Ketika sampai di dekat Haris, tanpa senyum, tanpa basa-basi, satpam langsung bicara tegas dan lugas pada Haris yang tampak gugup.
“Maaf bang, anak SMK nggak bisa ikut. Acara ini untuk alumni SMA sini aja. Abang ’kan SMK, bukan alumni sini, jadi nggak bisa masuk ke dalam. Sebaiknya keluar sekarang,” tegas satpam berbadan kekar, lebih kekar dari Haris. Satpam itu mencoba memegang logo SMK di lengan kiri Haris.
Melihat lengan bajunya dipegang, Haris baru sadar dan salah tingkah. Ia merasa tertangkap basah, tidak bisa menyangkal bukti nyata yang ditemukan satpam.
Seketika pikirannya melayang liar teringat agen 007. Haris coba cari akal dalam hitungan detik yang bisa membantunya keluar dari masalah, tapi hasilnya nihil, tidak ada. Ia jadi sadar, tidak semua yang ia pelajari dari film berhasil. Ia juga sadar bahwa kehebatan agen James Bond itu ternyata hanya di film, tapi bukan di dunia nyata. Ia terperdaya karena terlalu kagum dan lupa bahwa di film sang jagoan pasti akan selalu menang walau sudah terluka, kena tembak, tertangkap, tapi masih berhasil lolos. Bahkan yang sudah luka parah babak belur juga masih tetap bisa kuat dan hidup kembali.
“Beta ... eh, gue, eh, saya ...” Haris makin gugup dan grogi, sampai salah ucap. “Saya alumni SMA di sini juga pak, tapi baju seragam saya yang dulu sudah tidak ada. Sudah saya coret-coret saat lulus dan tidak tahu bentuknya sekarang sudah seperti kain pel lantai. Ini seragam SMK adik sepupu saya, sumpah pak, Kalau bapak tidak percaya, periksa saja di daftar alumni sekolah ini, pasti ada nama saya; Haris," jelasnya berusaha meyakinkan meskipun ia sendiri tidak percaya diri ketika memberi penjelasan.
“Hei bang, saya nggak bodoh. Masa mau nyuruh saya lihat daftar alumni dari tahun ’63 sampai sekarang tahun 2021?! Bisa mati berdiri saya, sampai malam nggak selesai ngecek bukunya yang tebal banget. Yang benar aja dong," tegas satpam mulai emosi.
"Yah, yang suruh lihat dari angkatan awal siapa? Lagian ngapain juga abang lihatnya dari tahun awal berdiri sekolah? Kayak orang kurang kerjaan saja," lanjut Haris coba menjelaskan.
"Eh, ini kok jadi menyalahkan saya?" jelas satpam makin emosi, ekspresi wajahnya makin jelas menunjukan muka tidak senang.
"Eh, bukan gitu pak. Maksud saya nggak menyalahkan, cuma kasih tahu tadi." Haris coba menenangkan sambil berusaha tersenyum meskipun dipaksakan.
"Sudah deh, jangan banyak alasan dan berdebat. Saya malas berdebat kusir, kayak anggota dewan, debat nggak selesai-selesai, mutar ngeles kayak bajaj. Sekarang mending pulang saja!"tegasnya semakin kesal dan mulai tidak ramah kepada Haris yang dianggapnya melawan.
"Lagian, kita sudah sering diganggu anak-anak dari SMK mas, tetangga sebelah. Kemarin, anak-anak dari sekolahan mas jadi biang kerok, sampai ada siswa di sini meninggal akibat tawuran. Ayo cepat keluar! Jangan bikin onar di sini!” lanjutnya kembali tanpa kompromi.
Haris terkejut mendengar protes tersebut. Ditambah lagi aksi spontan satpam yang menarik tangan Haris, menuntunnya untuk keluar dari pagar sekolah dengan paksa.
Dalam hati Haris jadi dongkol. Ia merasa diperlakukan seperti anak kecil yang dipaksa pulang dari warung karena merengek tidak dibelikan permen. Ingin rasanya ia protes dan menjawab langsung satpam. Tapi ia sadar kalau seragam yang ia gunakan justru membuktikan kesalahannya. Ia takut karena berada di pihak yang salah.
"Pak, dengar dulu,” ucapnya. Haris ingin coba jelaskan tapi satpam sudah cuek.
“Nggak usah banyak bicara! Simpan saja protesmu itu untuk anggota dewan dan pejabat. Mereka lebih pantas dapat protes," sahut satpam dengan tegas, lalu menutup penuh gerbang agar tidak dilalui Haris.
