kerjaan baru.

Keduanya tidak sadar, dengan posisi mereka saat ini. Tangan Ilham masih merangkul pinggang Dea, yang sedang duduk di kursi. Sedangkan tangan Dea pun masih berada di pundak Ilham, yang mana tubuhnya condong kebawah, menatap Dea.

Posisi keduanya itu terlihat sangat intim, juga mesra. Nampaknya mereka tidaklah sadar, bahwa ada seseorang yang merasakan sesak di dadanya, saat melihat adegan tersebut.

"Ehem." Izel berdehem. "Nanti ada orang yang liat kalian, entar dikira yang engak-engak lagi," lanjut Izel.

"Eh, apasih? Awas ah, lu minggir sana, Ham, napa jadi meluk gue sih!" gerutu Dea seakan kesal, padahal hatinya sedang berbunga-bunga.

"Dih, siapa juga yang meluk elo! Kepedean banget sih jadi orang!" sanggah Ilham sewot. Izel hanya menonton saja perdebatan mereka.

"Siapa yang kepedean! Jelas-jelas elo yang meluk gue!" tukas Dea tak terima.

"Gue, gak meluk elu Dea! Itu namanya enggak sengaja!" tampik Ilham lagi.

"Sama aja, bego."

Merekapun berhenti berdebat, karna sudah banyak mahasiswa/mahasiswi yang masuk. Beberapa saat kemudian dosen pun ikut masuk,

dan menerangkan tentang mata pelajaran hari ini.

Dosen laki-laki tersebut membahas bagaimana cara menentukan bisnis, melihat peluang, target pasar dan bagaimana cara mencari investor serta memasarkan produk yang di produksi atau misalnya jasa yang di tawarkan. Sebab itulah pelajaran pun berlangsung cukup lama dan agak terdengar membosankan.

Izel sangat mengantuk, saat mendengar penjelasan dosen tersebut. Akan tetapi gadis itu berusaha agar kedua matanya tetap terjaga. Menjadi pengusaha yang sukses adalah cita-citanya sejak remaja.

Izel ingin sekali menjadi wanita sukses dan sosok seorang anak yang bisa dibanggakan oleh kedua orangtuanya.

Tak lama kemudian, pelajaran yang bikin ngantuk pun selesai juga.

"Baiklah, semuanya. Pembahasan kali ini, cukup sampai disini. Jangan lupa kerjakan makalah yang tersebut dalam waktu sepekan," ucap sang Dosen, lalu beranjak pergi.

"Yes, akhirnya selesai juga. Ini perut dangdutan minta diisi," ucap Dea.

"Makanan aja, yang ada di pikiran lo!" sahut Izel.

"Ye, biarin aja. Lagian kalau kita gak makan, nanti bakal mati. Emangnya Lo mau!" balas Dea.

"Dih, ogah! Meskipun kita bakalan mati meskipun makan atau enggak, tapi kagak elit banget kalo ntar gue masuk berita. Seorang putri dari Arga laksana, ditemukan tewas, diperkirakan penyebabnya karena kelaparan. Idihh, ogah banget gue!" cerocos Izel sambil bergidik, membayangkan hal tersebut terjadi padanya. Bagaimanapun ia masih membawa nama besar sang papa. Walaupun tidak dianggap, Izel tetap harus menjaga nama baik keluarga.

"Haha, bener juga lo! Masa anak pengusaha sukses, mati karena kelaperan. Kan kagak lucu."Dea tertawa terbahak-bahak karena ucapannya sendiri.

"Hehe, iya gak lucu." Izel tertawa hambar. Dirinya memanglah anak pengusaha sukses, walaupun sebenarnya tidak pernah mendapat fasilitas serta materi berlimpah seperti sang kakak.

Ditempat lain, tepatnya gedung fakultas hukum.

"Yo, ntar malam, nongkrong yuk!" ajak Arian.

"Gak bisa."jawab Gio singkat.

"Ayolah, Yo. Udah lama juga, kita nggak nongkrong."bujuk Arian.

"Gak bisa Yan. Lo tau kan, gue tuh punya tanggung jawab besar sekarang. Nanti malem, gue harus belajar sama om gue. Beliau lagi ada kasus. Anggap aja gue ini lagi belajar magang," jelas Gio. Karena dirinya mengambil jurusan hukum maka dia haruslah serius menggeluti atau belajar bidang ilmu itu dengan serius. Terlebih lagi kelurga besarnya rata-rata adalah penegak hukum. Seperti jaksa, pengacara dan juga hakim.

