Rasa Khawatir

Pria itu melesat laju mengendarai mobilnya. Didalam mobil ia menggerutu tak karuan. Ia teringat akan wanita yang baru saja merusak citranya ditempat umum barusan.

BRAKK!!

"Bagaimana bisa? Bagaimana bisa wanita murahan itu mempermalukan saya seperti itu?! Menjijikan!!" Teriaknya didalam mobil dan memukul setir mobilnya.

Namun kini ingatannya tertuju pada perlakuan wanita tadi kepada dirinya. Suara lembut yang terkesan di paksakan agar terdengar galak, serta hembusan nafas yang menyeruak diantara telinga dan tengkuknya.

Ia tak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya, sehingga ia merasa asing dengan indra peraba miliknya.

"Kenapa lagi saya ini?! Kenapa harus teringat hal yang menjengkelkan itu?!" Seru pria itu tanpa menyadari ada tikungan tepat disepanjang jalan itu. Membuatnya menginjak rem seketika dan menundukkan kepalanya disetir mobil yang tengah terparkir ditepi jalan itu.

Hhh... Hhh.. Hhh...

Mengambil nafas cepat, pria itu mengerjipkan kedua matanya. 'Bahaya sekali.' Batinnya.

Hingga aunan nada dering dari ponselnya seketika menyadarkannya. Melihat nama dari layar ponsel yang tengah berdering saat itu, membuatnya segera menjawab panggilan tersebut. "Baik. Saya akan segera tiba." Ucap pria itu dengan nada setenang yang ia bisa.

Ia menghambil ponselnya kembali dan menekan nama didalamnya. Memunculkan suara seorang pria yang terdengar cukup akrab dengannya.

"Iya, halo tuan muda. Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Ujar pria di balik panggilan itu.

"Cari tau tentang wanita murahan itu." perintah pria tersebut.

"Maaf tuan. Maksud tuan wanita yang mana ya tuan? Apa maksud tuan wanita yang-" belum selesai pria dari panggilan itu menyelesaikan bicaranya, pria didalam mobil itu telah memutus sambungan teleponnya.

"Padahal sudah tau, tapi masih tanya-tanya terus." Gumam pria itu dan menyalakan kembali mesin mobilnya, kembali melesat melaju meninggalkan jalanan tempat ia memarkirkan mobilnya sedari tadi.

"Sebaiknya segera kesana sebelum di omeli oleh kakek tua itu." Gumamnya di antara perjalan menuju kesuatu tempat.

****

Nampak seorang wanita yang terlihat cukup cantik menawarkan beberapa prduknya kepada seorang pembeli.

"Bedak ini sungguh ringan, kak. Cocok sekali untuk kulit kakak yang sensitif. Selain menutupi, bedak ini juga baik untuk mengurangi minyak di wajah anda. Harganya pun ramah di kantong. Bagaimana, kak?" Jelas wanuta yang kersp di sapa Lia itu, dengan bibir ranumnya yang selalu tersenyum sembari menjelaskan produk yang ia jajakan saat ini.

"Hhmm.. bagus juga. Saya beli deh, mbak." Jawab wanita itu.

Membuat Lia bernafas lega, dan segera menyerahkan produk berbentuk bedak itu kepada sang pembeli.

"Terimakasih, kak. Silahkan datang kembali." Ucap Lia yang masih menyunggingkan senyumnya, meslipun pembeli itu telah berjalan cukup jauh darinya.

Adelia yang baru saja menjajakan produknya tadi, pun melihat jam tangan yang ia kenakan saat ini. Jarum jamnya menunjukkan pukul tepat 12 siang. Kini tepat saatnya waktu istirahat baginya.

Berjalan meninggalkan standnya, ia menghampiri seorang wanita dengan rambut pirang yang ia gulung kebelakang kepalanya. Dan mata biru yang tenang seperti lautan itu.

"Jessica, aku mau istirahat. Aku titip stand dulu ya." Tegur Lia kepada seorang wanita bernama Jessica yang nampaknya seusianya, dimana ia terlihat tak jauh dari stand tempat Adelia bekerja.

"Oke say, buruan gih. Kayaknya pak Hery sudah duluan tuh. Hehehe" Jawab Jessica yang merupakan sahabat karib Lia.

Bukan rahasia lagi bagi mereka berdua, jika Lia menyimpan rasa tersendiri kepada menejer mall tersebut.

Mendengar perkataan Jessica, Lia hanya tersiou malu dengan menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

"Apaan sih, Jess. Bikin malu aja.." Bisik Lia.

