Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan siap-siap untuk berangkat sekolah setelah dua Minggu alpa.
Aku berlari lari kecil disepanjang pematang sawah dan bersenandung dengan lagu yang lagi hit dan kekinian.
"Akhirnya sampai juga. Pak....saya ambil tiga puluh koran ya? Seperti biasanya?" Aku berkata kepada bapak tua itu.
"Iya nak! Ambil saja."
"Terimakasih pak. Nanti sepulang sekolah saya akan kemari lagi." Aku akan memberikan uang hasil penjualan koran setiap pulang sekolah.
Aku tidak mungkin membawa terlalu banyak. Karena nanti tidak habis sedangkan aku harus masuk sekolah pukul 07.00 pagi.
Aku kemudian langsung pergi kebeberapa lampu yang ramai kendaraan lewat.
Koran!
Koran!
Koran Pagi!
Akhirnya sebelum bel sekolah berbunyi koran ku telah habis dan tinggal satu lagi.
"Koran Neng!" Seseorang membuka kaca jendelanya dan memberikan uang Rp 2.000 an.
Aku memberikan koran itu.
Deg
Deg
"Tuan Regan?" Aku kemudian tersenyum padanya. Oh seragam abu-abu ku. Aku ini masih anak ingusan. Kenapa jantungku malah berdebar-debar seperti ini.
"Sharmila?" Tuan Regan nampak terkejut melihatku.
Aku mengangguk dan tersenyum padanya.
Dia kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Tiiiiiin!
Tiiinnnnn!
Terdengar bunyi klakson dari mobil dibelakang nya.
Lampu hijau sudah menyala. Kemudian Tuan Regan menutup kaca jendelanya dan melajukan mobilnya. Aku menatapnya hingga mobil itu hilang tersusul oleh mobil lainya.
Aku berlari kecil ke sekolah ku.
Gerbang baru saja akan ditutup dan dikunci.
Aku dengan cepat menahanya dengan kedua tanganku dan dengan cepat memasukan tubuh kurus ku diantara celah pintu yang belum tertutup sempurna.
"Pak biarkan saya masuk. Baru lewat satu menit dua detik." Rayuku sambil memberikan senyum termanis dengan nafas yang masih terengah-engah.
"Cepat masuk! Langganan telat!" Kata satpam sekolah.
Syukurlah....akhirnya aku bisa kembali ke sekolah setelah dua Minggu alpa.
Jika bukan karena bea siswa mana mungkin aku bisa menginjakan kaki disekolah favorit ini. Meskipun hinaan dan cacian sering membuatku minder, namun impianku untuk mendapatkan ijazah SMA membuatku kuat dan menjadi perisai setiap kali aku down dan putus asa.
"Mila!" Temanku berada dibelakangku.
"Jihan?"
"hai kau juga terlambat hari ini?" Kataku pada Jihan.
"Iya aku bangun kesiangan jadi terlambat." Kata Jihan sambil berjalan di sampingku.
"Hai kau ke mana aja selama dua minggu ini banyak yang nyariin kamu loh!" Tanya Jihan.
"Hah? nyariin aku? Emang ada yang nyariin aku?"
"Ya siapa lagi kalau bukan si Edo." Kata Jihan.
"Dia lagi! Dia lagi!" Jawabku.
"Setiap hari dia nungguin kamu di depan kelas. Ya..... tapi aku bilang saja kalau kamu tidak masuk, dan aku tidak tahu kenapa kamu tidak masuk. Tiap hari dia nanyain kamu Mila."
"Ya sudah biarkan saja."
"Jihan , Mila"
"Edo?" Yaelah panjang umur." Kataku.
"hai aku juga terlambat hari ini."
"nggak ada yang nanya!" Kata Jihan.
"Gitu amat sih?!"
"Hai Mila.... kau ke mana aja 2 minggu ini? Kamu nanti harus langsung ke ruang kepala Sekolah. Kamu tidak masuk sekolah tanpa keterangan selama 2 minggu."
"Baiklah aku mengerti. Nanti aku akan langsung ke guru BP dan aku akan mengatakan kenapa aku tidak masuk sekolah ketua OSIS yang terhormat."
"Oh ya ngomong-ngomong emang kenapa sih kamu tidak masuk sekolah?" Tanya Jihan setelah kami sampai di kelas dan kebetulan guru yang akan mengajar belum masuk, sehingga kami bisa ngobrol sebentar.
"Ceritanya panjang Jihan nggak kelar 1 hari kalau aku ceritain."
"Ayo dong cerita. Aku penasaran nih. Kenapa, apakah kamu bertemu seorang pangeran?"
"pangeran?" Aku jadi teringat sesuatu.
"Seperti cerita-cerita di film yang lagi ngehit." Kata Jihan.
"Ooh iya, aku baru ingat, yang kamu katakan benar Jihan, aku bertemu dengan seorang pangeran yang sangat tampan dan dia naik mobil Ferrari merah." Kataku bersemangat.
"Apa benar kamu katakan Mila? kamu tidak sedang mengkhayal kan?"
"Tidak jihan. Aku tidak bercanda, bahkan tadi pagi di lampu merah kami bertemu kembali dan dia tersenyum padaku, tapi tiba-tiba lampu menyala hijau dan aku tidak sempat menyapanya.
"oh romantisnya...." Kata Jihan.
"Dia bahkan mengantarku ke rumah, Jihan."
"Apa?"
Jihan semakin terkejut mendengarnya. "Jadi kamu naik mobil Ferrari merah yang mewah itu?"
Aku mengangguk.
"Iyaa."
"Selamat pagi anak-anak!"
"Yah Bu ana sudah datang. Nanti kamu ceritain lagi ya. Aku sangat penasaran dengan ceritamu dan apa saja yang kamu lakukan dengan pangeran tampan itu."
"Tentu saja."
"Apakah itu sarmila?" Kata Bu Ana wali kelasku saat melihatku sudah ada didalam kelas.
"Benar ibu, saya baru masuk hari ini setelah dua minggu saya tidak masuk." Aku mencoba menjelaskan.
"Ya kamu ditanyain dan oleh grup BP lebih baik kamu ke sana sekarang dan membuat laporan Kenapa kamu tidak masuk." kata Ibu Anna wali kelas kami.
"Baik bu."
huuuuu
teman-teman yang lain kemudian menyoraki ku karena aku tidak masuk tanpa keterangan selama 2 minggu.
Sudahlah aku tidak memperdulikan mereka yang penting sekarang aku harus membuat laporan agar aku tidak dikeluarkan dari sekolah ini.
Aku benar-benar tidak ingat jika aku harus membuat laporan saat masih di rumah sakit.
Semoga saja aku bisa datang ke rumah sakit itu dan membuat surat keterangan selama aku dirawat dua minggu di sana.
tok tok tok
"Ya masuk!"
"Shar....mi....la.
"Ya Pak. Saya."
"Kenapa kamu tidak masuk 2 minggu!?"
"Anu pak... saya... saya kecelakaan."
"Mana suratnya? keterangan dari Dokter?"
"Saya lupa tidak memintanya Pak."
"Apakah kamu sudah tidak ingin sekolah di sini?"
"Jangan Pak. Saya mohon, saya benar-benar kecelakaan dan saya dirawat di rumah sakit."
"Sekolah membutuhkan bukti yang riil dan surat keterangan dari Dokter apalagi kamu termasuk penerima beasiswa dari pemerintah kamu tidak boleh seenaknya saja."
"Baik Pak saya sangat minta maaf, dan beri saya kesempatan sekali lagi. Saya benar-benar kecelakaan dan saat itu saya tidak sadarkan diri, dan saat ini ingat saya lupa untuk meminta surat dari dokter."
"Baiklah karena Ini pertama kalinya kamu bolos selama 2 minggu maka besok kamu harus ke sekolah dengan membawa surat keterangan dari Dokter."
"Ya baik Pak."
"Ya sudah sana, masuk ke kelas lagi.
Lain kali jangan bolos dan kalau izin kamu harus membawa surat keterangan, ingat kamu adalah penerima beasiswa, kamu tidak boleh sesuka hati dan tidak boleh sembarangan atau nanti beasiswa kamu akan dicabut dari nama mu dan akan diganti siswa yang lain." Kata Guru BP mengingatkan.
"Iya baik Pak dan sekali lagi terimakasih. Baiklah saya permisi, saya akan masuk ke dalam kelas."
"Ya sudah sana masuk kelas!"
Dasar anak ini! Sebenarnya aku juga kasihan jika bukan karena beasiswa dia tidak akan bisa sekolah disini, apalagi melihat latar belakang keluarganya bahkan mereka seperti tidak mempedulikannya.
Aku juga sering melihatnya. Jika dia berjualan koran di lampu merah tapi apalah dayaku aku hanyalah guru honorer aku juga tidak bisa membantunya.
Aku hanya berdoa semoga apa yang dicita-citakan bisa dia dapatkan dan terwujud sehingga bisa merubah nasibnya.
Kata Pak Guru BP disekolahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Dewiku Utami
sumpah ceritamu bagus thor
kenapa msh dikit bgt yg komen dan baca ya
2022-11-29
0