"Beginikah sikap orang kaya, yang selalu berbuat sesuka hatinya, dan seenak jidatnya kek gitu?" batinnya.
Meski Ve tidak suka, tetapi ia masih bersikap sopan. Jangan ditanya lagi, ia pun sudah bersiap mengerjai Al.
"Kalau kamu bisa, kenapa aku enggak?" batin Ve.
Al sempat melirik bekal yang Ve bawa, tetapi ia amat gengsi untuk ikut menyantapnya. Padahal di dalam kotak bekal berwarna pink muda itu terdapat dua gulungan daun pisang yang panjang dan kelihatannya menggugah selera.
Tetapi Al tidak tau, isi dibalik bungkusan daun pisang tadi. Hanya saja bau wangi masakan sudah tercium sejak Ve membuka kotak bekalnya tadi. Tak disangka jawaban Al begitu simpel, hingga akhirnya Ve hanya melongo ketika mendapat penuturan dari Al.
“Tidak terima kasih, saya lagi puasa.”
“Waaawwww, keren, hari ini anak SMA masih mau puasa, cara berbohongnya berkelas sekali," gumamnya dalam hati.
Meski begitu ia tidak menunjukkan kalau dirinya sudah tahu akan kebohongan yang dilakukan oleh Al.
“Oh, maaf Kak, saya tidak tahu, padahal ini arem-arem paling enak buatan Nenek saya loh, tapi karena kakak puasa, jadi maaf, saya tetap makan disini ya, Kak, hehehe ....”
"Sue, nih anak kayaknya tau kebohongan gue!"
Al mengangguk perlahan. Ve memang sengaja mengetes persentasi kebohongan yang dilakukan siswa laki-laki di sampingnya ini. Terbukti ia berhasil melakukannya.
Tentu saja karena Ve sempat melihat Al menelan salivanya untuk beberapa kali, sesaat setelah Ve membuka bungkusan arem-arem miliknya dan mulai melahapnya.
"Hem, nyam-nyam, enak banget."
GLEK
Terdengar sebuah bunyi saliva yang begitu lirih tetapi masih bisa terdengar oleh Ve. Maklum saja gendang telinga Ve terlalu peka.
"Lama-lama disini, gue bakal ketahuan kalau bohong nih."
Akan tetapi, Al merasakan tubuhnya kaku dan tidak bisa beralih dari kursi itu. Sehingga, mau tidak mau ia menemani Ve melahap bekas makan siangnya hingga tandas tak tersisa, tetapi sorot matanya ia alihkan pada buku yang ia baca.
Ve sempat mengintip sekilas wajah teman sebangkunya itu sebelum ia melahap habis dua bungkus arem-arem besar miliknya. Apalagi Ve memakannya dengan sangat lahap.
Memang benar Al hanya berbohong, tetapi Ve memakluminya, mungkin karena ia sangat gengsi padanya, terlebih ia anak orang kaya.
“Alhamdulillah,” ucap Ve ketika bekalnya habis.
“Oh ya, Kakak namanya siapa, aku Ve,” ucapnya ramah sambil mengulurkan tangannya.
Tetapi dasarnya Al, ia hanya menjawab dengan suara saja tanpa membalas uluran tangan Ve.
“Panggil saja aku Al,” ucapnya singkat.
“Oke, kalau begitu aku panggil Kak Al saja ya.”
“Iya.”
Belum sempat Ve mengajaknya berbicara, Al sudah meninggalkannya sendirian di kelasnya.
“Dih sama saja bohong, tetap aja gue sendiri, sue!”
Sementara Al yang berjalan ke toilet merasakan hal aneh pada jantung dan pikirannya yang tiba-tiba tak sejalan.
"Kenapa pula jantung gue jedag-jedug kek gini, hanya berdekatan dengan gadis itu saja sudah membuatku pusing," keluh Al sepanjang jalan.
Sayangnya semua tingkah mereka berdua terekam oleh Salsa dan gengnya.