"Calon pengacara, emang sibuk banget. Yaudah deh next time aja," ucap Arian, mengerti. Gio tidak seperti dirinya yang nampak malas-malasan dalam hal belajar.

"Si Jino kemana? Kok tau-tau ngilang aja tuh anak?" tanya Gio.

"Kaya nggak tau dia aja lo. Palingan juga kayak biasa, lagi cari mangsa baru," jawab Arian.

"Ck, dasar playboy!" decak Gio.

"Lo, kapan punya cewek? Nggak bosen apa jomblo mulu?" tanya Arian sambil melirik Gio.

"Nggak!" ketus Gio.

"Lo itu terlalu dingin jadi cowok, mana ada cewek yang mau!" sarkas Arian.

"Hm."

"Atau nggak, sama si tomboy aja tuh. Daripada lo jomblo," saran Arian asal bicara.

"Si tomboy?" Gio seketika mengerutkan keningnya dan memutar wajahnya hingga menghadap ke arah Arian.

"Itu loh, yang badung nya minta ampun. Mana penampilannya kaya preman lagi. Parah banget kan?" jelas Arian.

"Mungkin, dia seperti itu, karna punya alasan," bela Gio. Pemuda ini teringat teriakan Izel pada saat di pantai. Mungkinkah karena itu, Izel jadi seperti ini?

"Ck, emang jadi badung kudu punya alasan apa?"decak Arian tak mau merubah pandangannya begitu saja.

"Udahlah, jangan ngejelekin orang. Emangnya elo, udah jadi orang yang bener apa?" tegas Gio.

"Sejak kapan, lo belain cewek? Naksir ya? Naksir Lo sama dia. Ciee ... ngaku lo!" ledek Arian dengan seringai menyebalkan.

"Siapa, yang naksir!" elak Gio.

"Mana ada, maling ngaku. Dah ah, mending kita ke kantin yuk! Laper nih gue. Sapa tau aja entar ketemu sama si ceboy!!"ajak Arian.

"Siapa ceboy'?" tanya Gio.

"Cewek tomboy," jawab Arian, lalu dia lari sekencang-kencangnya keluar kelas.

"Sialan, lo!" umpat Gio, seraya menyusul Arian.

Sesampainya di kantin.

"Penuh Yo, mejanya gimana dong?"bingung Arian, sambil melihat sekelilingnya.

"Noh, ada satu yang kosong! Mejanya si Ceboy. Yuk di sana aja, gue laper banget!"Arian menarik Gio menuju meja Izel dan kawan-kawannya.

"Halo guys! Kita boleh gabung gak nih? Soalnya meja yang lainnya pada penuh," sapa Arian, sekalian meminta ijin.

"Oh iya boleh. Silahkan, duduk," jawab Ilham ramah.

"Thanks!" Arian pun menarik lengan baju Gio agar kawannya itu ikut duduk.

"Gue pesen dulu Yo, lo mau pesen apa?" tanya Arian pada Gio.

"Mi ayam aja, minumnya jus jeruk," jawab Gio.

"Wokeh!" Arian pun segera pergi memesan.

"Tumben berdua, yang satu lagi kemana?" tanya Dea, karna biasanya mereka selalu bertiga. Walaupun mereka beda jurusan dan gedung akan tetapi sering bertemu di kantin maupun tempat lainnya.

"Pacaran kali," jawab Gio singkat. Dea pun hanya mengangguk pelan.

"Eh iya, Zel. Malam ini lo nginep di rumah gue ya, orang tua gue lagi keluar kota. Temenin gue tidur ya please!" pinta Dea memohon dengan wajah memelas.

"Liat nanti aja, ya," jawab Izel, karena sepulang dari kampus nanti, rencananya Izel akan mencari pekerjaan. Sebab, di bengkel Ilham saja, tidak akan cukup untuk membiaya hidupnya.

Dea terlihat merengut, bersamaan dengan sosok Arian yang telah kembali.

"Nih, pesenan lo." Arian meletakan semangkok mi ayam dan juga jus jeruk dihadapan Gio.

"Thanks, Yan." Gio pun langsung menyantap makan siangnya itu. Karena cacing di perut sejak tadi sudah meronta-ronta minta diisi. Begitu juga dengan Arian, mereka pun makan bersama Izel dan yang lainnya.

Sekilas, nampak Izel melirik ke arah Gio, begitu juga sebaliknya.

.

Terpopuler

Comments

mamak aileen

mamak aileen

🥰💪💪💪

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!