Jalanan di sekitar kawasan Blok M ini cukup sepi karena bukan jalan utama. Hanya beberapa kendaraan yang melintas, tapi itu juga jarang. Kondisinya teduh karena banyak pohon di kiri kanan, cukup rimbun. Di bawah pohon taman, di tepi trotoar tidak jauh dari SMA 007 Bangsaku, Novan berjalan kaki santai. Ia memakai seragam SMA berjalan menyusuri trotoar. Ia baru saja turun dari taksi dan sengaja tidak membawa mobilnya.
Sejak kemarin, ia sudah berniat ingin bernostalgia napak tilas mengulangi kembali masa SMA dengan melewati jalanan yang sering ia lewati dengan berjalan kaki saat menuju sekolah. Jalanan tepi trotoar dekat taman ini adalah tempat yang paling ia senangi. Teduh dan tidak begitu ramai, selain itu juga menjadi jalan pintas menuju sekolahnya.
Saat SMA, setiap di antar sopir ke sekolah, ia lebih suka diturunkan di dekat taman ini. Selain karena menghindari macet di depan sekolahnya, juga karena ia punya kenangan manis saat berjalan santai di trotoar taman bersama beberapa orang yang ia pacari ketika SMA.
“Banyak juga kenangan manis di taman ini," ucapnya lirih.
Tanpa membawa tas, Novan terus saja santai berjalan dan sesekali mengusap rambutnya seperti orang sedang bergaya. Wajahnya pagi ini begitu berseri. Sepanjang jalan trotoar tepi taman, ia terus menyanyikan lagu kesukaannya saat zaman SMA.
“Cinta kan membawamu kembali di sini ... menuai rindu ...” ucapnya bersenandung lagu milik Dewa 19. Ia sendiri termasuk baladewa, penggemar berat band Dewa 19.
Selain teringat lagu kenangan, ia juga mulai teringat dengan wajah mantan kekasihnya saat di SMA. Ketika mereka jalan sepulang sekolah melewati taman, bahkan Novan sengaja minta dijemput supir di taman. Tujuannya agar ia punya kesempatan menemani sejenak hingga ke taman, untuk mendapatkan cinta gadis yang diincarnya. Menikmati duduk di taman dengan kekasih pujaan yang juga sangat mencintai dirinya. Saat itu hampir semua cewek di sekolahnya sangat mendambakan ingin jadi pacar Novan.
Ketampanan Novan menjadi magnet yang kuat, apalagi di sekolah ia yang paling tampan. Selalu jadi perhatian, terutama dari cewek-cewek, mulai dari kelas satu hingga kelas tiga. Tidak heran, dari kelas satu sampai kelas tiga, ada sembilan gadis yang pernah jadi pacarnya.
Novan sangat menikmati nostalgianya, menyanyi sesuka hati. Untung saja suaranya tidak fals dan agak bagus, ditunjang pula dengan penampilan keren, tampang oke, dan parfum yang merebak. Novan bisa dibilang tipikal cowok metroseksual yang sangat peduli dengan penampilan dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Angin sesekali berhembus pelan dan Novan tetap menyanyi seakan meresapi udara pagi yang segar, teduh di bawah rimbun pohon sekitar taman. Sebenarnya bukan udara segar, karena bila dilihat dengan alat pengukur udara, pasti hasilnya mengecewakan; polusi. Tapi Novan seakan tidak peduli dengan semua itu. Ia telah larut dalam nostalgia, seakan beban hidup dan kecemasan lain yang berkecamuk di pikirannya sirna semua.
Keasyikan menikmati nostalgia napak tilas, menyanyi sambil sempat memejamkan mata, tanpa Novan sadari ternyata ada yang mengamatinya.
“Kok ada yang aneh ya?” pikir Novan.
Hal itu baru disadari Novan saat ia melihat dan merasa sebuah sedan berjalan pelan membuntutinya. Ketika Novan berhenti, mobil berhenti, dan saat jalan kembali mobil itu ikut jalan lagi membuntuti. Novan merasakannya meski tidak menoleh, tapi firasatnya makin kuat dan yakin ia sedang diikuti.
Setelah sempat berpikir sejenak, akhirnya Novan memutuskan ingin berhenti, tidak melangkah lagi. Novan penasaran, siapa di dalam mobil itu, apakah teman lama para gadis yang pernah ia taksir? Apakah mantan pacarnya? Atau malah gadis yang dulu pernah ia tolak cintanya? Novan terus berpikir.
Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Novan berhenti mendadak dan membalikkan badan, bermaksud ingin menangkap basah mobil yang membututinya. Seketika mobil itu tersendat kaget dan juga berhenti mendadak. Novan memperhatikan dengan teliti, tapi yang terlihat samar-samar dua orang pria berkacamata di bangku depan. Novan tidak melihat jelas dan tidak mengenali mereka.
