Keesokkan harinya, Kiara terbangun dan menyadari dia telah berada di sebuah kamar. Di sana berdiri seorang dokter kepercayaan Jefan yang bernama Dokter Aros dan juga dua pelayan yang diperintahkan Jefan untuk mengawasi Kiara.
"Nona, Nona sudah bangun?"
"Dokter, kenapa dokter ada di sini?"
"Tuan Jefan yang meminta saya untuk datang kemari tadi malam. Nona mengalami deman, tubuh Nona juga menggigil. Tapi untungnya sekarang keadaan Nona sudah lebih baik."
Kiara duduk dan sedikit mendekati Dokter Aros. Kiara berbisik kepada dokter tersebut agar kedua pelayan yang berada di kamar itu tidak mendengar apa yang dia katakan.
"Dokter, bisakah aku meminjam ponselmu sebentar?"
"Maaf, Nona. Apa yang ingin Nona lakukan dengan ponsel saya?"
"Aku hanya ingin menghubungi temanku."
"Maaf, Nona. Tapi tugas saya di sini hanya untuk memeriksa kembali keadaan Nona. Saya tidak bisa meminjamkan ponsel saya kepada Nona, karena jika tuan Jefan tahu dia pasti akan sangat marah."
"Dokter, kau tidak tahu jika saat ini aku sedang berada dalam masalah. Dia adalah pria yang sangat kejam. Dokter, tolong bawa aku pergi dari rumah ini."
Tidak lama setelah itu, Jefan masuk ke kamar Kiara dengan diikuti oleh beberapa bodyguard di belakangnya.
"Apa yang kau bicarakan kepada Dokter Aros?" tanya Jefan dengan tatapan mata yang tajam.
"Aku ...." ucap Kiara bingung karena tidak tahu harus menjawab apa kepada Jefan.
"Dokter, apa yang telah dia katakan kepadamu? Apa dia meminta bantuan kepadamu untuk melarikan diri dari rumah ini?"
"Benar, Tuan. Nona Kiara ingin meminjam ponsel saya, tapi saya tidak memberikannya."
"Berani sekali kau mencoba untuk lari dari rumah ini?"
"Aku tidak mau dia berbuat kasar kepadaku lagi. Aku harus berusaha keluar dari rumah ini walaupun tidak ada satupun orang yang mau membantuku," batin Kiara.
Jefan hendak menarik lengan Kiara, namun tiba-tiba Kiara lari dan melewati para bodyguard yang berada di kamar tersebut.
"Kiara!"
"Kenapa kalian hanya diam saja di sana? Cepat kejar dia! Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini!"
"Baik, Tuan."
Kiara terkejut karena melihat banyak bodyguard yang datang dan berusaha untuk menangkapnya. Kiara mengambil sebuah vas bunga dan melemparkannya ke lantai.
Kiara mengambil salah satu dari pecahan vas bunga tersebut dan mengarahkannya kepada para bodyguard yang mencoba untuk menghadangnya.
Jefan, Dokter Aros dan juga kedua pelayan tadi datang ke sana.
"Jangan biarkan dia lari! Cepat tangkap dia!"
Kiara menoleh ke arah Jefan, kemudian dia segera berlari menuruni anak tangga. Dia pergi menuju taman dan masuk ke salah satu mobil Lamborghini yang terparkir di sana.
Untungnya di dalam mobil Lamborghini itu terdapat kunci yang masih menancap, jadi Kiara bisa melajukan mobilnya dan pergi dari sana.
"Gerbang di rumah ini masih terbuka, aku harus segera keluar dari rumah ini," ucapnya.
"Nona Kiara, berhenti!" teriak salah satu penjaga rumah Jefan.
Kiara berhasil keluar dari gerbang rumah Jefan menggunakan mobil tersebut. Kiara pun tersenyum, kemudian dia semakin mempercepat laju mobilnya.
"Ayah, aku akan segera pergi untuk menemuimu," gumamnya.
Jefan masuk ke dalam mobilnya dan beberapa bodyguard juga ikut mengejar menggunakan tiga mobil.
Jefan terlihat sudah dekat dengan mobil yang dinaiki oleh Kiara. Kiara yang menyadari hal itu, dia langsung menerobos lampu merah tanpa memperhatikan pengendara lainnya.
