4

Hasna dan Armand kembali ke kantor. Wajah Hasna terlihat senang, Armand juga ikut senang.

"Aku suka semangat yang kamu tunjukkan untuk setiap kasus. Itu bagus, orang lain jadi ikut bersemangat" ucap Armand.

Hasna membulatkan matanya dan tersenyum. Dia tak bicara, namun senyumnya seolah menjawab pujian Armand padanya.

"Aku akan pergi, siapkan berkas untuk besok untuk bertemu Rendy Pratama di kantor polisi" ucap Armand.

Hasna diam sejenak, dia ingat dengan wajah Rendy. Kemudian dia mengangguk pada Armand.

"Oke Pak!" jawab Hasna.

Armand keluar, Hasna membuka dan membaca berkas untuk mengulang. Namun pikirannya tak bisa lepas dari ingatannya dengan wajah Rendy.

Dia menutup berkas dan berdiri. Hasna memutuskan untuk pulang dan istirahat. Kali ini dia tak boleh sakit secara fisik maupun mental.

Sampai di pintu kantornya, Hasna mendapat pesan dari Fajri.

《Penting, temui aku di Cafe Rosse pukul 8 malam》

Hasna mengerutkan dahinya. Dia langsung menghubungi Fajri. Nada tersambung terdengar, namun lama diangkat oleh Fajri yang sedang membantu Beno mencatat laporan tadi siang.

Fajri merogoh sakunya dan melihat nama Hasna di ponselnya. Dibandingkan melihat mayat-mayat selama dalam penyelidikannya, dia lebih gugup jika Hasna menelponnya. Dia hampir saja melempar ponselnya karena terkejut.

Beno terheran menatapnya, namun setelah melihat bibir Fajri yang mengucapkan nama Hasna, dia langsung mendelik dan meneruskan laporannya dan tak menghiraukan Fajri yang menjauh untuk mengangkat telpon.

"Ya, ini aku Fajri!" jawabnya.

Hasna mendengar.

"Ada apa? Sekarang saja, aku tidak bisa keluar nanti malam" ucap Hasna.

Fajri menggigit seolah kesal karena Hasna selalu tak bisa menemuinya saat malam.

"Tidak bisa lewat telpon ini rahasia" ucap Fajri ingin membuat Hasna penasaran.

"Ok, kalo begitu besok saja!" jawab Hasna singkat dan hendak menutup ponselnya.

"Hei....Hasna! Tak bisa kah kita bertemu malam ini? Aku ulang tahun, kau tak akan mengucapkan selamat padaku?" ucap Fajri kesal.

Hasna terdiam, dia melihat jam di tangannya.

"Hei kamu! Untuk apa aku peduli hari ini ulang tahun mu?" ucap Hasna tanpa ekspresi.

Fajri menutup matanya, kekesalannya memuncak.

"Ya....yaaa....terserah! Kerjakan sendiri semuanya. Aku tak mau lagi membantu mu!" ucap Fajri, marah.

Hasna menggigit bibirnya.

"Yaaaa....Selamat ulang tahun!" ucap Hasna. terpaksa.

Fajri tersenyum, ancamannya berhasil.

"Aku mau mendengarnya langsung. Cafe Rosse meja 10 pukul 8 malam!" ucap Fajri.

Dia menutup telponnya dengan cepat, membuat Hasna tak bisa menjawab lagi. Fajri tersenyum dan memasukkan ponselnya ke sakunya dengan riang.

Fajri hendak kembali ke meja Beno, dia berbalik dan berteriak terkejut menabrak Beno yang tiba-tiba ada di hadapannya.

"Aihhhhhh....Kamu bikin kaget!" ucap Fajri sambil mengelus dadanya.

Beno tersenyum dan menyerahkan lembaran kertas laporan yang sudah dia selesaikan.

"Kau terlalu serius menelpon Hasna, apa katanya?" tanya Beno penasaran.

Fajri mengambil kertas laporan dan memukulkannya ke wajah Beno.

"Huuhhhhff dasar Bemo berisik, ini urusan orang dewasa, anak kecil ngga boleh mau tahu" ucap Fajri mengejeknya.

Fajri berjalan meninggalkannya. Beno manyun kesal mendengar ejekannya.

"Sana...suka lah pada pengacara cantik itu, niscaya kau akan ditolak!" seru Beno.