“Tetap diam berhenti, jangan maju biar dia nggak curiga,” pinta seorang bos kepada dua pengawalnya. Ia merupakan bos perusahaan bersama dua anak buahnya sedang membuntuti Novan, mengintai dari dalam mobil sedan yang berjalan pelan beberapa meter di belakangnya.
Perlahan sang bos mengambil foto di saku jas hitamnya. Ia melihat bergantian antara foto dan wajah Novan yang sedang berdiri mengamati dengan rasa penasaran. Ia ingin mencocokkan foto itu dengan muka Novan, dan hasilnya identik mirip.
“Itu dia si bocah bejat. Gue yakin seribu persen pasti dia orangnya. Mukanya sama banget. Beruntung banget nih tadi nggak sengaja nemu dia lewat di sini,” jelasnya merasa puas.
“Iya bos, sudah dua minggu lebih saya mengintainya, sesuai perintah bos. Termasuk kegiatan dia pagi ini,” jelas salah seorang pengawalnya yang duduk di depan.
“Iya, nggak sia-sia pengintaian kita selama ini," jelasnya pelan.
“Betul bos. Ini sudah akurat banget orangnya benar. Nggak salah lagi,” lanjut pengawal satunya yang mengemudi. Kali ini supir pribadi sang bos disuruh cuti, karena mereka ingin melakukan aksi yang tidak boleh diketahui oleh orang lain selain ia dan pengawal kepercayaannya.
Tanpa membuang waktu dan ketika melihat Novan dari bangku belakang mobil, sang bos langsung mengambil keputusan untuk segera melancarkan rencana mereka. Rencana yang sangat penting bagi kehidupan pribadi sang bos.
Pengawal melihat bosnya, siaga untuk menunggu apa perintah selanjutnya yang diinginkan. Lalu, dengan hanya memberikan sedikit tanda dari goyangan kepala, kedua orang yang duduk di depan langsung paham setelah melihat isyarat bosnya dari kaca spion tengah. Dengan sigap mereka berdua langsung turun dari mobil dan bergegas menghampiri Novan. Badan keduanya kekar berotot, memakai kaos hitam ketat, berkacamata hitam.
Novan yang baru saja akan balik badan untuk kembali berjalan akhirnya batal. Ia terkejut karena melihat dua orang turun dari mobil. Diperhatikan sejenak, tapi ia masih bingung dan coba mengingat siapa dua orang tersebut. Novan tidak menyadari bahaya yang mengancam dan menganggap santai saja.
“Hadeh, ini pasti bakal drama banget. Lebih drama dari drakor. Bedanya, kalau ini drakor lokal. Perasaan gue nggak suka drakor tapi kenapa hidup gue bakal mirip drakor masa kini ya?” pikir Novan masih bingung tapi bersikap santai. Bahkan ia seolah bersikap ingin menyambut keduanya seperti orang yang sudah akrab.
“Mungkin mereka ingin tanya alamat, pasti kesasar nih. Asal bukan minta foto selfie dan tanda tangan saya aja ya. Nanti repot kalau jadi terkenal dan punya banyak penggemar di mana-mana,” pikir Novan masih bercanda dan tetap melihat keduanya dengan senyum ramah.
Setelah kedua pengawal berhasil mendekat, barulah Novan kaget dan sadar kalau dua orang bertubuh kekar itu ingin menangkapnya.
“Eh, apa-apaan nih?” protes Novan kaget. Ia ingin berlari tapi terlambat. Ia sudah dihadang dari sisi yang berbeda, terkurung oleh dua orang itu. Bahkan tangannya langsung dipegang erat dan dikunci.
Novan sudah berupaya ingin melepaskan genggaman di tangannya, tapi gagal dan akhirnya ia berhasil diringkus kedua tangannya oleh dua pengawal. Novan makin panik, berontak berusaha melepaskan diri tapi terlambat.
“Kok gini sih? Kalian siapa? Main sergap aja,” protes Novan sambil bergantian memperhatikan wajah kedua pengawal tersebut. Raut wajah ketakutan seketika muncul. Tapi keduanya hanya diam saja, dan tetap mengunci tangan Novan sehingga tidak bisa bergerak.
@ @ @
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
zahra
aku yang jomblo mana bisa nebak2 antara yang jadi pacar, atau yang ditolak. di taksir aja nggak. aduh curhat jadinya🤣🤣🤣
2022-01-21
2
enje aje
lnjt
2022-01-17
2
Lussy_ᶻᵃᵃ(off)
si Novan mantan nya banyakkkk..wowwww 9 dongg selama 3 tahun sekolah...
kira² siapa Yaa yg culik novan
2022-01-02
3