NTM : 1.7

Aku membuang muka. Mengabaikan orang yang duduk di depanku itu, mengalihkan pandangan ke arah lain yang lebih menarik alih-alih dia!

Meski agak aneh. Namun, daripada aku diam saja, akhirnya aku jadi ikut tertawa bersama para tetua yang memang sedang tertawa saat ini. Entah karena hal apa, aku pun tak tahu. Hehe.

"Duk!"

Aku memejamkan mata sebentar saat kurasakan sebuah tendangan dari arah depan kepada tulang keringku, yang sudah bisa kupastikan kalau ini adalah sebuah kesengajaan! Menghela napas, aku mengolah rasa sabarku agar lekas berproduksi banyak.

Aku tak tahu apa salahku, tapi kenapa manusia tengil itu malah sengaja mengganggu diriku yang sudah tenang ini?!

"DUK!!" Kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Aku bahkan sampai meringis menahan sakitnya tulang keringku yang ditendang oleh kaki kuatnya itu.

Karena rasa sakit yang membekas ini, aku jadi nggak tahan lagi untuk nggak meledak! Makhluk ini memang sudah di luar batas. Kurang ajaaarr!!!

Aku mendengus kesal. Lantas aku melotot garang kepadanya. Sudah habis sabarku untuk menahan emosi ini lebih lama. Tidak, aku memang tidak bisa!

Bukannya jipper atau pun ngeri dengan kilat amarah di mataku ini, dia malah tersenyum-senyum seolah sedang mengejekku. Menyebalkan!

Lihat! Belum lagi dengan gerakkan bibirnya itu yang menyuratkan kata "jelek" padaku.

Astagfirullah! Kalau bukan karena semua keluarga sedang berkumpul di sini, aku tak segan mengeluarkan jurus mautku untuk mendepak wajahnya yang menyebalkan itu!

"Duk!" Lagi.

Sumpah demi apa pun! Kesabaranku sudah benar-benar habis bersih sekarang!!

Aku bahkan sampai menggigit gemas bibirku karena saking sebalnya aku terhadapnya sekarang!

Tulang keringku lagi-lagi jadi korban oleh keisengan kakinya. Dan parahnya, aku nggak tahu maksud dan tujuan dia berbuat seperti ini itu karena apa! Yang jelas sekarang dia malah cengengesan selagi membalas tatapanku yang sedang melotot kesal setengah mati kepadanya. Sialan!

Nggak terima. Maka sekarang giliran aku yang membalasnya!

Menyeringai senyum licik, aku lantas segera menggencarkan aksiku. Lihat saja, aku pasti bisa membalasnya berkali-kali lipat dalam sekali ayunan kaki. Satu... dua... ti... ga!

"AAWW!!"

Semua orang yang berada di meja makan ini langsung terkesiap, kaget, mendengar teriakkan Bian yang memekakkan telinga itu. Dia kesakitan, aku tahu. Sangat terciri dari ekspresi dan warna wajahnya yang berubah merah tiba-tiba itu.

Memangnya enak?! Hahaha.

Aku tertawa puas dalam hati. Suatu kepuasan tersendiri memang melihat lawan kalah telak seperti ini. Oh, yeah... I am a winner! Hehehe.

"Kenapa, Bian?!" Tegur Om Heri yang terkejut menatapnya.

Bian yang tampaknya masih sangat kesakitan itu dengan cepat langsung menutupinya dengan tawa yang lebih kedengaran sumbang di telingaku. Aku mencebik menatap reaksi aktingnya yang kurang pro itu. Dasar amatir! Haha.

"Ah, nggak apa, Pi. Tadi kakinya kepentok meja, nggak sengaja." Bian nyengir. Membuat yang memandanginya menghela napas lega, terkecuali aku tentu saja.

Karena memang hanya aku yang sudah tahu belangnya. Huh, dasar pendusta! Ck.

***

Insiden itu sepertinya menjadi sebuah pelajaran yang mampu mengakhiri kejahilan Bian padaku hari ini. Buktinya sampai kami selesai makan malam dan kini duduk bersama di ruang tamu tampaknya dia kalem-kalem saja tanpa ada unsur ke-resek-an sedikit pun. Syukur lah, aku jadi nggak makin banyak makan hati. Huh...

"Baiklah, sekarang kita bisa bicara yang lebih serius yaa?!" Om Heri mulai membuka pembicaraan.

Aku menghela napas. Kurang merasa tertarik, karena kupikir obrolan serius mereka tak akan jauh-jauh dari cakupan bisnis semata. Meski aku mahasiswa fakultas Ekonomi, namun untukku yang nggak punya ketertarikan dalam berbisnis ini, bila mengobrol hal demikian pasti langsung membuat kepala ter-shutdown otomatis. Apalagi cakupan bisnis mereka itu dalam bidang IT. Oh tidak, aku paling gaptek kalau urusan teknologi!

Aku baru saja ingin beranjak, pamit pergi dari obrolan yang tak akan aku mengerti. Tapi cekalan tangan Mbak Citra pada tanganku yang kuat ini--tepat saatku baru saja setengah berdiri, membuatku mau tak mau harus duduk kembali lagi di tempatku semula.

"Mau nyuci piring, Mbak..." bisikku ke telinganya. Namun Mbak Citra hanya menggeleng dengan tangan yang terus memegangi lengan kananku seolah-olah tak mengizinkanku pergi ke mana-mana.

Aku pun mendengus dibuatnya. Mau tak mau memang sepertinya aku harus mengikuti maunya kakakku ini, meski pun hanya dengan setengah hati.

"Jadi, persiapan pernikahannya bagaimana, Ji? Sudah masuk berapa persen?" Tanya Ayah tiba-tiba.

"Sudah masuk tahap nyaris sempurna, 90 persen!" Mas Aji pun tertawa sumringah menjawab pertanyaan Ayah sembari menunjukkan ke-sembilan jarinya.

Aku mengernyit, bingung. Pembicaraan ini yang sangat jelas sekali terdengarkan tentang pernikahan, bukannya soal bisnis IT yang aku bilang sebelumnya.

Tunggu dulu!

Jadi, siapa yang akan menikah? Pernikahan siapa yang sedang dibicarakan Ayah kini?!

Aku bertanya-tanya soal kemungkinan besar pada siapa pernikahan itu ditujukan. Mengamati satu per satu orang-orang yang belum menikah di ruangan ini. Tentu saja hanya ada Fabiola, aku, dan Bian, si cowok resek itu, mengingat tidak mungkin Mbak Citra dengan Mas Aji yang padahal sudah menggelar pernikahan meriah setahun yang lalu.

Lalu, siapa?

Tatapan mataku seketika terarah pada Bian. Karena tak mungkin bagi anak sekolah yang masih di bawah umur seperti Fabiola itu menikah sekarang.

Tapi tiba-tiba, aku merasa ada yang ganjil karena yang membicarakan hal itu lebih dulu adalah Ayahku sendiri bukannya Om Heri, Papinya Bian.

Eheiii... nggak mungkin itu aku kan?!

___________________

P.S :

Tulisan "NTM : X.X" artinya SUDAH REVISI

sedangkan "BAB X.X" artinya BELUM REVISI

Terpopuler

Comments

Savina Fitria

Savina Fitria

semangat thor
aku suka ceritamu .....

2020-10-15

1

Susanti Gladis Putri

Susanti Gladis Putri

bosen guys!!!

2020-05-12

0

Rany Ruby

Rany Ruby

bs ketebak jln crta nya. tp...knp ya...rasa nya bosen ngebcanya... , jd lbh bnyk ngelewatin bcaan..😁

2020-01-18

9

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!