NTM : 0.7

"Heh?! Hehh!!"

Suara panggilan songongnya itu lantas membuatku menoleh dengan wajah kesal.

"Harusnya bersyukur dong lo, ada yang jemput. Dari pada lo ngeteng. Emang enak apa?!" Dia geleng-geleng kepala. "Dasar lo tuh nggak pernah bersyukur jadi orang!" Lalu, dia berdecak-decak. Menjengahkan sifatku yang katanya nggak pernah bersyukur.

Huh, Fabian sial. Bisa aja dia kalau bikin statement yang menjatuhkan orang kayak gitu. Ck!

Begini, bukannya aku nggak bersyukur atas "kebaikan hati"-nya itu. Yang rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk menjemput diriku di Bandara Soetta. Sebetulnya, dari lubuk hatiku terdalam, aku teramat bersyukur. Tetapi, jika dalam hubungan kami yang lebih mirip kucing dan tikus ini yang nggak pernah ada kata sepakat dalam berdamai, apa untungnya gitu loh buat dia menjemput musuh yang dia benci setengah mati ini?

Berbaik hati? Naluri hati nurani?? Hah, terlalu naif bila aku percaya dengan alasan yang seperti itu!

Aku memicingkan mata, menatap lekat ke arahnya. Menilai dirinya, terlebih bahasa tubuhnya. Kali aja dia memang sedang mengincar sesuatu dariku. Entah kenapa aku yakin begitu.

"Ngapain lo ngelihatin gue, gitu? Iya, iya, tahu kok gue... gue emang ganteng. Tapi nggak usah terang-terangan gitu juga kali kagumnya!"

Sumpah demi apa pun! Kalimat narsisnya itu bikin aku ingin sekali jedotin kepalanya itu ke tembok. Biar dia sadar!

Heran, lagian, narsisnya itu kok bisa-bisanya sampai nggak ada obat begitu coba! Ish. Ish...

Aku meringis ngeri. Lantas menutup mulutku dengan tangan. "Huweekss!!"

Aku pura-pura muntah. Sengaja, biar dia sadar kalau kenarsisannya itu bikin mual orang yang dengar. Yang tentu saja membuatnya langsung melotot garang ke arahku.

"Haduuh... mual banget ya rasanya habis dengar kalimat narsis dari orang yang pedenya overload. Hoeks!" Lagi, aku menutup mulutku dengan tangan. Bergelagat bahwa aku emang benar-benar mual sekarang. Kembali aku meringis, dan bergidik. Otomatis membuat Bian makin menggarangkan pelototannya padaku.

Haha, bodoh amat! Lagian, siapa suruh dia narsis berlebihan begitu.

"Amit... amit... jauh, jauh ya! Jauh, jauh!" Aku langsung mengelus-ngelus perutku dengan gerakan cepat. Tentu hal itu langsung membuatnya mendengus keras. Dia jengah oleh tingkahku! Haha.

"Ngapain lo ngelus-ngelus perut kayak gitu?" Tanyanya dengan alis mata terangkat tinggi-tinggi ke atas.

Aku menoleh kepadanya. Lalu tersenyum meledek. "Buang bala. Biar anak gue kelak nggak kayak elo!"

Dia mendengus. Kelihatan banget kalau dia nggak terima dengan perkataanku. Lalu tiba-tiba wajah tak terimanya itu berganti dengan seringaian licik. Yang lantas membuatku memicingkan mata waspada terhadapnya.

"Yang ada malah gue doain, biar anak lo semuanya mirip sama gue! Emang enak lo! Mampus!!" Dan, dia langsung ketawa terbahak-bahak.

KURANG AJAAAAAARRRR!!!

Aku menatapnya sengit. Rasanya ingin kubalas dengan kalimat pedas nan sadis yang biasanya kukeluarkan untuk melumpuhkan orang yang sedang berdebat panas denganku.

Tapi sekarang kenapa aku malah diam saja, seakan kehabisan kata-kata? Kenapa kalau di depan Bian aku selalu kalah? Kenapa kalau sama Bian aku nggak bisa membalas? Kenapa aku selalu jadi looser kalau dihadapin dengan pria ini sih? Kenapa?!!

Aku buang mukaku ke arah jendela, di samping. Nggak sudi melihatnya lagi, karena selalu bisa bikin aku naik darah!

___________________

P.S :

Tulisan "NTM : X.X" artinya SUDAH REVISI

sedangkan "BAB X.X" artinya BELUM REVISI

Terpopuler

Comments

Lastri Gete

Lastri Gete

masih menikmati Thor....

2021-03-28

0

Eni Muyassaroh

Eni Muyassaroh

ha ha ha...bisa aja thor...

2020-02-12

2

Azizah Azzahra

Azizah Azzahra

emang bayi gumoh😂😂😂

2019-12-23

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!