Merasa tidak bisa diajak bicara dan bekerja sama, Haris jadi jengkel. Rasa gugupnya hilang dan berubah jadi kekesalan. Dari luar pagar Haris sempat mengejek dan mengumpat satpam tersebut.
“Huuh! Baru juga jadi satpam sudah belagu. Memangnya sekolah ini milik lo sendiri?” protes Haris kesal.
“Eh, tadi bilang apa? Jangan dipikir saya nggak dengar ya.” Satpam marah dan balik badan untuk kembali menuju ke luar gerbang menghampiri Haris. Ia kesal dan bersiap menghajar Haris sambil mengacungkan pentungan.
“Mamamia ... beta kira dia cuma main-main.” Haris kaget dan panik. Tanpa pikir panjang, ia berusaha kabur, tapi masih ingin meluapkan kekesalannya. Haris kembali mengejek dengan menjulurkan lidah ke arah satpam.
Melihat kelakuan Haris, satpam semakin emosi dan langsung mengejar sambil kembali mengacungkan pentungan. Ia teringat dengan peristiwa sebelumnya saat sering melerai anak sekolah tawuran. Ia ingin luapkan kekesalan atas kebandelan pelajar yang masih sering tawuran.
“Awas ya! Jangan lari. Kalau jantan, hadapi saya!" Hardik satpam.
“Cie ... jantan. Emangnya ayam pake jantan segala?” balas Haris sambil menahan tawa.
Satpam makin emosi dan serius ingin menghampiri Haris. Giginya beradu dan tatapan matanya tajam. Ia laksana singa yang siap menerjang mangsanya.
Melihat perubahan ekspresi dan tatapan tajam satpam, Haris kaget. Tanpa pikir panjang ia langsung berlari sekencangnya. Tapi satpam sudah terlanjur tersinggung, nalurinya sebagai pemberani menyeruak. Sebagai lelaki ia merasa hal ini sudah harus diselesaikan sesama lelaki, ia ingin adu fisik. Ia tidak ingin kalah dari Haris, pemuda berbadan kekar bercambang tipis tersebut. Teman satpam yang tadi sibuk main telepon jadi kaget, ia ingin mengejar tapi tidak jadi karena harus ada yang jaga gerbang. Ia hanya melihat heran saja pada rekan kerjanya tersebut.
Kejar mengejar terjadi di jalanan sekitar sekolah yang ada di Jakarta selatan. Sekuat tenaga Haris berlari kencang menghindari satpam yang terus mengejar. Tidak puas sampai di situ, satpam yang sudah terlanjur tersulut emosinya juga sempat memberitahu beberapa pemuda yang sedang nongkrong di salah satu pos pangkalan dan warkop pinggir jalan.
“Kejar berandaal itu! Dia mau bikin rusuh di SMA sini lagi seperti sebelumnya. Tangkap biang kerok perusuh itu!” tegas satpam sambil terus mengejar. Ternyata beberapa orang itu merupakan preman yang biasa mangkal di warkop dan pangkalan ojek dekat situ. Mereka langsung bereaksi.
"Ayo cepat tangkap, jangan sampai lolos!" sahut salah seorang preman. Kejadian makin ramai dan menegangkan. Empat pemuda dan remaja ramai-ramai ikut mengejar Haris.
Saat menoleh ke belakang, Haris semakin panik karena bertambah banyak orang yang mengejar. Ia berusaha belok ingin masuk wilayah lain untuk bisa sembunyi, tapi masih terlacak dan aksi kejar-kejaran yang seru terus berlanjut.
“Edodooee ... mau baku dapa deng beta? Kejar kalau bisa. Beta sudah tamat belajar cara James Bond dan Jacky Chan meloloskan diri. Lari, panjat dinding, tembok, loncat ke atas mobil, itu gampang.” Haris mengoceh sambil terus berlari menirukan aksi Jacky Chan melewati beberapa pagar trotoar dan rintangan motor yang parkir sembarangan di trotoar. Kejar-kejaran masih terus berlanjut menimbulkan kegaduhan, beberapa orang yang melintas terkejut dan berhenti menyaksikan.
@ @ @
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Khalisah Rochman
😂😂😂😂
2022-06-19
1
Oooooo22🍉
🤣🤣 lucu kak..👍 makanya jangan ambil baju orang kena getahnya khan..🤣🤣 tapi akhirnya terwujud juga keinginan Harris kak,, jadi james bond karena sudah bisa ilmu melarikan diri..🤣🤣👍 semangatt terus kak thor.. jaga kesehatan yaa..💪💪😊
2022-01-28
3
Mamah Serly
semangat ka💪💪
2022-01-27
2