Dengan langkah gontai Bu Melia datang menemui suaminya di vila mereka.Pikirannya berkecamuk.Entah bagaimana reaksi suaminya melihat ia tiba tiba muncul dengan sebuah surat keputusan perceraian yang sudah ia tandatangani dari pengadilan.
Seburuk apapun rumah tangga, memang sebaiknya tetap dipertahankan karena perceraian bukanlah hal yang terbaik.Tetapi apa yang ia alami benar benar membuat hatinya hancur tak bersisa.Pernikahan yang penuh cinta , pekerjaan dan ekonomi yang berkecukupan,suami yang ideal, ditambah dengan hadirnya buah hati mereka membuat hidupnya terasa sempurna.Bagai seorang Cinderella di antara dua pangeran tampan begitulah yang dirasakannya selama 15 tahun.
Tubuhnya seperti tak bertulang saat mengetahui suaminya berselingkuh.Dengan dua bola matanya ia memergoki suaminya bersinah dengan wanita lain.Sekitika dunianya runtuh.Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
Perasaan sedih,marah,kecewa,sakit hati bercampur menjadi satu.Air mata terus saja mengalir tanpa mampu ia bendung lagi.Hancurlah semuanya.
Jika seseorang yang tega selingkuh umunya adalah mereka yang tidak memiliki keterikatan secara emosional dengan pasangannya,lalu 15 tahun pernikahan mereka artinya apa?Beragam pertanyaan berkecamuk di kepalanya.
Kurangkah perhatiannya? kurangkah kasih sayang yang ia berikan? apakah ia merasa bosan?apa yang membuatnya tidak nyaman? Sudah tak cintakah ia? Atau karena ia tak menarik lagi kini?Ia benar-benar depresi.
Bu Melia kembali teringat bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka menikah dan apa tujuan mereka menikah.Ia ingat Daniel dan janin yang sedang ia kandung 8 Minggu.Ia ingat Daniel buah hati mereka yang selama ini memberi warna dan melengkapi kebahagiaan mereka.
Selama 15 tahun,ia sangat memuja belahan jiwanya itu dengan energi yang sangat besar setiap harinya ,ia memberikan segenap cintanya.Sehingga setiap kali sesuatu yang berhubungan dengan orang yang dia cintai berjalan mulus,ia merasa seperti di langit ke tujuh.Nyatanya Cinta saja tidak cukup.
Sekarang usia putranya sudah 18 tahun.Diyakininya Daniel bisa berpikir lebih dewasa.Selama tiga tahun ia mencoba untuk bertahan tinggal seatap dengan suaminya dan tak menunjukkan kepedihan hatinya di depan buah hati mereka meskipun perasaannya hancur.Demi anaknya ia berkorban meskipun janin yang tak bersalah pun ikut menjadi korban, karena jiwanya yang mengalami pergolakan dan depresi membuatnya harus mengalami keguguran.
Sebentar lagi Daniel akan menamatkan sekolah menengah atasnya.Karena itulah ia pun memberanikan diri menggugat cerai suaminya.Ia benar benar berada di persimpangan kesabarannya.Bayangan kelam itu terus muncul tatkala ia berhadapan dengan suaminya.Seandainya bencana itu tak pernah ada mungkin sekarang anak kedua mereka sudah ada di tengah tengah mereka.
Tentang Daniel,ia sudah memikirkan apa yang akan ia utarakan kepada anaknya itu.Walaupun berat tapi ia akan menghadapinya.Selama ini ia berusaha membicarakannya kepada suaminya tetapi akan selalu berujung pertengkaran.Ia tahu bahwa putra semata wayangnya menyaksikan mereka bertengkar.Daniel pasti terluka.Tetapi Bu Melia dia tidak sanggup untuk hidup dalam pura pura lagi.Jiwanya lelah.Berpisah adalah yang terbaik.
Seorang penjaga Vila membukakan ia pintu dan mempersilahkan ia masuk.
" Bapak ada,bi?" tanya bu Melia ramah.Ia juga adalah sosok yang lembut di mata semua orang yang bekerja padanya sehingga tak heran kalau mereka sangat menyayangi dan menghormatinya.
"Bu Mel....apa kabarnya Bu? " sapa Bi Marni ketika melihat kedatangan majikannya itu.Mereka berpelukan haru.Wanita paruh baya itu menceritakan bagaimana ia begitu rindu selama ini untuk bertemu.
" Bapak mungkin lagi beristirahat bu di kamarnya..bapak sakit bu? " tanya Bi Marni dengan wajah polosnya.
