menjelang 30 tahun

Damar sedang sibuk mengawasi pemotongan kayu, ia sibuk sejak pagi sampai sore.

Namun di tengah kesibukannya ia di kagetkan oleh sesuatu.

Kaila berlari ke arahnya dengan air mata yang mengalir deras, belum lagi pipinya yang memerah entah kenapa.

" Di pukul ibu?!" suara Kaila setengah memekik.

Damar dengan buru buru melepas kacamata beningnya dan berjalan mendekat ke Kaila.

" Ayo kerumah mas saja, jangan disini..?!" ajak Damar dengan suara keras berlomba dengan suara mesin.

Ia mengajak Kaila menuju rumahnya, tapi Kaila menolak, akhirnya Damar mengajaknya ke ruangan kantornya yang sederhana.

" Jangan tunjukkan air matamu di depan banyak orang.." ujar Damar memberi tissue untuk Kaila.

" Sini, mas oles kan minyak biar tidak bengkak.." Damar menggambil sebotol minyak obat dan mengoleskannya perlahan ke pipi kiri Kaila.

" Sekarang katakan.. apa sebabnya, ibu tidak mungkin asal memukulmu..?" Damar memandang adik tirinya itu serius.

" Ibu mau mengajakku keluar tapi aku tidak mau.." jawab Kaila masih dengan sisa air matanya.

" Kemana? bukankan biasanya kau ikut ibu ke acara acara tertentu bersama temannya?"

" masalahnya ini berbeda mas?!"

" bedanya?" Damar bersandar pada meja dan melipat kedua tangannya di dada, menunggu penjelasan kaila.

" Ibu mau membawaku kerumah tante Yanti, mau di kenalkan sama anaknya!" tegas Kaila sakit hati sudah mendapat tamparan.

" lalu sebab ibu menamparmu?" Damar masih belum faham.

" Ya karna aku menolak mas! anaknya tante Irma itu seorang pengusaha, masa sih mas tidak bisa menebak pikiran ibu?!"

" Kau mau di jodohkan dengan si pengusaha anak temannya itu?"

" iyalah! wong ibu! pokoknya ada laki laki kaya dan mapan, aku selalu di taruh di depan, di bawa kesana kemari!"

Damar menghela nafas,

" kalau laki laki itu baik kenapa tidak..?" suara Damar halus.

" Hari gini mas, mas suruh aku mau mau saja di jodohkan begitu?! aku tidak tau bagaimana sikap dan perilakunya, enak saja ibu mau menyuruhku cuti kuliah dan menikah! yo emoh!"

" hemm.. kau melawan ibu dengan kata kata keras?"

" yah.. sedikit.."

" karena itu kau di tampar.. baiklah..

kalau menurut mas begini, saling mengenal lah dulu.. tidak apa apa, tapi jangan menikah selama kuliah mu belum selesai.. mas pun tidak setuju kau menikah muda.."

" Mas mau bicara pada ibu?"

Damar terdiam, selama ini ia sangat menghindari ibu tirinya, meski rumah nya berjajar, ia sebisa mungkin memperkecil interaksi.

Selama setahun ini pun bisa di hitung berapa kali ia bicara pada ibu tirinya itu.

" Mas tidak janji.." jawab Damar pelan,

" kalau mas tidak mau bicara pada ibu, biar aku minta tolong mbah Uti saja?!"

" eh...! jangan ganggu mbah dengan permasalahan, biarkan dia menikmati masa tua nya dengan tenang!" tegas Damar.

" Sudahlah.. biar aku yang bicara nanti.."

" benar ya mas?!"

Damar mengangguk dengan sedikit berat.

pastinya ia harus menyiapkan hati dan telinganya jika benar benar akan bicara pada ibu tirinya.

" Kau diantar laki laki itu lagi nanti?" tanya Yusuf,

" iya.. sepertinya kurang bagus untuk suasana hati ibu jika aku menjawab tidak.. toh dia hanya mengantarku dan menjemputku.. biarlah.."

jawab Kinanti sembari sibuk menanam bibit bunga di halaman.

" Biarlah?? tumben sekali kalimat itu keluar dari mulutmu.." Yusuf heran.

" Mau bagaimana.. dia yang menanggung hidupku beberapa tahun, aku tidak bisa bersikap seenaknya padanya.."

" benar begitu?" Yusuf menggoda,

" Benarlah.. dia perduli sekali dengan ibu, aku harus mengakuinya.."

" yang mana sih orangnya?"

" kenapa?"

" penasaran saja, kau kok sampai mau diantar jemput begitu.. kaya itu laki laki?"

" kurasa biasa biasa saja.. penampilannya sederhana tidak berlebihan, mobilnya juga bukan mobil yang bermerk terkenal dan mahal.."

" lalu apa yang membuatmu tertarik?"

" siapa bilang aku tertarik?" Kinanti menatap Yusuf dengan pandangan kesal,

" kau sendang menginterogasi ku?!"

" tidak.." Yusuf menahan tawa,

" Lalu?! pergilah kau kalau hanya ingin mengangguku!"

