Episode 04

Setelah mereka sampai di rumah, seorang bodyguard langsung membawa Kiara masuk ke kamar dan mendorongnya ke atas kasur.

Kiara berusaha untuk keluar dari kamar itu, tetapi bodyguard tersebut mencegahnya.

"Lepaskan tanganku! Aku tidak ingin dikurung di kamar ini!"

"Nona, tolong tenanglah. Jika Nona bersikap seperti ini, Tuan pasti akan memarahi Nona."

"Kau tahu jika pria itu akan memarahiku, dia juga pasti akan menyiksaku. Lalu kenapa kau tidak mau membiarkan aku pergi dari rumah ini?"

"Nona, saya tidak bisa melakukannya. Tuan Muda sudah sangat baik kepada saya. Kehidupan semua bodyguard yang mau bekerja dan setia kepadanya akan ditanggung oleh tuan Jefan."

"Aku tidak peduli dengan hal itu! Yang aku tahu dia adalah pria yang jahat. Dia telah merenggut kebahagiaan yang aku miliki bersama ayahku. Dia bahkan telah menuduh ayahku yang telah membunuh ayahnya."

"Nona, sekarang diamlah di kamar ini."

"Tidak! Jangan mengunciku di kamar ini!"

Kiara menggedor pintu kamar tersebut dengan keras. "Buka pintunya!"

"Cepat buka pintunya! Aku tidak mau dikurung di sini!"

"Buka pintunya!!"

Setelah bodyguard tersebut mengunci pintu kamar Kiara, dia segera turun dan pergi menghampiri Jefan yang sedang duduk di atas sofa bersama rekan bisnisnya.

"Tuan, ini kuncinya. Nona Kiara hampir saja melarikan diri, tapi untungnya saya bisa mencegahnya."

"Bagus. Kau awasi terus dia, jangan sampai dia melarikan diri dari rumah ini."

"Baik, Tuan."

Rekan bisnis Jefan ini bernama Eric Ravel Maurice. Dia adalah pria yang tampan, lembut dan juga baik. Jefan sudah cukup lama kenal dan dekat dengan Eric, bahkan nenek kandung Jefan juga telah menganggap Eric sebagai cucunya sendiri.

Eric pun menatap bodyguard itu, kemudian dia menatap Jefan dengan wajah yang penasaran.

"Tuan Jefan, apa kau menjadikan putri dari pembunuh ayahmu itu sebagai tawanan?"

"Aku tidak menjadikannya sebagai tawanan, tetapi dia harus membayar apa yang telah dilakukan oleh ayahnya kepada ayahku."

"Tuan Jefan, aku rasa kau telah membuat kesalahan. Wanita itu tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Dia bahkan berpikir jika ayahnya adalah orang yang sangat baik."

"Ini adalah masalah pribadiku, jadi jangan coba-coba untuk ikut campur dalam hal ini! Lagipula hubungan kita tidak lebih dari sekedar rekan bisnis."

"Maafkan aku."

Kiara tidak bisa berdiam diri di dalam kamar. Dia terus berjalan mondar-mandir dan memikirkan cara agar bisa keluar dari kamar itu.

Kiara pun membuka pintu kamarnya yang menghadap ke pagar besi di luar. Dia mendekati pagar besi itu dan melihat ke arah bawah. Di sana terdapat beberapa bodyguard yang sedang berjaga.

"Pria itu benar-benar tidak waras. Untuk apa dia memiliki bodyguard sebanyak ini? Jumlahnya bahkan lebih banyak dari bodyguard yang ada di rumahku," ucapnya.

Kiara kemudian melihat seorang pria keluar dari rumah Jefan yang tidak lain pria itu adalah Eric. Saat hendak masuk ke dalam mobil, Eric tidak sengaja melihat Kiara di lantai atas yang sedang menatap ke arahnya.

Eric kemudian membuka kaca mata hitamnya karena ingin melihat lebih jelas wajah Kiara.

"Apa dia adalah putri dari tuan Frans yang sedang dikurung tuan Jefan di dalam kamar?" batinnya.

Eric hendak pergi untuk melihat Kiara lebih dekat, tapi tiba-tiba bodyguard Jefan menghalanginya.

"Tuan, Tuan ingin pergi kemana?"

"Wanita itu?"

"Dia adalah nona Kiara, istri dari Tuan Muda ."

"Tapi aku hanya ingin melihatnya lebih dekat."