Ia begitu rindu menyaksikan kedua majikannya yang selalu tampil romantis,meski pada akhirnya, seiring berjalannya waktu dari sikap yang mereka tunjukkan, yang berbeda dari sebelumnya,ia sudah bisa mengerti bahwa rumah tangga tuannya sedang dalam percobaan.
"Mungkin...saya juga baru bertemu bapak hari ini,bi... bapak kecapean kali...tapi bapak makannya masih teratur kan bi? Dihabisin nggak makanannya?" tanya bu Melia seperti biasanya.
Bagaimanapun ia pernah mengasihi pria itu bertahun tahun lamanya,berbagi suka dan duka bersama.Jauh di lubuk hatinya yang terdalam,ia masih berharap dia bisa melihat suaminya bahagia dan hidup lebih baik setelah mereka berpisah.
Ia duduk di ruang keluarga yang biasa mereka habiskan waktu bersama untuk sekedar duduk dan bercengkrama.Ia kemudian berdiri melihat seisi ruang yang penuh kenangan itu.Hatinya benar benar terenyuh.Satu persatu kenangan indah mereka melintasi pikirannya.Air mata kembali berjatuhan tanpa bisa ia tahan.Bu Melia menangis sesegukan.Bahunya naik turun dengan kedua tangannya memegang kepala yang tertunduk.
Bu Melia sedikit terkejut saat sebuah tangan menyentuh bahunya.Ia bisa merasakan lembutnya tangan itu.Setelah kejadian kelam itu ia tak pernah sudi untuk disentuh kembali oleh suaminya,tapi kali karena tekadnya dalam hati bahwa ia akan menutup semua kisah mereka hari ini.
Jika sebelumnya mereka selalu berujung pertengkaran saat mencoba berbicara berdua,tapi kali ini ia harus menurunkan egonya dan mau mengakiri dengan sebaik-baik mungkin.
Ia masuk dalam pelukan suaminya saat dengan lembut pak Darwin menariknya masuk ke dalam pelukannya.Seperti Boomerang, kesedihan dalam dadanya tiba tiba meledak,pecah bersama tangisannya.Dengan penuh kehangatan sang suami mengusap usap punggungnya dengan bibir yang terus mengucapkan maaf berulang ulang kali.
"I,m sorry.... please... forgive me...." bisik pak Darwin di telinganya penuh ketulusan hati.Bu Melia mengangguk sambil berusaha tersenyum.Ia menghapus air matanya kemudian menatap suaminya.Tak lupa bibirnya menyunggingkan senyum.
Ia meraup oksigen secukupnya.Setelah dirasa tenang ia menatap wajah suaminya itu.
"Kamu apa kabar? " tanyanya membuka pembicaraan sekaligus menepis kecanggungan yang masih tersisa.
" Aku baik..."jawab suaminya sambil tersenyum.
"Kamu sendiri,sehat?" tanya pak Darwin sambil mengelus tangannya.Wanita yang duduk di hadapannya itu hanya mengangguk.
" Jangan melihat aku seperti itu dad..." ujarnya kemudian yang mulai risih dengan tatapan penuh arti dari suaminya.Tanpa menanggapi pernyataannya sang suami tetap saja dengan posisi yang sama memandang istrinya dengan penuh kekaguman.
"Kamu cantik banget mom.." pujinya kemudian.
Yang dipuji berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah dan menyangkal pujian itu.
"Dad...kita mulai ya ngomongnya.Aku mohon kali ini kita tidak akan berdebat lagi..please..." pinta Bu Melia dengan mengatupkan tangannya.
Pak Darwin menghela napas panjang.Ia sudah tahu istrinya tidak berubah pikiran dan tetap kekeh bercerai.Ia melihat sekilas berkas yang sudah ada di tangan istrinya.
"Keputusannya sudah keluar dad...aku sudah menandatanganinya"Bu Melia menyerahkan kertas itu kepada suaminya.Pak Darwin membaca isinya.
Hatinya berkecamuk.Matanya berkaca kaca.Ia merasa doanya tidak terkabul,ia benar-benar sedih walau ia tahu ialah dalang dari semua persoalan yang menimpa mereka.
"Mom...Haruskah saya menandatanganinya?"tanyanya lirih.
"Dad...aku dan kamu tahu bahwa tidak ada yang baik tentang perceraian.Tetapi sekarang adalah bukan waktu yang tepat untuk kita kembali mendiskusikannya " kata Bu Melia yang tahu maksud ucapan suaminya.
"Tapi bagaimana dengan putra kita? kita berdua juga tentunya tidak bisa meremehkan akibatnya. bagaimana jika kita bercerai,maka perceraian ini akan membuat Daniel mengalami trauma...."
