira untuk meletakkan nasi, tumis kangkung, sambal, dan tempe untuk diletakkan dimeja. Sementara bu Siti membangunkan suaminya.

Bu Siti mengambilkan nasi untuk suaminya, sementara Mira mengambil kopi. Mereka sarapan bersama.

"Nanti Bapak mau ke rumah Ima bu, sebelum ke sawah. Nanti Ibu berangkat duluan saja." kata pak Budi.

"Iya pak, nanti Ibu berangkat setelah memberi minum si sapi."

"Mira ikut ya pak?" tanya Mira.

Segera dijawab anggukan olah pak Budi.

Dirumah mbak Ima. Melihat pak Budi mendatangi rumahnya, mbak Ima segera menemui nya. Dia tahu perihal pak Budi datang, karena Tara tadi malam sudah memberitahu nya tentang Mira.

"Pagi pak Budi, mau kesawah ya?" tanya basa basi mbak Ima, melihat cangkul dipundak pak Budi.

"Eh iya Ma, mau mampir ke rumahmu. Kata Mira kamu lagi nyari pengasuh buat saudara majikan mu?

"Iya pak, Mira bolehkah ikut saya? saudara majikan saya orangnya baik juga lagi butuh pengasuh buat anaknya."

"Iya boleh, makanya saya kesini, sekalian nitip Mira nanti kalau disana, tolong di awasi ya!"

"Baik pak Budi, jarak rumah majikan saya dan saudaranya juga dekat. Saya akan sering berkunjung kesana buat melihat Mira."

"Terima kasih ya Ma."

"Iya, sma-sama pak Budi,"

"Mir, semoga kamu betah ya? Besok jam 2 kamu kesini lagi ya! kita berangkat besok." kata mbak Ima

"Iya mbak, terima kasih."

"Ya sudah nduk, bapak mau pergi kesawah dulu, menyusul ibumu, kamu kalau main jangan lupa nanti siang beri makan dan minum sapinya."

"Baik pak." jawab Mira cepat. Sambil mencium punggung tangan bapaknya.

Pak Budi berangkat ke sawah. Sementara mbak Ima memberi arahan apa saja yang harus Mira lakukan waktu kerja nanti. Mira dengan semangat mendengarkan kata mbak Ima, dia tidak mau melewatkan satu kata pun dari mbak Ima, agar nanti dia tidak mengecewakan Ibu, bapaknya dan juga mbak Ima yang sudah bersedia membawanya. Setelah mendengarkan kata mbak Ima, Mira pamit dan bergegas pulang, sudah waktunya memberi makan si sapi. Dia juga harus menyiapkan baju yang akan dibawa besok.

Bersambung...

Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama Author. Mohon kritik dan sarannya. Ma'af jika ada tanda baca ataupun typo. Mohon bimbingannya.

Terpopuler

Comments

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien

jdi ingt waktu msh msak pakek kayu

2021-07-25

0

it is my opinion

it is my opinion

jadi ingat kisahku yang dilempar sana sini ikut orang kerja

2021-05-16

1

Sandra

Sandra

ok

2021-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!