Sembari memberikan candaan ringan kepadanya, nampak senyuman manis terukir diwajah Jessica saat melihat wajah Lia memerah bagaikan kepiting rebus.

"Sudah sana. Istirahat, nanti gantian ya." Tutur Jessica kepada Lia.

Liapun segera bergegas menuju ruang istirahat disusul suara tawa menggema Jessica, melihat tingkah menggemaskan dari Lia.

Adelia yang sedari tadi disibukkan oleh berbagai macam pelanggan , akhirnya dapat beristirahat sejenak. Menjadi SPG bukanlah hal yang mudah. Terkadang Lia harus menjawab berbagai macam pertanyaan dari para pelanggan.

Namun kemudian dari para pelanggan-pelanggan tersebut hanya beberapa yang tertarik, dan sebagian ada yang hanya melihat-lihat saja. Bahkan, terkadang ada saja laki-laki yang mencoba menggodanya.

Namun Lia bertekad untuk tak menghiraukannya, dan berfokus dengan pekerjaannya. Disini prinsip Lia adalah menjual produk bukan menjual tubuh.

"Aku harus cepat makan bekalku, kemudian touch up make up dan kembali bekerja. Hari ini benar-benar melelahkan." Gumam Lia setibanya diruang istirahat, khusus untuk para karyawan Mall tersebut.

Terlihat suasana kantin tersebut sangat ramai, oleh beberapa karyawan yang terlihat bercanda ria bersama. Hingga gelak tawa mereka pun menggema dan dapat terdengar dari kejuhan. Hal itu bukanlah hal yang perlu di permasalahkan, krena memang selalu seperti itu.

"Duuhh.. Penuh.. Oh. Ada!!" Seru Lia gembira, di saat ia melihat sebuah kursi kosong di sebelh dinding itu.

Duduk dan membuka beklnya, Lia pun mulai menyantap makanannya itu dalam diam.

Hingga disaat Lia menguyah makanannya, ia dikagetkan oleh sepasang tangan memegang pundaknya secara tiba-tiba.

Refleks membuat Lia tersedak karena terkejut oleh seseorang di belakngnya. "Uhuk.. Uhuk.. Siapa sih?!! Kurang ajar banget!! Orang lagi makan malah di-" Perkataan Lia terpotong, tat kala mengetahui sosok yang tengah tertawa terbahak-bahak di hadapannya saat itu.

"Hahahaha!! Ekspresi kagetmu lucu banget. Hahahaha.." Ujarnya tanpa rasa bersalah sedikit pun kepda Lia.

Glek... Glek... Glek...

Mangambil botol minumnya, Lia pun meminumnya. Berharap dapat mengurangi rasa terkejutnya dan juga batuk yang akihat tersedak makanan dalam mulutnya itu.

Tatapannya kini tertuju kepada seorang pria, dengan setelan jas lengkapnya yang menambah aura kepemimpinannya.

"BAPAK!! Bapak itu kekanak-kanakan banget, deh!! Untung saja saya nggak jantungan. Huh!!" Maki Lia terhadap pria yang merupakan Manejer Mall tersebut.

"Iya, iya. Maaf.. Hahaha.. Maaf ya.. Hahaha.." Ucap Hery ditengah tawanya. "Kamu marah ya, Lia? Aku benar-benar hanya bercanda. Kamu jangan nangis, ya?" Seru Hery khawatir melihat wajah Lia tertunduk lesu seakan kehilangan energi.

"Tidak. Saya tidak marah dengan bapak. Saya hanya teringat pria tadi. Saya masih sebal banget sama pria sok keren itu." Ujar Lia mengungkapkan perasaannya terhadap pria yang ia hadapi tadi.

BRAAKK!!

Lia terperanjat kaget, saat Hery tiba-tiba menggebrak meja tempat Lia yang tengah asik memakan isi bekalnya saat itu.

Langsung saja Hery mendapat tatapan panik dari seluruh karyawan yang tengah beristirahat diruangan yang terbilang luas itu.

"Bapak ini kenapa lagi, sih?!!" Seru Lia dan beberapa karyawan disana.

"Iya. Bapak ini kenapa,sih? Bikin kita kaget aja. Kalo lagi caper ke kak Lia nggak gitu juga kali, pak." Perkataan dari Laura, salah satu karyawan di Mall itu langsung memecah suasana. Seruan dan tawa terdengar hingga luar ruangan itu.

"Eh. Kami nggak memiliki hubungan apa-apa, kok. Kalian jangan salah paham gini, ya." Jelas Hery membuat kecewa beberapa anak buahnya tersebut.

"Bukan begitu, Lia?" Ucap Hery dengan memberikan senyumannya kepada Lia.