Fajri berbalik dia mengacungkan jari tengahnya ke arah Beno. Beno terbahak dan juga membalas mengacungkan jari tengahnya.

###

Hasna menghela nafas, tak bisa meminta Fajri mengundurkan pertemuan. Dia sangat ingin mandi dan beristirahat sedikit lebih lama.

Hasna berjalan dan masuk ke lift. Vino yang baru keluar dari ruangannya, melihat. Hendak mengejar namun pintu lift telah tertutup sebelum dia membuat Hasna melihatnya.

Vino menghela nafas dengan keras. Dia menatap pintu darurat dan berlari sekencang mungkin agar bisa menyusul Hasna di bawah.

Berlari dengan terburu-buru menuruni tangga yang cukup banyak dari lantai 5. Vino berhasil mencegat Hasna meski sudah berjalan agak jauh.

Hasna menatapnya, dia terkejut.

"Vino!" ucapnya.

Vino terengah, dengan nafas tersengal dia meminta.

"Kau buru-buru?" tanya Vino.

Hasna hanya mengangkat alisnya tanda jawabannya iya.

"Setidaknya...biarkan aku mengantar mu!" lanjut Vino masih mengatur nafas.

Hasna mengangkat kunci mobilnya pada Vino. Tanpa bicara Vino sudah mengerti bahwa Hasna sudah siap dengan mobilnya dan tak perlu tumpangan.

Vino kembali menghela nafas, kecewa dengan usahanya yang sia-sia. Hasna kembali berjalan tanpa ekspresi. Vino menarik lengannya.

"Aku yang menyetir, aku akan pulang memakai bis" ucap Vino.

Hasna menatapnya.

~kenapa dengan pria-pria ini? kenapa mereka tak pernah membiarkan aku sendiri untuk beberapa jam sebelum tidur?~ ucap hati Hasna dengan wajah kesal.

Vino mengambil kunci mobilnya dan berjalan terlebih dahulu. Hasna hanya bisa mengikuti langkahnya.

Vino membukakan pintu mobil untuk Hasna.

"Silahkan tuan putri" ucap Vino.

Vino memutar ke kursi stir dan Hasna masuk dengan perlahan, matanya menatap kosong ke depan. Perlakuan manis itu pernah dia dapat dari ayahnya.

Hasna memutar matanya yang hendak menangis lagi. Mengingat semua kenangan manis dari ayah ibunya membuat dia selalu tak bisa menahan air mata jatuh.

Vino terus bicara dalam perjalanan, Hasna tak mendengarkan. Dia memikirkan Rusdi yang sedang merasa gelisah dengan kasus tanahnya.

Vino sadar Hasna tak mendengarkannya Bahkan Hasna tak sadar bahwa mereka sudah sampai. Vino menyentuh dan menggenggam tangan Hasna.

"Hei....kita sudah sampai!" ucap Vino.

Hasna tersadar dan melepaskan tangannya dari Vino.

"Oh...ya!" jawab Hasna.

Dia hendak membuka pintu untuk keluar. Vino menahannya.

"Tatapan kosong itu, sudah bertahun-tahun, semenjak kita berteman. Aku selalu melihatnya tanpa bertanya apa yang telah terjadi" ucap Vino.

Hasna terdiam menatap bibir Vino yang bicara.

"Bisakah hari ini kau katakan apa arti tatapan kosong itu?" tanya Vino.

Hasna berpikir, apa yang akan dia katakan. Vino meminta sesuatu yang tak bisa dia berikan.

"Aku...." Hasna mulai bicara.

Vino mengangkat kedua alisnya mengisyaratkan bahwa dia bisa dipercaya oleh Hasna. Hasna menarik nafas dalam.

"Aku...capek" jawab Hasna tanpa ekspresi.

Vino menelan ludah merasa moment ini sama sekali tak berpengaruh untuknya.

"Keluar....keluar....bukan kah kau akan pulang! Cepaaat!" ucap Hasna.

Vino bergegas membuka pintu, Hasna keluar dan menghampiri Vino yang keluar dengan wajah kecewa.

Hasna mengulurkan tangannya yang menengadah meminta kuncinya. Vino menatap wajahnya yang sama sekali tak berubah.

"Kau benar-benar mati rasa" keluh Vino.

Dia menyerahkan kuncinya dengan penuh kekesalan atas sikap Hasna.

