Mereka kini sampai di sebuah rumah sakit yang besar, namun Kiara tidak mengetahui jalan menuju rumah sakit tersebut karena kedua matanya sengaja ditutup oleh Jefan.
Jefan membuka penutup mata Kiara, lalu membuka ikatan di tangannya. Kiara kemudian melihat ke sekelilingnya dan dia merasa sangat asing dengan rumah sakit tersebut.
"Jefan, apa kau menyembunyikan ayahku di rumah sakit ini? Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal?" tanya Kiara.
Kiara hendak pergi untuk mencari keberadaan ayahnya, tapi tiba-tiba tangannya ditarik oleh Jefan.
"Jefan, lepaskan aku. Aku harus segera bertemu dengan ayahku, Ayahku pasti sangat membutuhkanku," ucap Kiara.
"Memangnya apa yang bisa kau lakukan setelah melihat kondisi ayahmu? Kau tidak akan bisa berubah keadaannya," balas Jefan sambil tersenyum licik.
Kiara langsung melepaskan tangannya dan pergi menghampiri salah satu dokter.
"Dokter, dimana ayahku? Ayahku bernama Frans Darrien."
"Nona, apa kau adalah keluarga dari pasien?"
"Iya, aku adalah putri semata wayangnya. Dokter, dimana ayahku?"
"Tuan Frans sedang berada di ruang ICU di sebelah barat, Nona. Keadaannya masih sangat kritis."
"Dokter, terima kasih."
Kiara sampai di depan ruang ICU dan dia melihat keadaan ayahnya dari jendela.
"Ayah ...."
Saat Kiara hendak masuk, tiba-tiba Jefan datang dan menarik lengannya.
"Jefan, lepaskan aku. Aku harus masuk dan bertemu dengan ayahku. Aku mohon jangan halangi aku untuk bertemu dengan ayahku."
"Aku akan memberikan kesempatan kepadamu untuk bertemu dengan ayahmu. Tapi imbalan apa yang akan kau berikan untuk membalas kebaikanku?"
"Aku tidak akan memberikan imbalan apapun kepadamu! Apa yang kau lakukan ini bukanlah suatu kebaikan. Ayahku menjadi seperti ini semuanya karena ulahmu. Aku tidak akan membiarkan hidupmu bahagia seperti yang kau harapkan."
Kiara berusaha untuk melepaskan tangannya dari Jefan, tetapi Jefan semakin mengeratkan genggamannya.
Jefan tersenyum. "Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Kau sampai saat ini masih hidup hanya karena kebaikan yang telah aku lakukan kepadamu. Jika aku mau, saat ini juga aku bisa membunuhmu."
Jefan mendekatkan wajahnya perlahan ke arah Kiara. Kiara memundurkan kepalanya, lalu tiba-tiba Jefan tertawa.
"Pergilah untuk menemui ayahmu di dalam. Karena aku tidak akan bersikap sebaik ini untuk ke depannya."
"Aku tidak akan membiarkanmu memisahkan aku dari ayahku."
"Terserah kau saja. Sekarang temui lah ayahmu dan katakan jika aku telah berbuat baik kepadamu hari ini."
Kiara masuk ke ruang ICU dan melangkah perlahan menghampiri ayahnya yang masih terbaring dengan keadaan kritis.
Kiara menyentuh tangan ayahnya dan mulai menangis. Dia juga menyentuh wajah ayahnya dengan perlahan.
Air mata Kiara tidak terbendung lagi, dia menangis dengan suara yang terisak-isak. Dia tidak tega melihat kondisi ayahnya yang harus bertaruh nyawa seperti itu.
"Ayah, ini Kiara putri Ayah. Aku sangat merindukan Ayah."
"Apa Ayah tahu? Keadaanku saat ini sedang tidak baik-baik saja. Pria kejam itu selalu berusaha untuk menyiksaku, dia tidak bisa melihatku hidup dengan tenang, Ayah."
Kiara menciumi tangan ayahnya dan berharap dia akan melihat ayahnya terbangun.
"Ayah, bangunlah. Aku sekarang ada di sini untuk menemui Ayah. Apa Ayah tidak rindu denganku?"
"Ayah, jika saat ini juga Ayah sadar, aku pasti akan merasa sangat senang."
