Aku lantas berjalan masuk sendiri ke dalam untuk menempati meja. Nggak peduli lagi dengannya, karena aku sudah membayar jasanya hari ini. Artinya, urusan kami sudah selesai!
Begitu sampai di sebuah meja aku langsung menaruh tas dan mulai memutari meja yang sudah tersedia banyak jenis daging dan berbagai macam sayuran. Aku menimbang-nimbang pilihan apa yang akan aku jatuhkan. Antara Yakiniku atau Shabu-shabu? Berkuah atau tidak, ya? Namun, melihat cuaca yang sedang panas begini, sepertinya akan lebih enak kalau memilih menu Yakiniku yang kering daripada yang berkuah.
Aku tersenyum penuh arti. Baiklah, mari kita barbekyuan! Hoho.
Aku lantas mengambil tempat untuk mengambil beberapa jenis daging yang tersedia. Memilih yang sekiranya enak dipanggang rasanya.
"Heh, lo ngapain di sini?!"
Aku hanya meliriknya sekilas sebelum memilih tuk mengabaikannya. Lebih baik fokus saja memilih menu daripada menghiraukannya yang nggak penting itu.
"Eh, lo ngapain ambil yang itu?! Itu tuh rasanya biasa aja. Lo harusnya ambil tuh yang in--"
"Bisa diam nggak, sih?! Mau mulut lo gue sumpel pakai nih piring?! Berisik tahu, nggak. Tolong ya jauh-jauh dari gue. Gue mau makan dengan nyaman dan tenang di sini. Paham?!" Tukasku cepat. Nggak perlu sampai menunggu dia menjawab, aku langsung meninggalkannya.
"Gue ambil Shabu-shabu ya. Nanti kita bagi-bagi." Katanya yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangku lagi.
Aku memutar bola mata. "Ogah."
"Gitu amat sih, lo. Kan biar bisa ngerasain semua. Kalau kita sama-sama berbekyuan ntar nggak asik lah. Nggak ada kuah tuh nggak enak loh!"
Aku mengerutkan kening. Sesaat aku merasa ucapannya itu ada benarnya juga. Namun, tetap saja aku nggak bisa mudah percaya begitu saja padanya. Ingat, dia itu musuh berbahaya!!
"Heh, diam aja! Gue lagi ajak ngomong, oi!"
"Ish, beberapa bulan nggak lihat lo. Lo ternyata tambah berisik yaa, Bian?!" Gerutuku padanya yang malah bikin dia cengengesan.
"Makanya, kalau lo nggak mau dengerin gue berisik, setuju dong!"
Aku mendengus. "Yaudah, yaudah."
Akhirnya aku yang mengalah. Demi kepalaku nggak pecah. Demi kenyamanan hidupku hari ini.
"Siikk! Nah, gitu dong!" Dia langsung tersenyum dengan lebarnya. Bikin aku bergidik. Lalu, akhirnya dia meninggalkanku menuju jejeran bahan makanan untuk Shabu-shabu.
Aku tertawa mendengus sendiri melihat tingah polahnya. Entah mengapa, aku merasa baru-baru ini, terkadang Fabian itu bisa lebih bersahabat dan agak hangat dibandingkan saat kami berada di SMA, dulu.
***
Acara makan siang kami berlalu dengan cepat. Kami sepakat untuk langsung menuju ke rumah dan tidak mampir ke mana pun lagi. Karena aku merasa sudah capek dan ingin segera istirahat. Tidur di di rumah!
Bahkan aku nyaris tak sadar ketika aku ketiduran di mobil selama perjalanan itu. Yang padahal sudah kutahan setengah mati agar aku tak memejamkan mata. Tapi apa daya, ternyata mataku tidaklah sekuat itu!
Aku benar-benar tidur selama perjalanan berlangsung, membiarkan Bian menyetir sendirian. Entah aku yang terlalu kebo atau apa. Tidurku memang benar-benar nyenyak sampai aku mendengar Bian membunyikan klakson dengan kurang ajarnya hingga aku tergeragap karenanya.
"Bian sialan!" makiku sekali lagi untuknya mengingat insiden setengah jam lalu.
Namun tak berapa lama aku kembali tersadar. Menghela napas, aku pun berujar. "Nggak boleh. Nggak boleh memaki. Gitu-gitu... dia yang udah anterin kamu sampai di rumah dengan selamat, Re!"
Aku menghela napas panjang.
Dan, tiba-tiba rasa kantuk kembali menyergap. Sepertinya tidur siangku masih kurang.
"Kayaknya aku harus lanjut tidur lagi..." ujarku yang mulai menarik selimut.
____________________
P.S :
Tulisan "NTM : X.X" artinya SUDAH REVISI
sedangkan "BAB X.X" artinya BELUM REVISI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Eni Muyassaroh
cowok kampreettt...menyebalkan tujuh turunaann...tapi ngangenin pas ditanjakan...😄😄😄😄😄😄
2020-02-12
14
Yanti Manic
😄😄😂😂 ga tahu klo yg mau dinikahkan dirinya sendiri
2020-02-05
5
Azizah Azzahra
dia sendiri yg minum obatnya🤭🤭🤭😇😇
2019-12-23
2