Mobil Jefan kemudian dihentikan oleh polisi lalu lintas karena dia telah berkendara dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Setelah beberapa lama mengemudikan mobil, Kiara pun sampai di depan rumahnya. Dia turun dari mobil tanpa mengenakan alas kaki dan juga rambutnya yang masih berantakan karena tadi malam terkena hujan dan dia tidak sisiran.
Mata Kiara berkaca-kaca dan dia segera masuk ke rumahnya sendiri. Dia sangat senang dan langsung memanggil nama ayahnya.
"Ayah!"
"Ayah!"
"Ayah, Kiara pulang."
Salah satu pelayan rumah itupun keluar dengan wajah yang terlihat sangat sedih.
"Bibi Hani?"
"Bibi, dimana ayahku? Apa Ayah masih tidur di dalam kamarnya?"
"Bibi, kenapa kau tidak menjawabku?"
"Baiklah. Kalau begitu aku akan langsung pergi menemui ayahku."
Kiara berjalan menaiki anak tangga dengan perasaan yang senang. Dia pergi menuju kamar ayahnya, namun dia sangat terkejut setelah mengetahui jika ayahnya tidak ada di dalam kamar.
"Ayah!"
"Ayah, ini Kiara."
"Ayah dimana?"
Pandangan Kiara tertuju ke kamar mandi yang tertutup, kemudian dia ke sana dan mengetuk pintunya. Tidak ada suara apapun dari dalam, lalu Kiara membuka pintunya.
"Ayah!"
Kiara menutup kembali pintu kamar mandi tersebut dan keluar untuk menemui Bibi Hani.
"Bibi, aku tidak menemukan Ayah di kamar. Kemana ayahku pergi?"
"Bibi, kenapa dari tadi kau hanya diam? Apa ayahku sedang pergi ke kantor?"
"Bibi, jawab aku!"
Jefan dan beberapa bodyguardnya pun datang dan mengepung Kiara juga Bibi Hani.
"Bagaimana kau bisa tahu jika aku berada di sini?"
"Karena aku bukanlah orang yang bodoh, Kiara. Setiap mobil yang aku miliki sudah aku letakkan GPS di dalamnya, jadi aku bisa melacak keberadaan mobil itu dengan sangat mudah."
"Nona Kiara, dia yang telah membuat Tuan jatuh pingsan." Bibi Hani menunjuk ke arah Jefan.
"Bibi Hani, apa maksudmu?"
"Nona, tuan Frans mengalami serangan jantung beberapa hari sebelum Nona menikah dengan tuan Jefan. Setelah itu saya tidak tahu apa yang tuan Jefan lakukan kepada tuan Frans."
"Jefan, kau?"
Kiara memukul dada bidang Jefan, tetapi Jefan hanya tersenyum kepada Kiara. Kemudian Jefan menggenggam salah satu tangan Kiara dan Kiara terdiam.
"Kau seharusnya tidak bermain-main denganku. Karena aku akan selalu menang dan kau akan selalu kalah," ucap Jefan.
Kiara menampar wajah Jefan dan membuat semua orang di sana terkejut.
"Dimana kau sembunyikan ayahku?"
Jefan tersenyum sambil memegang pipinya yang terkena tamparan dari Kiara. Jefan pun mendekatkan wajahnya ke wajah Kiara.
"Aku tidak mau memberitahu dimana ayahmu."
"Jefan! Apa yang telah kau lakukan kepada ayahku? Dimana kau sembunyikan dia?"
"Diam!!"
Kiara pun terdiam dan menatap kedua mata Jefan.
"Ayahmu sudah mendapatkan balasan atas perbuatannya kepada ayahku. Dia sedang sekarat dan dia tidak akan bisa bertemu dengan putri tercintanya."
"Katakan dimana ayahku sekarang!"
"Aku tidak mau!"
"Jefan, katakan dimana ayahku!"
"Aku tidak akan mengatakannya!"
Jefan membelakangi Kiara dan berjalan menuju pintu, namun langkah kakinya tiba-tiba terhenti setelah mendengar ucapan dari Kiara.
"Dasar pria bodoh! Kau adalah pria bodoh yang pernah aku temui di dalam hidupku! Kau pikir dengan melakukan semua ini dendammu akan terbalaskan semudah itu?"
Jefan mengepalkan kedua tangannya dan kembali menghampiri Kiara. Jefan menarik Kiara dan membawanya masuk ke mobil miliknya.
Jefan mengikat kedua tangan Kiara, lalu dia juga menutup matanya menggunakan kain berwarna hitam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments