Anak yang tidak diinginkan

"Loh, yang bilang, Bapak bukan dosen saya siapa? Kenapa jadi nyalahin saya? Bapak kan tadi yang lempar pulpen itu ke saya lebih dulu jadi saya lempar balik dong. Salah saya dimana coba?" Izel menjawab tuduhan sang dosen dengan santainya.

"Keluar kamu dari sini, tidak usah ikut mata kuliah saya. Bisa-bisa saya stress lama-lama ngadepin mahasiswa kayak kamu," usir sang dosen dengan kemarahan yang kentara di wajahnya.

"Dengan senang hati! Saya juga gak suka kok ikut mata kuliah, Bapak. Mem-bosan-kan!" jawab Izel dengan penuh penekanan pada salah satu kata, kemudian segera berlalu pergi.

"Grizelaaa! Awas kamu ya!" Dosen itu berteriak semakin murka, melihat kepergian Izel dari kelasnya. Mungkin, karena mahasiswinya itu mengatakan kalau kelasnya membosankan. Sungguh dosen ini tidak terima di katai begitu.

Izel pun berjalan menuju kantin, karena sepertinya perut gadis bar-bar ini lapar dan perlu diisi sesuatu. Mungkin juga karena tadi pagi dia tidak sempat sarapan. Sampai di kantin, Izel langsung memesan nasi goreng seafood extra pedas. Tak lupa juga minuman kesukaannya, jus mangga

"Sumpah deh, hari ini mood gue bener-bener ancur. Males banget gue pulang kerumah, yang kaya neraka itu. Gue serasa gak di anggap di sana. Semua yang gue lakuin juga selalu aja salah di mata mereka. Hanya Sava yang selalu benar, selalu mereka banggain. Apa gue seburuk itu??" gerutunya di akhiri dengan nada lirih.

Izel memang selalu mencari perhatian kedua orangtuanya dengan segala tingkah lakunya, karena sejak kecil dia selalu merasa di beda-bedakan dengan Sava, kakak perempuannya. Dulu dia sangat feminim, lemah lembut dan juga pintar, tetapi kedua orangtuanya tetap saja tidak pernah meliriknya. Bahkan dengan begini Izel sempat berpikir jika dirinya hanyalah anak angkat, tetapi nyatanya bukan. Dia adalah anak kandung dari mereka, hanya saja dulu orang tuanya menginginkan seorang anak laki-laki.

Karena mereka sudah punya Sava, sebagai anak perempuan. Hingga jadilah seperti ini, Izel berubah jadi gadis yang tomboy, urakan, suka balapan. Dia juga jadi bad girl di kampusnya.

"Ck, udah tomboy ... tukang bolos lagi! Nggak banget sih lu jadi cewek. Dari penampilan, elo itu pantesnya jadi preman tukang palak aja di pasar!" celetuk seseorang yang baru saja tiba di kantin tersebut.

"Gue gak bolos ya, lo gak usah sotoy deh!" sangkal Izel tak terima, karena memang dirinya tidak membolos melainkan di suruh keluar oleh dosennya.

"Terus, kalo gak bolos ngapain lo disini? Mana masih jam pelajaran lagi?" tanya orang itu dingin.

"Kepo banget sih lo! Suka-suka gue dong, mau ngapain kek disini, bukan urusan lo!" sewot Izel.

"Cih, dasar preman pasar!" Orang itupun langsung berlalu pergi begitu saja.

"Apa lo bilang barusan? Preman pasar? Woy sini lo! Kurang asem bener tu orang, dasar cowok songong!" pekik Izel terlanjur kesal dengan ucapan orang asing barusan. Akan tetapi, batang hidung si pembuat masalah itu sudah tak terlihat.

"Jadi gak selera makan lagi dah gue, mending cabut." Izel menggerutu sembari bangkit dari duduknya.

Gadis bar-bar pun berlalu pergi dari sana, dia berjalan melewati koridor kampus. Banyak sekali pasang mata para mahasiswi yang menatapnya tidak suka.

"Apa lo liat-liat!!" bentak Izel, seraya membulatkan kedua matanya. Sehingga tampangnya itu semakin sangar saja.

"Gue cuma heran aja, kok bisa ya ... preman pasar nyasar kesini," celetuk salah seorang mahasiswi itu.

"Pindah kali malaknya. Di pasar sepi palingan, jadi pindah deh kesini," sambung mahasiswi lainnya.

Izel tidak menanggapinya, dia tidak peduli dengan apa yang mereka ucapkan. Gadis itu memilih pergi saja dari sana dengan acuh, sampai akhirnya dia sampai di tempat parkir, lalu segera menaiki motornya.