"Tuan, Tuan Muda tidak memperbolehkan siapapun mendekati kamar nona Kiara. Nona Kiara akan tetap berada di kamarnya dan dia tidak bisa keluar dari sana tanpa izin dari Tuan Muda."

"Tuan Eric, sebaiknya kita segera pergi dari sini."

Eric langsung masuk ke mobilnya bersama sang supir dan meninggalkan kediaman rumah Jefan. Kiara terlihat sangat kecewa karena harapannya untuk meminta bantuan kepada Eric telah hilang.

"Kenapa pria itu tidak jadi kemari? Bodyguard itu pasti telah melarangnya untuk mendekati kamarku. Lalu bagaimana aku bisa keluar dari kamar ini?" gumamnya.

Kiara pun mulai memikirkan sebuah rencana. Dia akan berdiam diri di kamar itu sampai ada seorang pelayan yang masuk untuk bertemu dengannya.

Setelah beberapa jam dia menunggu, akhirnya terdengar suara orang yang membuka pintu kamarnya. Tetapi orang itu bukanlah seorang pelayan, melainkan Jefan.

Kiara menelan ludahnya, kemudian Jefan berjalan pelan mendekatinya. Kiara hendak pergi keluar dari kamar itu, tapi Jefan langsung menariknya dan mendorongnya ke atas kasur.

"Kau pikir kau bisa pergi semudah itu?"

"Aku akan berusaha untuk keluar dari rumah ini, meskipun kau berkali-kali mencoba untuk menghentikanku!"

"Baiklah. Kalau begitu lakukan hal yang mungkin bisa kau lakukan. Tapi aku pastikan jika kau tidak akan bisa pergi dari rumah ini dan selamanya aku akan menyiksamu."

Jefan kemudian menarik tangan Kiara dengan paksa. Setelah menuruni anak tangga, Kiara langsung berpegangan pada sebuah sofa.

Jefan pun menarik kedua tangan Kiara agar Kiara tidak bisa berpegangan dengan benda lain. Dia segera mendudukkan Kiara di atas sofa.

Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang dengan membawa wadah yang berisi air panas. Pelayan itu meletakkan wadah tersebut di meja depan Kiara.

Kiara merasa bingung dan juga takut. Dia tidak tahu apa yang akan Jefan lakukan kepadanya menggunakan air panas itu.

Jefan pun duduk di samping Kiara, kemudian Kiara segera bergeser. Jefan langsung menarik tubuh Kiara dan memasukkan salah satu tangan Kiara ke dalam wadah yang berisi air panas tersebut.

Kiara berteriak kesakitan dan berusaha untuk menarik tangannya, tetapi Jefan malah membekap mulut Kiara sampai Kiara tidak bisa berteriak.

Kiara menangis karena merasakan sakit pada salah satu tangannya itu. Setelah Jefan merasa puas, dia pun melepaskan Kiara dan Kiara langsung mengelus dan meniup tangannya.

Beberapa pelayan yang melihat hal itu merasa sangat kasihan kepada Kiara, tapi mereka juga tidak bisa melakukan hal apapun untuk membantunya.

"Apa rasanya begitu sakit?" tanya Jefan sambil tersenyum.

Kiara tidak menjawab pertanyaan dari Jefan dan dia hanya bisa menangis. Jefan kemudian mengangkat dagu Kiara agar menatap wajahnya.

"Apa air panas itu masih belum membuatmu merasa sakit?" tanya Jefan sambil menekan dagu Kiara.

"Kau benar-benar pria yang kejam! Kau jahat! Kau tidak memiliki perasaan sama sekali! Kau sangat kejam!"

"Diaamm!!"

Kiara terdiam dan menatap kedua mata Jefan. Jefan pun mendekatkan wajahnya ke arah Kiara.

"Ini masih belum seberapa. Masih banyak rasa sakit yang harus kau rasakan selama kau berada di rumah ini."

Jefan menyentuh wajah Kiara dengan lembut sambil tersenyum.

"Ayolah, jangan menangis seperti ini. Bukankah ini sangat menyenangkan? Kau tidak melihat berapa bahagianya aku saat ini?"

Jefan hendak menyentuh wajah Kiara untuk kedua kalinya, tetapi Kiara malah memalingkan wajahnya. Jefan kemudian tersenyum dan menatap salah satu tangan Kiara yang mulai memerah.

Dia kemudian mengelus rambut Kiara dan meninggalkannya di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!