"Ayah, aku sangat membutuhkan Ayah saat ini. Tolong bangunlah, Ayah."
Kiara terdiam sejenak sambil menatap wajah ayahnya. Ayahnya tidak juga membuka kedua matanya sejak tadi. Kiara hanya mendengar suara dari mesin pendeteksi impuls listrik atau alat elektrokardiograf yang berada di samping tempat tidur ayah Frans.
Kiara kemudian menidurkan kepalanya di samping tubuh ayahnya. Tidak lama kemudian, Jefan masuk ke ruang ICU dan langsung menarik tangan Kiara.
"Aku telah memberimu waktu 30 menit, tapi setelah lewat 20 menit kau tidak juga keluar. Sekarang ikut denganku!"
"Tidak, aku tidak mau pergi! Aku ingin tetap di sini bersama ayahku, Ayah pasti sangat membutuhkan aku."
"Ayahmu tidak akan bangun sampai kapanpun. Dan dia juga tidak akan bisa melihat putri tercintanya lagi."
"Jefan, kau benar-benar pria yang kejam! Aku adalah putri dari ayahku, jadi kau tidak bisa menghalangiku untuk tetap berada di sini menemani ayahku."
"Baiklah. Jika memang kau ingin aku mencabut peralatan yang membantu ayahmu bertahan hidup, aku akan meminta dokter untuk melakukannya saat ini juga."
Saat Jefan hendak pergi meninggalkan ruangan tersebut, Kiara langsung menarik lengan Jefan. Kiara menatap kedua mata Jefan dengan matanya yang sudah memerah.
"Tolong jangan lakukan hal itu kepada ayahku. Aku tidak bisa jika harus melihatnya tiada. Keberadaan ayahku sangat berarti bagiku," ucap Kiara.
"Aku mohon, Jefan. Jangan meminta dokter untuk mencabut alat-alat itu. Aku akan ikut pulang bersamamu asalkan kau tetap membiarkan ayahku dirawat dengan baik di sini," sambungnya.
"Bagus sekali. Kau memang anak yang sangat berbakti kepada ayahmu," balas Jefan.
Jefan tersenyum, kemudian dia menarik tangan Kiara keluar dari ruangan tersebut.
"Kalian berdua ikat kembali kedua tangan dan tutup matanya."
"Baik, Tuan."
Jefan meninggalkan mereka dan pergi menuju mobil terlebih dahulu, sedangkan Kiara menatap ke arah Jefan dengan tatapan mata yang penuh amarah.
Di dalam perjalanan, Jefan terlihat sedang fokus menyetir. Namun Kiara berusaha untuk membuka penutup matanya agar dia bisa tahu jalan menuju rumah sakit tempat ayahnya dirawat.
Tidak lama setelah Kiara berusaha, penutup matanya akhirnya terlepas. Kiara tersenyum dan menatap ke arah jalanan.
Tetapi tiba-tiba Jefan menghentikan mobilnya dan mendekap tubuh Kiara, sampai-sampai mata Kiara hanya bisa melihat kegelapan di dada Jefan.
Jefan pun terdiam sejenak karena merasakan perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang saat dirinya mendekap tubuh Kiara.
"Kenapa dia mendekap ku seperti ini? Dan apakah suara yang aku dengar adalah suara dari jantungnya?" batin Kiara.
Jefan dengan cepat meraih kain hitam itu dan menutup kembali kedua mata Kiara. Setelah Jefan menutup kedua mata Kiara, dia melihat bibir manis Kiara.
Jefan mendekatkan wajahnya ke bibir itu dan dia ingin sekali menciumnya. Sayangnya dia sadar jika Kiara adalah wanita yang tidak pantas untuk dia cintai.
Jefan pun duduk dengan tenang dan kembali melajukan mobilnya. Mobil bodyguard yang mengikutinya di belakang juga ikut melajukan mobil yang mereka kendarai.
Kiara duduk dengan tenang dan pasrah jika dia memang tidak akan pernah bisa menemui ayahnya tanpa Jefan.
Dia sadar jika mulai saat ini nyawa ayahnya dan juga hidupnya semua tergantung pada Jefan. Kiara tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan dia tidak memiliki siapapun yang bisa membantunya untuk keluar dari masalahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments