NTM : 1.4

Acara itu dihentikan seketika tepat saat adzan magrib berkumandang, para lelaki lantas langsung bergegas pergi ke masjid. Ayah dan Om Heri lengkap dengan sarung dan kokonya, Mas Aji pun sama. Yang berbeda hanya Bian, dia nggak pakai sarung, cuman pakai koko dengan bawahan celana jeans navy gelapnya. Dan setahuku, koko itu pun hasil pinjaman dari Mas Aji.

Aku angkat bahu. Merasa itu bukan hal penting yang mesti kuurusi. Mengalihkan pandangan, aku memerhatikan hal yang lebih menarik perhatianku, yakni; kesibukan Mbak Citra yang sedang memakaikan Ola sebuah scarft di kepalanya. Gadis belia itu memang dasarnya sudah cantik, dan entah kenapa menjadi bertambah cantik kala mengenakan itu untuk menutupi kepalanya. Aku tersenyum mengamati mereka. Sesaat setelahnya Mbak Citra menoleh kepadaku, bertanya pendapatku tentang penampilan Ola saat ini.

"Cantik kan, Re?" Tanyanya sekali lagi.

Aku mengangguk, sementara Ola kelihatan salah tingkah dengan menutupi separuh wajahnya dengan tangan. Membuatku dan Mbak Citra tertawa saja melihat reaksinya yang tampak menggemaskan.

"Ih, kenapa ditutup-tutupi gitu sih, La? Cantik banget tau!" Seru Mbak Citra berusaha menyingkirkan telapak tangan Ola dari wajah manisnya.

"Malu, Kak..." cicitnya.

Mbak Citra masih berusaha merayu Ola agar lebih percaya diri jika sedikit dipuji. Sementara aku tertawa saja mendengarnya.

"Kak Rere, nggak mau coba pakai juga? Kayaknya kalau Kak Rere pakai ini, bisa lebih cantik dari aku." Ucap Ola tiba-tiba yang lantas membuatku nyengir seketika.

"Ah, dia mah susah disuruh pakai hijab!" Tukas Mbak Citra yang langsung membuatku melotot jengah. "Tunggu aja sampai dia nikah, La! Soalnya dia janji mau pakai hijab setelah nikah,"

Ola mengangguk-angguk, paham. Kemudian dia tersenyum cerah, "Berarti sebentar lagi dong ya, Kak?"

"Ha?" Aku mengernyit. "Apanya yang sebentar lagi?"

Ola masih memasang senyum manisnya. "Kak Rere nikah!"

Alis mataku terangkat otomatis ke atas. Agak kaget mendengar ucapannya. Namun nggak ada salahnya juga sih, karena candaannya ini bisa saja menjadi doa yang langsung di-aamiin-kan para malaikat, bukan? Hehe.

Aku tertawa. "Di-aamiin-in nggak ya? Abis Kak Rere kan, belum lulus, La." Kilahku.

Jujur saja, sampai detik ini aku belum punya pikiran yang lain selain lulus dan bisa wisuda dalam waktu dekat. Bahkan untuk rencana setelah lulus aku belum punya, boro-boro memikirkan soal pernikahan bila calon jodohnya saja belum punya! Ck.

"Harus di-aamiin-in lah! Kan emang Kak Rere udah mau nikah, kan," Ola tersenyum manis padaku.

Namun aku malah memandangnya dengan datar. Nggak mengerti apa maksud ucapan Ola barusan. Mengapa dia bisa berkata hal demikian? Seolah tahu betul kalau pernikahan itu benar akan berlangsung sebentar lagi!

Aku baru akan membuka mulutku, hendak mengucapkan kalimat tanya pada Ola. Karena saat ini aku merasa gagal paham dengan ucapannya barusan. Namun, belum juga suaraku keluar, Mbak Citra langsung mengintrupsi kami.

"Eh, ayo, sholat dulu! Magrib waktunya sebentar loh!"

Ola mengangguk. Ia lantas berdiri dari duduknya, meninggalkanku yang masih duduk manis di atas sofa di ruang keluarga begitu pula Mbak Citra. Sedangkan para Ibu-ibu sudah beranjak jauh lebih dulu sejak tadi.

Dan, mereka semua pergi meninggalkanku di sini sendiri bersama dengan kebingunganku yang terasa ambigu.

***

Aku pun pindah tempat. Selagi menunggu semua orang berkumpul untuk makan malam, sementara aku memang sedang berhalangan untuk menunaikan ibadah seperti yang lain. Aku lantas beranjak menuju kursi santai di halaman belakang. Tempat favoritku di rumah selama ini, di mana aku bisa memandangi gelapnya langit yang bertabur bintang yang semakin ke sini semakin mudah untuk di hitung.

Ah, Jakarta. Mungkin aku memang harus berlibur ke daerah desa di kaki pegungan agar bisa menemukan taburan bintang lebih banyak lagi dibanding di langit Jakarta.

Semilir angin yang membelai tubuhku lembut, terutama bagian wajahku ini hingga membuat helai-helaian rambutku berkibar mengikuti embusannya. Selagi menikmati ketenangan dan kenyamanan itu, perlahan-lahan membuat mataku terasa berat.

Rasa kantuk itu seketika menyergapku dan aku lantas menyerah dengan lebih memilih memejamkan mata tanpa ingin mempertahankan kesadaran.

Rasanya lelah itu memang masih memekat. Hingga aku ingin jatuh terlelap.

Atau... memang benar-benar terlelap.

___________________

P.S :

Tulisan "NTM : X.X" artinya SUDAH REVISI

sedangkan "BAB X.X" artinya BELUM REVISI

Terpopuler

Comments

galuhname

galuhname

kapan nikahnya?

2020-11-07

0

Oot

Oot

"saling mencintai" kata bian. itu artinya dia udah cinta duluan kaann.

2020-10-15

0

Yanti Manic

Yanti Manic

pasti brian jatuh cinta sama rere

2020-02-05

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!