Merasa tidak punya salah, Novan berusaha tenang, menepis kepanikannya. Ketika masih penasaran dengan dua orang peringkusnya, pandangan Novan beralih memperhatikan pintu mobil sedan yang terbuka. Tampaklah seorang bapak usia lima puluh satu tahun, tidak tinggi, agak gemuk dan rambutnya tipis, mengenakan jas berdasi dan kacamata hitam. Ia keluar dari pintu mobil dengan santai sembari merapikan kancing jas coklatnya. Lalu ia bersandar di badan mobil sambil menyalakan cerutu dan menunggu Novan yang digiring mendekatinya.
"Ini bos, sudah diringkus!" jelas salah seorang pengawal. Novan masih saja berusaha berontak untuk melepaskan tangannya dari cengkraman tapi gagal.
Bapak yang dipanggil bos menghisap cerutunya, lalu dihembuskan asapnya ke arah muka Novan dan ia langsung terbatuk-batuk akibat terkena asap cerutu.
“Lu jangan coba-coba menggoda istri gue lagi. Karena gue nggak akan biarin brondong kayak lu mainin istri gue!” tegasnya dengan suara pelan tapi berisi, padat. Meski tertutup oleh kacamata gelap, tapi Novan bisa merasakan tatapan tajam mata sang bos.
Seketika sikap tenang Novan berubah jadi cemas, nyalinya menciut. Meski ia tahu dirinya tidak bersalah, tapi rasa takut muncul begitu menyadari ia dalam ancaman bahaya.
“Gue bukan brondong om, pasti om salah orang.. Gue juga nggak kenal istri om. Lagian gue lebih suka gadis SMA daripada tante-tante.” Novan berusaha membela diri. Tapi penjelasan Novan seperti orang yang agak takut dan mengemis untuk tidak disalahkan. Hal itu semakin membuat sang bos merasa yakin.
Perlahan sang bos kembali menghisap dalam-dalam cerutunya dan menghembuskan asapnya. Emosinya mulai tersulut setelah mendengar perkataan Novan yang dianggapnya hanya basa-basi.
“Aaahh! Cukup! Nggak usah banyak alasan! Banyak anak kayak lu yang menyamar jadi anak sekolah dan jadi brondong demi uang! Memeras tante-tante kesepian,” hardik sang bos.
“Benar om. Gue bukan anak SMA, gue sudah alumni. Gue mahasiswa. Muka gue aja yang imut manis gini. Lagian om jangan asal tuduh anak sekolah jadi brondong. Nggak benar tuh. Nanti om digebukin semua anak SMA loh," jelasnya berusaha membela diri dan sedikit memberi ancaman.
Tapi sang bos hanya diam tidak gentar mendengar perkataan Novan yang terkesan mengancam. Ia kembali menghisap cerutunya dengan santai, bersikap cuek, seperti tidak menghiraukan penjelasan Novan yang dianggapnya bualan karena tertangkap basah.
“Mana ada maling ngaku? Udah deh, nggak usah banyak alasan!” tegasnya.
“Benaran om. Lagian, gue juga sudah lulus SMA, malahan sudah lulus kuliah, tinggal skripsi doang. Ini kebetulan aja gue ada rapat persiapan acara reuni, dresscode seragam SMA, makanya pakai begini. Benar kok, muka gue aja yang kelihatan imut kayak anak SMA.” Novan berusaha menjelaskan.
“Heh! Kalau masih skripsi, itu namanya belum lulus. Ngerti nggak sih lo?! Udah deh, lo nggak usah coba bohongin gue. Gue lebih pengalaman dari lo, udah banyak makan asam garam. Semuanya nggak enak, pahit, asin, asem kecut pula!” jelasnya lagi sedikit jengkel, tapi sempat menggelinjang geli karena membayangkan makan buah asem.
Pikiran Novan melayang ke mana-mana, berusaha mencari jawaban yang bisa meyakinkan agar bisa bebas. Ia berusaha tenang dan coba untuk meyakinkan sang bos. Bayangan tentang orang yang disekap di suatu ruangan gelap, pengap, kuku dicabut, disiksa, apalagi bila sampai jadi korban pencabulan, muncul di kepalanya. Bulu kuduknya seketika merinding, tidak bisa membayangkan apa jadinya nanti.
Novan juga membayangkan kalau sampai disekap dan babak belur, bagaimana nanti dengan ketampanannya? Bagaimana ia bisa mencari pacar lagi dan membebaskan dirinya dari status jomblo kalau sampai babak belur, muka bonyok hingga kehilangan ketampanan? Pikiran Novan kalut dan badannya merinding.
“Ini sih ... lebih drama dari drakor,” pikir Novan. Ia mulai yakin hari ini hidupnya bakal seperti kisah mengharukan di drakor.
“Nggak om, benaran kok, gue bisa buktikan kalau ...”
“Aaah! Sudah, cukup!" tegas sang bos langsung memotong ucapan Novan sembari membuang cerutunya karena kesal.
"Jangan lagi manggil gue dengan sebutan om, karena gue nggak menikah sama tante lo!" tegasnya sambil menunjuk muka Novan.