"Awas aja Lu berani deketin Al lagi, gue jamin Lu gak bakalan betah sekolah di sini!"
🍃Keesokan harinya.
“Selamat pagi anak-anak, sesuai kesepakatan hari kemarin, mulai hari ini kalian akan menjalani masa OSPEK selama satu minggu ke depan,” ucap Pak Prapto wali kelas Ve.
"Siap, Pak."
"Silakan kalian semua berbaris rapi di halaman sekolah!"
"Siap."
Hingga anak-anak kelas 1A mulai keluar dari kelas dan berjajar rapi di halaman sekolah. Hampir semua anak sudah memakai atribut untuk OSPEK hari ini, tak terkecuali Al dan Salsa. Sayangnya Ve belum terlihat pagi itu.
“Dimana anak itu?” batin Al
Sorot matanya masih menatap tajam ke arah gerbang sekolah, sayang, tidak ada tanda kehidupan disana ataupun tanda kedatangan siswa. Di saat semua siswa baru masih sibuk dan fokus mengikuti upacara pembukaan masa OSPEK, Al malah memikirkan Ve.
Hal itu sempat terlihat oleh Salsa yang kebetulan berada di dalam satu barisan bersama Al. Terlihat sekali mata Al sesekali melihat ke arah gerbang sekolah. Seperti seseorang yang sedang menunggu kehadiran orang lain disana, tetapi yang ditunggu tidak kunjung datang.
🍃Sementara itu di rumah Ve.
GEDUBRAK!
Ve jatuh terjungkal karena ia barusan mimpi buruk. Sedangkan dari arah dapur nenek sudah berteriak. Suaranya yang nyaring membuat ayam-ayam milik Ve kabur berlarian menyelamatkan diri. Tetapi tidak dengan Ve yang hobi molor.
“Astaghfirullah ....” keluhnya sambil memegangi kepalanya yang terantuk lantai.
Belum sempat ia berdiri, suara teriakan sang nenek sudah menggema di dalam rumah. Dengan segera Ve berlari keluar kamar untuk menghampiri nenek sebelum letusan Hiroshima meledak untuk kedua kali.
“Rayaaaa... !!" teriak nenek Safa.
“Iya, Nek,” jawab Ve setelah sampai di bibir dapur.
Raya adalah sebutan untuk Ve ketika berada di rumah. Sedangkan untuk teman sekolahnya ia biasa dipanggil dengan nama Ve.
“Jam berapa ini, segera mandi dan sekolah!” titah nenek.
“Haduh, telat lagi nih ... astaga!”
Dengan segera Ve mengambil handuk lalu segera mandi. Tanpa sarapan ia pun segera memakai atribut untuk OSPEK hari itu dan bergegas untuk berangkat sekolah.
“Ve berangkat dulu Nek, Assalamu’alaikum,” pamitnya pada nenek sembari menyambar sekotak bekal makanan yang sudah disiapkan nenek.
“Sepuluh menit lagi gerbang sekolah bakal ditutup nih,” gumamnya sambil berlari.
Beruntung ada sebuah mobil yang memberikan tumpangan padanya. Tetapi suara klakson begitu mengganggu gendang telinga milik Ve.
"Astaga, siapa lagi yang berisik, nggak tau apa gue lagi buru-buru," umpat Ve kesal.
.
.
Pagi itu Kenzo merasa kurang enak badan, hingga ia harus meminta ijin pada kedua orangtuanya untuk diantar sopir ke sekolah.
“Pa, Ma, aku ijin pakek sopir buat antar ke sekolah ya.”
“Memangnya kamu kenapa, Nak?”
“Kurang enak badan, Ma.”
“Ya sudah, kebetulan Pak Mamat bisa nganter kamu.”
“Oke Ma, aku berangkat dulu Ma, Pa, Assalamu’alaikum,” pamitnya.
"Wa'alaikum salam."
Setelah siap, ia bersama supir pergi menuju sekolah. Kebetulan saat di jalan ia melihat seorang siswi yang memakai atribut yang sama dengannya sedang berlari.
