"Mba Nita, makasih ya, sekali lagi sudah mau berkunjung ke klinik kecantikan kami." ucap sang kasir dengan begitu ramah.
Anita hanya tersenyum, dan membayar dengan jumlah yang tertera di layar. Lalu, Ia pergi dengan mobilnya menuju sebuah restauran untuk makan malam.
Bruuughhh! Anita menabrak seorang gadis.
"Owh, maaf kak. Saya ngga sengaja."
"Iya, ngga papa. Saya juga teledor, jalan sambil main Hp. Kamu ngga papa 'kan?" tanya Anita pada gadis itu.
"Loh, Jihan? Kamu yang tadi nolongin saya' kan?" tanya Anita, di pertemuan kedua mereka.
"Oh, iya Kak. Rupanya masih inget." jawab Jihan, dengan menyibak rambut panjangnya ke telinga.
"Kamu, sudah makan?" tanya Anita.
"Oh, sudah. Saya sama temen-temen tadi, ini mau langsung pulang."
"Oh, baiklah. Padahal, mau ajak makan bareng. Saya mau traktir, sebagai ucapan terimakasih." tawar Anita.
"Wah, terimakasih banyak. Tapi, saya harus ke tempat kerja. Lain kali ya, Kak." tolak Jihan secara halus.
"Baiklah, hati-hati di jalan, ya..." ucap Anita.
Anita menyantap makanan yang sudah ada di mejanya. Ia pun tak lupa dengan janjinya untuk melakukan Video call dengan Angga.
"Mas udah makan?"
"Sebentar lagi, sayang. Makan bersama dengan para colega." jawab Angga yang tampak sedang di depan laptopnya.
Mereka bersenda gurau seperti biasa, hingga Anita benar-benar menyelesaikan makan malamnya.
"Udah selesai." lapornya pada sang suami.
"Kalau sudah, abis ini langsung pulang dan istirahat. Mas mau lanjut pertemuan sebentar lagi.
Anita mengangguk, dan menuruti semua perintah sang suami. Ia kemudian ke kasir dan membayar semua makanan yang Ia pesan barusan.
Pulang ke rumah, Anita kembali larut dalam kesendirian. Ia duduk teremenung dengan tv yang menyala, dan sebuah buku di tangannya. Entah mana yang akan lihat. Tapi Ia sempat terjebak dalam kondisi itu cukup lama.
"Nyonya belum tidur?" tanya Bik Luluk.
"Eh, saya ngelamun lagi, ya?" jawab Anita.
Bik Luluk kemudian duduk bersimpuh di sebelahnya, dan membereskan buku yang Anita pegang. Mengumpulkannya menjadi Satu, dan menyusunnya di bawah meja.
"Kenapa melamun lagi? Mikirin anak?" tanya Bik Luluk.
"Apalagi, Bik? Keluarga akan terasa lebih lengkap dan sempurna itu, ketika adanya anak di tengah kami."
"Sabar, toh kalian juga ngga mau ketika di suruh adopsi."
"Mas Angga, ngga mau. Dia maunya, adopsi kalau dari keluarga sendiri, yang jelas asal usulnya."
"Semua anak itu terlahir suci. Ngga ada yang menanggung dosa orang tuanya. Kalau begini, kamu selalu menderita dalam diam."
"Bik, sudahlah. Ita mau istirahat dulu, ya. Kalau Bibik mau pulang, jangan lupa kunci pintunya." ucap Anita, lalu melangkah pergi ke kamarnya.
***
Jihan duduk dengan laptop menyala di hadapannya. Seperti biasa, Ia memeriksa laporan keuangan dari Cafe miliknya. Hasilnya sangat lumayan, karena memang selalu ramai dengan tempat yang strategis ditengah kota.
Cliing! Notifikasi Wa datang dari Angga. Ia langsung menghentikan pekerjaan dan menelpon kekasihnya tercinta itu dengan penuh antusias.
"Hallo, Mas..." sapanya manja.
"Hay, sedang apa? Sudah makan?" tanya Angga.
"Sudah, ini lagi periksa laporan. Mas gimana?"
"Mas baru aja selesai rapat, sekalian makan malam bersama."jawab Angga.
Mereka berdua pun mengobrol dalam waktu yang lama, dengan berbagai bahasan. Hingga tak terasa, tengah malam menghampiri.
" Sudah, ya? Udah malam, kamu istirahat aja. Besok kerja 'kan?"
" Tapi aku masih rindu. "jawab Jihan.
"Lalu, maunya bagaimana? Masa iya, mau nyusul kesini."
"Aku bisa jika kamu izinkan."
"Jangan nekat, Jihan. Ini sudah tengah malam." tegur Angga.
Jihan pun mematikan teleponnya. Ia hanya bisa menghela nafas panjang dan mengelus dada. Ia merentangkan tangan, seolah sedang memeluk Angga dengan erat.
"Tahu kah kamu, rasa rindu yang seperti ini begitu menyakitkan? Bahkan aku tak dapat memeluk, meskipun kamu tepat ada di depan mataku."
***
"Maaf, Jihan. Kita sama-sama berada dalam pilihan yang sulit. Kau dan Anita, ada di hatiku dengan rasa yang sama. Tak akan ada yang bisa aku korbankan." gumam Angga.
Ia kini berjalan di sepanjang lorong hotel. Langkahnya lambat sembari melepas dasi yang mengikat di lehernya.
Ia terjerat dalam rasa yang sulit. Rasa yang telah menjebaknya dalam sebuah pilihan yang begitu berat. Dan bahkan, Ia tak akan pernah bisa memilih antara Isti dan kekasihnya.
Bruuughh!
Angga merebahkan tubuhnya dengan kasar di tempat tidurnya. Rasa kantuk sirna, kalah oleh rasa bimbang yang kembali datang. Bukan lagi antara cinta dan tanggung jawab, tapi karena rasa yang ada adalah sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Arya Al-Qomari@AJK
kok tambah nyesek ya
2022-11-09
0
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
Rasa itu akan selalu ada kalau memang ada yang menanggapinya
🤔🤔🤔🤔
2021-12-23
2
ma" athif 😊
bener kata bi lulu anak itu terlahir suci jngn jadiin alesan g mau ngadopsi karna si angga kutu kupret udah punya cem"an buat adonan sendiri
2021-12-22
3