"Dad...aku sangat tahu bahwa ini sangat sulit untuk anak kita.Tetapi lebih buruk untuk bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat" kata Bu Melia kembali memberikan gambaran.
Pria itu diam dan menunduk.Sefatal itukah kesalahannya? Padahal ia berpikir hanya sekali melakukannya dan itupun karena pengaruh obat.Ia dijebak oleh pacar pertamanya yang sengaja datang mengunjunginya di Bali.
"Maaf...saya sudah mencobanya dad... selama tiga tahun ini saya berjuang..saya mencoba untuk memaafkan.. tapi saya tidak bisa.. Mungkin kalau saya tidak menyaksikannya sendiri, tidaklah sesakit ini.Saya tidak pernah membayangkan bahwa perceraian akan menjadi bagian dari sejarah hidup saya atau warisan keluarga saya.
Ketika banyak orang yang mengatakan bahwa perceraian bisa lebih menyakitkan dari kematian,saya mengalaminya bahkan jauh sebelum saya memutuskan ini..." ujarnya kali ini dengan air matanya yang mulai bercucuran.
"Maaf...." hanya itu kata kata yang keluar dari mulut pak Darwin.
"Aku memaafkan kamu dad.Tapi tolong jangan sampai Daniel tahu bahwa kamu berselingkuh..Aku tidak mau dia membenci kamu...Dia sangat menghormati kamu dad..." ujar Bu Melia sambil mengusap air matanya.
"Apa yang akan kita bilang ke dia? bagaimana menjelaskannya?" tanya pak Darwin dengan suara yang serak.Tenggorokannya kembali nyeri.Bu Melia melihat ekspresinya yang menahan sakit.
"Kamu kenapa dad... lehermu sakit?" tanya bu Melia penuh khawatir.
Awalnya pak Darwin sempat punya ide untuk membertahu istrinya itu tentang sakitnya tentang hasil endoskopi dan biopsi yang menyatakan bahwa dirinya menderita kanker laring stadium satu.
Tetapi ia tak mau Bu Melia membatalkan niatnya hanya karena merasa kasihan.Ia akan mencoba menerimanya dan tetap berharap suatu saat nanti mereka bisa kembali berjodoh.
Setelah lama ia menata hatinya dan rasa sakitnya ia kembali menghela nafas panjang.Ia menggenggam tangan istrinya.
" Bagaimana kita harus bersikap ke depannya?" tanyanya lembut.
"Kita harus bersikap baik satu sama lain dad...demi Daniel..Akan butuh waktu yang lama untuk kembali normal.Aku akan keluar dari rumah." jawab Bu Melia kaku.
"Jangan...jangan keluar dari sana ...biar aku saja yang di sini..." kata pak Darwin yang tiba tiba saja batuk berkali kali membuat istrinya panik.Diambilnya air putih dan memberikannya kepada pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya.
"Bagaimana? sudah lebih baik? " tanyanya khawatir.Pak Darwin mengangguk.
" Atau aku telpon mas Cahyo ya?" tawar Bu Melia yang langsung ditolak oleh pak Darwin.
"Tidak usah... saya ada obatnya mom...dari Cahyo kok.."jawab pak Darwin dengan senyumnya.
Suasana kembali menjadi hening.Tanpa terasa hari sudah menjelang sore.Ketika dilihatnya bu Melia mulai menyiapkan tasnya,pak Darwin dilanda kesedihan.Jauh di lubuk hati hatinya ia masih rindu untuk bersama dengannya.Hari ini setelah kejadian kelam itu untuk pertama kalinya keduanya bisa berbicara tanpa berakhir pertikaian.
"Mom... apakah kamu akan menerima pria lain setelah ini?" tanyanya dengan wajah yang sangat serius.Bu Melia tersenyum.Pertanyaan itu terdengar aneh di telinganya.
"Aku akan menikahi diri sendiri setelah ini" pak Darwin langsung tersenyum mendengar ucapan itu.Senyum sejuta bahagia.Sejuta makna.
Malam itu banyak cerita yang mengalir begitu saja dari mulut mereka.Canda tawa yang selama ini punah kini tumbuh kembali.Rupanya bu Melia telah berhasil memerangi pergumulannya setelah melakukan banyak konseling, bolak balik ke psikiater,pastor dan doanya sendirilah yang membuatnya tenang.
Meskipun ia tetap tak merubah keputusannya, tetapi hatinya telah dipenuhi kedamaian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Yulius Deus
cerita bagus
2022-05-02
10
Rissa Wagut
suka👍
2022-04-03
4
Wawan Arfandi
broken home 😭
2022-04-01
4