"Hei, kenapa mengeluh? tadi kamu bilang mau antar aku dan langsung pergi memakai bis, lalu kenapa sekarang mengatakan bahwa aku mati rasa?" jelas Hasna.

Vino terdiam menatap bibir Hasna yang berwarna merah muda, bicara dengan kesal padanya. Dia tersenyum, Hasna menjadi kesal dan meninggalkannya masuk ke halaman.

Vino mengikutinya dan hendak membujuknya untuk mau menerimanya untuk sebentar saja duduk dan minum. Namun Hasna berjalan cepat lalu membuka pintu dan langsung menutupnya kembali.

Wajah Vino hampir saja terkena pintu yang tertutup mendadak. Untung saja dia bisa menghindar. Vino menghela dan mengetuk perlahan.

"Hei... Hasna ku sayang! Selamat istirahat!" seru Vino dengan lantang.

"Pergilah!" jawab Hasna.

Vino tersenyum menertawakan dirinya sendiri yang mulai berani menggoda Hasna dengan candaan kata "sayang".

Vino pergi.

Hasna duduk menengadahkan kepalanya yang bersandar di sofa. Tangannya diangkat untuk melihat jam dan ingat dengan ucapan Fajri yang meminta untuk datang pukul 8 di Cafe Rosse.

~pukul 7, ah....Fajri, aku tidak bisa ke sana. Aku lelah sekali! Aku benar-benar tidak bisa ke sana~ ucap hatinya.

Mata Hasna terasa berat untuk dibuka. Dia terlelap tidur di sofa sambil mengingat-ingat ucapan Fajri.

###

Pukul 9 malam. Hasna tak kunjung datang. Fajri yang sudah memesan minum dua kali merasa penantiannya akan sia-sia.

Ponsel Hasna tak bisa dihubungi. Beberapa kali mencoba sama sekali tak ada jawaban. Fajri menghela dan menatap ke arah pintu masuk cafe. Tak ada sedikit pun bayangan Hasna di sana.

Tiba-tiba dia mendapat telpon dari Beno terkait kasus pembunuhan. Fajri bicara berbisik-bisik dan menutupi mulutnya dengan tangan yang satunya.

Saat dia fokus dengan apa yang dibicarakan Beno, matanya melihat ke arah pintu masuk dan melihat Hasna datang berjalan menuju mejanya sambil mengikat rambutnya sambil kerepotan membawa sebuah kado.

"Ben, catat semuanya. Aku sedang tidak bisa mendengarkan mu" ucap Fajri dengan mata yang tak berkedip menatap Hasna.

Fajri meletakkan ponsel di sisi meja. Dia yang awalnya akan mengomeli Hasna jadi diam tak berkutik melihat Hasna dengan rambut sedikit masih basah, diikat sembarang.

Hasna terengah dan duduk.

"Maaf, aku ketiduran di sofa. Sudah ku bilangkan aku tidak bisa, tapi kau memaksa. Jadi aku terlambat satu jam" Hasna terus bicara pada Fajri yang masih diam menatapnya.

Hasna melihat meja yang masih kosong.

"Kau belum pesan makanan?" tanya Hasna.

Fajri masih terpesona dan tersenyum padanya.

Hasna membuat ekspresi datar.

"Hei..., hei....!" seru Hasna dengan sedikit membentaknnya.

Fajri terbangun dari diamnya dan tersenyum bodoh.

"Kau datang juga" ucap Fajri.

Hasna menatapnya dengan datar.

"Mana kue ulang tahunnya?" tanya Hasna.

"Ouh ya, pelayan!" seru Fajri memberi kode.

Seorang pelayan membawa cake kecil dengan hiasan bunga mawar berwarna merah muda ke meja dan menyalakan lilin yang ada di atasnya.

Hasna menaruh kado di sisi kanan dan hendak mengucapkan selamat ulang tahun.

"Tunggu! Setelah aku mengucapkan permohonan" ucap Fajri sambil mengangkat kedua alisnya bersikap kekanak-kanakan.

Hasna sedikit tersenyum melihat ekspresinya. Diamnya adalah jawaban ya untuk permintaan Fajri.

Dia mulai membuka kedua tangannya dan menutup mata. Bibir nya sedikit bergerak mengucapkan beberapa kata tanpa suara. Hasna menatapnya dengan penuh perasaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!