"I-iya. Kami tidak memiliki hubungan apapun, selain atasan dan bawahan." Balas Lia.

Lia yang sedari tadi tersipu malu mendengar perkataan Laura, seketika menatap wajah Hery penuh dengan pandangan bertanya-tanya sekaligus kecewa.

'Kenapa? Kenapa kamu nggak nembak aku aja, sih? Aku sudah lama suka sama kamu. Apa kamu nggak punya perasaan yang sama ke aku?' Batin Lia.

Sudah cukup lama, Lia mencoba menutupi perasaannya terhadap Hery yang telah ia pendam sekian lama.

"Bapak tadi mau bicara apa ya, pak? Sampai gebrak-gebrak meja segala. Kaya ada hal penting yang ingin bapak sampaikan ke saya." Tanya Lia kepada Hery. Ia tak ingin perasaannya itu mengganggu kinerjanya dan Hery selama ini.

Mendengar pertanyaan Lia barusan, membuat Hery sontak mendekati Lia dan segera menatap bola mata coklat tua milik Lia dalam-dalam.

Dengan menarik nafas untuk menenangkan dirinya, Hery mulai membuka mulutnya.

"Pria yang kamu labrak tadi siang bukanlah pria sembarangan. Dia adalah Leonardo NusaJaya. Satu-satunya keturunan laki-laki dari keluarga NusaJaya. Kamu tau kan perusahaan NJ sudah sangat terkenal dari dulu. Mereka nggak akan segan-segan kepada siapapun bila ada yang merusak atau menggangu kehidupan maupun perusahaan mereka." Timpal Hery seraya menatap horor sekaligus khawatir kepada wanita berusia 22 tahun dihadapannya tersebut.

"Saya nggak tau dan nggak mau tau. Yang saya tau dia orang yang keras kepala. Dia sadar kalau sudah menabrak saya hingga terjatuh. Tapi dia tidak meminta maaf, malah dengan entengnya memberi saya uang dan menawarkan uangnya kepada saya. Emangnya saya perempuan gampangan apa?!" Oceh Lia seraya menutup kotak makan siangnya dan bergegas berdiri dari kursi tempat ia duduk tadi.

"Kamu jangan main-main ya, Lia!? Pokoknya bila nanti kamu bertemu lagi dengan pria itu, sesegegera mungkin kamu minta maaf kepadanya atas sikapmu hari ini. Saya tidak ingin terjadi apa-apa padamu. Karena itu, saya mohon lain kali berhati-hatilah bertindak." Imbuh Hery dan mendahului Lia meninggalkan ruangan itu bersamaan dengan beberapa karyawan lainnya.

"Apaan sih si Hery itu. Kayak orang tua aja, huh!" Sambung Lia dan bergegas merapihkan dandanan serta pakainnya. Ia menatap jam tangan yang terpasang dipergelangan tangan kirinya itu.

"Ya ampun!! Sudah 1 jam nggak terasa aku istirahat. Aku harus cepat-cepat kembali. Kasihan Jessica, dia pasti sudah nungguin aku." Ucap Lia dan bergegas menaiki tangga menuju lantai atas tempat ia menjajakan produknya di Mall tersebut.

Jadi, siapakah sosok pria tersebut sebenarnya, hingga membuat Hery begitu khawatir?

Bersambung..

-------》》》》》》》》》》》》》》》》》---------

Halo teman-teman semua, jaga kesehatan selalu ya.

Meskipun belum banyak pembaca yang minat dengan novel ku ini, aku benar-benar menghargai kalian yang telah bersedia membacanya meskipun hanya beberapa bab saja.

Terus dukung aku untuk melanjutkan novel ini hingga tamat ya teman-teman. Satu komen dan satu like dari kalian sangat berharga bagi saya.

Terimakasih. See you da da bye bye.. 🥰🥰

Terpopuler

Comments

Hanny Bund

Hanny Bund

ada beberapa yg typo nmanya adelia jd anita

2022-03-07

1

lihat semua
Episodes
1 Harga Diri
2 Rasa Khawatir
3 Harus Menikah
4 Rencana Pembalasan
5 Teringat masa lalu
6 Rasa Suka Padanya
7 Seperti Stalker
8 Berusaha
9 Kerja Keras
10 Kenangan bersama orang terkasih
11 Rumor yang beredar
12 Bekerja diklub malam
13 Penari Seksi
14 Mabuk
15 Perjanjian
16 Gaun Pengantin
17 Menyatakan Cinta
18 Jadi selama ini?
19 Terimakasih
20 Hari Pernikahan
21 Kembali Bertemu
22 Misi Pertama
23 Biar waktu yang berbicara
24 Mendapat Serangan
25 Serangan Balik
26 Ancaman
27 Jalan-jalan
28 Bermain Bersama
29 Di Teras Mall
30 Hadiah
31 Taman bermain
32 Sebuah Alasan
33 Si Bocah Monyet
34 Mengungkapkan Perasaan
35 Kehadiran Kakek Edward
36 Pertama Kali
37 Sebuah Sapu Tangan
38 Rasa Cemas
39 Diam
40 Tidak perlu khawatir
41 Dibawah pohon yang rindang
42 Kehadiran pak Tomo
43 Seperti Bayi Penyu
44 Lia Pingsan
45 Meninggalnya Pak Tomo
46 Benci dan Cinta
47 Kebenaran Yang Tersembunyi
48 Sebuah Perasaan
49 Konflik
50 Panti Asuhan
51 Beban
52 Cinta yang Sebenarnya
53 Perasaan Rindu
54 Perihal Sarapan
55 Melepas Rindu
56 Salam Perpisahan
57 Karisma Sang Boss Muda
58 Bekerja
59 Perkataan Angga
60 Harap-harap cemas
61 Setibanya di Kota B
62 Perasaan Cemburu
63 Rencana Licik
64 Yang di Lihat oleh Lia
65 Malam Masih Panjang
66 Syal di Leher
67 Pertikaian
68 Kondisi Lia
69 Kesalah Pahaman
70 Pengumuman
71 Kesalah pahaman (2)
72 Isi Hati Cika
73 Aku harus kuat
74 Kisah Kelam Feri
75 Bertemu Tuan Cakra
76 Perilakunya Seperti Seorang Kakak
77 Cemburu
78 Di sambut hangat
79 Apakah tuan muda sakit?
80 Canda dan Tawa
81 Pernyataan
82 Tatapan yang Tajam
83 Ketegasan Kakek Edward
84 Sinta dan Lia
85 Kebijaksaan kakek Edward
86 Menepati Janji
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Harga Diri
2
Rasa Khawatir
3
Harus Menikah
4
Rencana Pembalasan
5
Teringat masa lalu
6
Rasa Suka Padanya
7
Seperti Stalker
8
Berusaha
9
Kerja Keras
10
Kenangan bersama orang terkasih
11
Rumor yang beredar
12
Bekerja diklub malam
13
Penari Seksi
14
Mabuk
15
Perjanjian
16
Gaun Pengantin
17
Menyatakan Cinta
18
Jadi selama ini?
19
Terimakasih
20
Hari Pernikahan
21
Kembali Bertemu
22
Misi Pertama
23
Biar waktu yang berbicara
24
Mendapat Serangan
25
Serangan Balik
26
Ancaman
27
Jalan-jalan
28
Bermain Bersama
29
Di Teras Mall
30
Hadiah
31
Taman bermain
32
Sebuah Alasan
33
Si Bocah Monyet
34
Mengungkapkan Perasaan
35
Kehadiran Kakek Edward
36
Pertama Kali
37
Sebuah Sapu Tangan
38
Rasa Cemas
39
Diam
40
Tidak perlu khawatir
41
Dibawah pohon yang rindang
42
Kehadiran pak Tomo
43
Seperti Bayi Penyu
44
Lia Pingsan
45
Meninggalnya Pak Tomo
46
Benci dan Cinta
47
Kebenaran Yang Tersembunyi
48
Sebuah Perasaan
49
Konflik
50
Panti Asuhan
51
Beban
52
Cinta yang Sebenarnya
53
Perasaan Rindu
54
Perihal Sarapan
55
Melepas Rindu
56
Salam Perpisahan
57
Karisma Sang Boss Muda
58
Bekerja
59
Perkataan Angga
60
Harap-harap cemas
61
Setibanya di Kota B
62
Perasaan Cemburu
63
Rencana Licik
64
Yang di Lihat oleh Lia
65
Malam Masih Panjang
66
Syal di Leher
67
Pertikaian
68
Kondisi Lia
69
Kesalah Pahaman
70
Pengumuman
71
Kesalah pahaman (2)
72
Isi Hati Cika
73
Aku harus kuat
74
Kisah Kelam Feri
75
Bertemu Tuan Cakra
76
Perilakunya Seperti Seorang Kakak
77
Cemburu
78
Di sambut hangat
79
Apakah tuan muda sakit?
80
Canda dan Tawa
81
Pernyataan
82
Tatapan yang Tajam
83
Ketegasan Kakek Edward
84
Sinta dan Lia
85
Kebijaksaan kakek Edward
86
Menepati Janji

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!