“Sumpah, beneran. Gue bisa buktikan kalau om salah orang.” Novan berusaha memohon, tatapannya memelas.
“Gue bilang cukup! Nggak usah pakai sumpah segala. Lo nggak tahu ya, banyak pejabat yang disumpah tapi hampir semua pada melanggar sumpahnya? Mereka yang bikin aturan tapi mereka juga yang melanggar," jelasnya emosi. Novan terdiam dan melihat kaget sang bos.
Belum puas meluapkan emosi, ia kembali bicara memarahi Novan.
"Jadi cukup! Nggak usah ngajarin gue. Ingat, gue nggak mau dengar ocehan lo lagi. Foto ini buktinya. Kenapa bisa ada di mobil istri gue?” tanya sang bos sembari menarik selembar foto dari saku dalam jasnya tanpa memberikan kesempatan pada Novan untuk melanjutkan bicara.
Novan kaget melihat foto yang ditunjukkan padanya. Terlihat jelas di lembaran foto itu adalah foto wajahnya.
“Foto gue kok bisa ada sama om?” tanya Novan tidak habis pikir dan sangat terkejut. Ia merasa hampir putus asa, kali ini bakal bernasib sial akan diringkus oleh orang salah sasaran. Ia juga masih sempat mengingat apakah memang pernah memberi foto pada tante-tante? Tapi seingatnya ia tidak pernah memberi foto pada istri sang bos. Apalagi ia juga tidak merasa mengenali siapa istri sang bos.
“Atau jangan-jangan istri bapak ini yang kegenitan mencari foto-foto berondong kayak gue di internet untuk jadi target?” pikir Novan mulai cemas. Ia sempat teringat dengan blog pribadinya yang ada foto dan alamat palsunya. Di blog itu ia memasang foto-fotonya yang keren dan tampan.
Novan makin merasa yakin jika fotonya pasti dipakai tanpa izin. Tapi ia berusaha tidak mengakui agar bebas dan selamat.
“Asal Om tau ya, manusia itu memiliki tujuh kembaran di dunia ini. Mungkin itu kembaran gue...” jelasnya berharap diterima, tapi belum selesai bicara, sang bos kembali menyela.
“Mau manusia kembar tujuh kek, mau cloning-an kek, mau bagai pinang dibelah dua, gue nggak peduli! Yang penting lo gue end!” tegasnya serius menatap Novan.
Jawaban tersebut spontan saja membuat Novan lemas dan merasa sudah tidak ada harapan yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan dirinya. Badannya gemetar, kakinya jadi lemas seperti tidak bertenaga. Bahkan untuk berdiri saja rasanya sudah tidak kuat. Ia juga coba melihat sekitar tidak ada orang yang bisa dimintai tolong di area pinggir taman ini. Beberapa kendaraan yang ada hanya melintas tanpa henti dan tidak curiga. Ia juga tidak bisa memberi kode isyarat dalam tanda bahaya. Mau teriak juga rasanya percuma.
Tetapi, di tengah keputusasaannya, tanpa sengaja Novan akhirnya melihat sesuatu yang begitu menggembirakan hatinya. Tidak jauh dari tempat Novan berdiri, sekitar seratus lima puluh meter di belakang mobil sedan sang bos, Novan melihat kemunculan Haris. Ia sedang berlari ke arahnya dan jauh belasan meter di belakangnya ada preman bersama satpam juga ikut lari mengejar Haris.
Mata Novan jadi melotot dan raut wajahnya berubah tersenyum. Hatinya gembira karena merasa ada pertolongan. Novan merasa senang melihat Haris yang makin dekat dengannya. Dalam hati ia bersyukur karena Haris datang membantu, bawa bantuan preman pula.
Novan semakin tersenyum sumringah di saat sang bos baru saja kembali menyalakan cerutu dan menghisap dalam-dalam, lalu ia hembuskan asap cerutunya seperti mafioso.
“Lo nggak usah senyum-senyum di depan gue. Gue nggak butuh itu! Ingat, gue masih pria normal!” jelas sang bos geram menahan emosi tapi gemes. Ia dan kedua pengawalnya memang belum menyadari kedatangan Haris yang berlari kencang ke arahnya. Mereka bertiga dalam posisi membelakangi, sehingga tidak melihat apa yang datang menghampiri.
“Pokoknya, lo nggak usah banyak alasan! Apalagi merayu gue!” tegasnya kembali. Sang bos melirik dua pengawalnya, lalu memberi tanda dengan sedikit gerakan kepala. Keduanya paham isyarat sang bos, lalu mereka pun bermaksud untuk langsung menggebuk Novan.
Tapi, tiba-tiba kedua pengawal dan sang bos jadi sangat terkejut setelah sempat mendengar ada sedikit keramaian. Mereka bertiga spontan bersamaan balik menoleh ke belakang. Seketika mata mereka melotot melihat siapa yang datang.
@ @ @
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Khalisah Rochman
🤣🤣🤣🤣🤣
2022-06-19
1
Danish Aazh
novan haris🤣🤣🤣
2022-02-11
1
🌸Santi Suki🌸
Asik part ini 🤭
2022-01-16
1