Melihat seorang gadis berlari sambil menenteng kotak makanan membuat Kenzo iba. Karena merasa kasihan, ia pun memberikan tumpangan padanya.
TINT!!
"Berisik woi, sakit gendang telinga gue!" Ve berteriak menutup telinganya, ia merasa terganggu.
Sedangkan Kenzo tertawa di dalam mobilnya.
Merasa ada mobil yang berhenti, Ve mengeryitkan keningnya. Tanpa takut ia menghampiri mobil tersebut dan mengetuk pintu kaca mobil.
“Siapa?” tanya Ve sambil menempelkan wajahnya ke arah kaca mobil.
Kenzo hanya menurunkan kaca mobilnya.
“Masuk aja, nanti keburu telat.” Ajak Kenzo sambil membuka sedikit kaca mobilnya.
Melihat Ve ragu, ia pun menunjukkan atribut sekolah yang sama dengannya.
"Udah masuk aja, gue bukan orang jahat kok! Sans aja lagi!"
Tanpa berpikir panjang ia pun segera naik ke mobil itu, lagi pula ia bisa telat kalau menolak ajakan pemuda itu.
“Terima kasih, ucapnya saat ia baru saja duduk.”
“Sama-sama, eh kamu sekolah di SMA TUNAS BANGSA juga ya?”
“Iya, Kakak kok tau.”
“Kan keliatan dari bed sama atribut yang kamu pakek, kita sama 'kan?”
“Eh iya, kita sama, wkwkwk ....”
“Kenalkan aku Kenzo, kamu?” tanyanya sambil mengulurkan tangan.
“Veeya, panggil saja Ve.”
“Kakak juga ikut OSPEK juga kah?”
“Iya, kita sama-sama siswa baru nih kayaknya.”
“Ha ... ha ... semoga tidak telat ya.”
“Aamiin ....”
“Lagian kalau kena hukuman pun, ada kamu yang nemenin,” ucap Kenzo pun mulai mengakrabkan diri dengan Ve.
“Wkwkwk ... Kakak bisa aja.”
Sebenarnya pakaian Ve sudah sesuai standart, cuma karena pertumbuhannya terlalu cepat maka rok yang ia pakai pun terlihat cepat naik dan kelihatan pendek. Sehingga tanpa sengaja mata Kenzo melirik paha mulus milik Ve. Untung saja Ve peka, sehingga dengan spontan ia menutupinya.
“Bukankah di sekolah kita nggak boleh memakai rok pendek?” tanya Kenzo.
“Iya Kak, cuma karena belum ada uang, terpaksa aku memakai rok bekas saudaraku.”
“Ha-ah! Rok bekas?” tanya Kenzo dalam hati.
“Jaman begini masih ada hal seperti ini.”
Kenzo pun semakin ingin tau kehidupan gadis disampingnya ini.
“Ahirnya kita sampai, terima kasih, Kak.”
“Sama-sama, eh, tunggu aku ....”
Tak lama kemudian Kenzo sudah berdiri di samping Ve. Tetapi pandangan semua siswa dan siswi yang berada di tengah lapangan melihat mereka berdua.
“Eh, kita telat ya?”
Pandangan wali kelas mereka begitu tak terbaca. Hingga langkah kakinya berhasil mendekati Ve dan Kenzo yang masih mematung tepat di sebelah pos satpam.
“Kalian terlambat?” tanya Bapak Wali kelas.
“I-iya, Pak.”
.
.
...🌹Bersambung 🌹...
...Apakah Ve dan Kenzo akan dihukum? kita simak di bab selanjutnya, terimakasih sudah mampir....
...Jangan lupa VOTE/Kopi/atau kembangnya ya kak, makasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
bundA&M
mudah²n g dihukum ya ve
2022-03-12
0
m
semangat upnya
2022-03-01
0
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
bakalan ada yang cemburu ni 🤣🤭
2022-02-21
1