Izel melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Sungguh hari ini suasana hatinya begitu kacau, berbagai umpatan dikeluarkan oleh pengendara lain, namun tak satupun yang ia pedulikan.

Justru Izel malah menambah kecepatan laju motornya hingga sampailah dirinya di sebuah pantai yang indah, sejuk dan juga tentram. Kemudian kaki panjangnya berjalan menyusuri pinggiran pantai itu setelah ia menepikan motornya.

"Tuhan, apa salah ku? Kenapa mereka gak pernah menginginkanku? Kenapa mereka menganggap seakan-akan aku ini tiada? Memang, apa salahnya terlahir sebagai perempuan? Bukannya semua anak itu terlahir sebagai anugrah? Akan tetapi ,kenapa mereka membenciku! Aku juga ingin merasakan kasih sayang mereka seperti mereka menyayangi Sava! Tuhan, aku hanya ingin bahagia!" teriak Izel, kemudian dia berjongkok dan menangis pilu dengan memeluk lututnya, kemudian menyembunyikan kepalanya di celah kakinya.

"Lo gak salah, terlahir sebagai perempuan juga gak pernah salah. Semua anak terlahir sebagai anugrah," ucap seseorang yang berjongkok di hadapan Izel.

"Cowok songong! Kok lo bisa ada disini?" kaget Izel.

"Ini tempat umum, jadi siapapun bisa kesini!"

Ujarnya dengan nada yang dingin.

"Sebenernya lo itu ganteng, tapi sayang lo dingin dan juga angkuh, songong pula," ucap Izel sembari menatap pemuda itu.

"Udah puas mandangin gue?" tegur pemuda itu lagi, seraya menatap manik mata sendu milik, Izel.

"Siapa juga yang mandangin elo, gue cuma merhatiin muka loe doang kok. Apa otot muka lo gak bisa di gerakin ya?" sarkas Izel.

"Maksud lo apa?" tanya pemuda itu mulai terganggu dengan ucapan Izel padanya.

"Kan selama ini lo gak pernah senyum tuh, jadi gue pikir muka elo itu kaku jadi susah buat senyum, hehe," seloroh Izel sembari cengengesan.

"Udah ngomongnya?" Pemuda tersebut kemudian mendudukkan dirinya begitu saja di sebelah Izel.

"Ngapain lo duduk disitu?" sewot Izel.

"Suka-suka gue lah mau duduk dimana aja, ini kan tempat umum!" timpal pemuda itu lagi.

"Tapi gak usah deket-deket gue juga kali!" Izel mendelik sebal karena pemuda asing itu sok dekat dengannya.

"Lo itu kenapa sih? Sejak awal ketemu gue perasaan marah-marah mulu, gak cape apa?"cecar pemuda tampan yang merupakan mahasiswa populer di kampus tempat Izel menuntut ilmu. Ya, pemuda tampan itu adalah Gio.

"Salahin tuh muka lo yang songong, bikin gue kesel mulu bawaannya," ujar Izel santai.

"Lah, emang muka gue kaya gini dari sononya, tampan!"ucap Gio, dengan gaya sedikit jumawa.

"Huh, pede sekali anda jadi orang ya!"cibir Izel.

" Oh, harus kalau itu!" Terus saja Gio menjawab setiap ucapan dari Izel.

"Kok, lo jadi banyak ngomong gini sih? Bukan nya lo itu irit bicara ya kalo dikampus?"tanya Izel heran.

"iya juga ya, kenapa gue jadi banyak ngomong gini?"gumam Gio dalam hati.

Gio pun langsung saja bangkit lalu pergi begitu saja, tanpa pamit pada Izel. Nampaknya pemuda itu menyesal karena telah menjadi sosok yang seakan bukan kepribadiannya.

"Tuh cowok ya, udah dateng tiba-tiba, pulang juga gak pamitan. Dasar gak tau sopan santun!" gerutu Izel.

"Apa jangan-jangan dia itu kelamaan jelangkung ya. Hii ... mending gue balik aja dah." Izel bangkit kemudian langsung berjalan menuju motornya, setelahnya gadis itu melajukan kendaraan roda duanya tersebut untuk pulang kerumah.

.

Terpopuler

Comments

Maminya Nathania Bortum

Maminya Nathania Bortum

like n lovelah

2022-04-19

1

Mak Aul

Mak Aul

udah bagus neng semangatt cerita nya juga bagus

2022-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!