" ahahaha..!" Yusuf tergelak, ia senang sekali melihat ekspresi Kinanti yang kesal.

" Kau berangkat jam berapa?" tanya Yusuf,

" aku mau melihat wajah calon saudaraku.." imbuh Yusuf, Reflek Kinanti melepas sendalnya dan melemparkannya pada Yusuf.

" Mau kemana kau Dam?" tanya seorang perempuan berusia 35 tahun melihat Damar keluar dari Rumah sudah berpakaian rapi, ia menggenakan kaos berkerah berwarna abu abu tua dan jeans.

" Keluar mbak.." jawab Damar sembari mengunci pintu rumahnya.

" Ku lihat lihat sekarang setiap jumat dan minggu malam kau keluar terus?

ada pekerjaan?" tanya mbak Winda, sepupunya, tepatnya kakak kandung Yoga.

" Tidak mbak.. kerumah teman saja.." jawab Damar mendekat ke arah kakak sepupunya itu lalu mencium punggung tangan kakak sepupunya itu.

" Kau punya pacar??" tanya mbak Winda dengan sorot mata ingin tahu,

" ah, mana ada aku pacar mbak Win.. aku bilang teman, ya teman.. bukan pacar.." jawab Damar.

" Padahal aku sudah berharap melihatmu yang selalu keluar rapi begini.. bawa mobil lagi, padahal biasanya naik motor.." komentar mbak Winda.

Damar hanya tersenyum.

" Jangan senyum senyum thok! beberapa bulan lagi usiamu 30 tahun!"

" Lha terus kenapa kalau 30 tahun?"

" menikah le.. sudah waktunya.."

" iya.." jawab Damar lagi lagi tersenyum.

" Iya opo?!"

" menikah katanya tadi.."

" memangnya sudah ada pacar?! tadi katanya nggak ada?!"

" menikah ya menikah, tidak usah pakai pacaran mbak.. sudahlah..

kalau ada yang cocok aku pasti menikah.." jawab Damar lagi lagi tersenyum.

" Om, Om?!" Bagas berlari ke arah Damar, sedangkan Yoga mengikuti di belakangnya.

" Jangan lari?!" suara Yoga.

" Wah.. jagoan? mau kemana?" Damar jongkok dan memeluk Bagas.

" Pergi, sama ayah.." jawab bocah kecil itu.

" Wah.. pantes ganteng, ya sudah.. berangkat dulu sama ayah ya.."

Damar mencium pipi Bagas, lalu membiarkan anak itu kembali ke ayahnya.

" Mau kemana mas?" tanya Yoga,

" Mau ke kota dulu.. "

" saya juga mau ke kota mas, mau bareng?" Yoga menawarkan,

" Tidak, kebetulan aku ada janji dengan teman.."

" ohh.." jawab Yoga mengulas senyum.

Ia seakan tahu bahwa Damar akan bertemu dengan seorang wanita, karena Damar yang biasanya malas keluar kalau tidak urusan kerja itu, jadi rutin keluar setiap minggu dengan membawa mobil.

Padahal Damar lebih suka kemana mana naik motor, karena dia merasa itu lebih cepat dan praktis.

Terpopuler

Comments

Mrs. Labil

Mrs. Labil

mantappp 👍👍👍

2024-05-20

1

Mrs. Labil

Mrs. Labil

ahahahaha... seru bgt sepupuan kek gini

2024-05-20

1

anisa f

anisa f

winda yoga (kandung)
yoga duda cerai anak satu
damar yoga (sepupu)
damar kaila (tiri)
damar aji (sahabat)
baru sebatas itu nyampe episode ini

2024-02-01

2

lihat semua
Episodes
1 Menjenguk ibu
2 Jangan panggil aku Dek!
3 Kesibukan Damar
4 Jemputan Kinanti
5 menjelang 30 tahun
6 kunjungan pak Tyo
7 Ibu tiri
8 Bawa aku juga..
9 Yoga
10 Mbah Uti
11 Kembali sendiri
12 Mengawasinya sejak SMA
13 Sesungguhnya tidak sesabar itu..
14 jalan jalan
15 temani aku makan
16 Harapan ibu
17 Kemarahan Yusuf
18 kenapa tidak menghubungiku?
19 Pamit
20 Menjauh
21 Haikal
22 pertanyaan ibu
23 memperhitungkan Haikal
24 perbincangan 2 laki laki
25 Kau tidak boleh susah setelah menikah!
26 karena aku tidak rela
27 Menjadi Damar yang dulu
28 keresahan Yusuf
29 Baju pengantin
30 apapun yang berhubungan denganmu menyiksa..
31 aku juga ingin kasih sayangmu..
32 jangan acuhkan kakakku..
33 Damar yang sederhana..
34 tangis kaila
35 hati yang sesungguhnya tergerak
36 perbincangan Mapala
37 Kaila
38 peralatan jahit
39 Tugas untuk Umar
40 kau bukan pengganti aji..
41 bimbang
42 mantan kekasih
43 kasih sayang ibu
44 kebaya akad
45 tamu tak di undang
46 aku akan selalu membelamu
47 perempuan yang meminta calon suamiku
48 masih mencintaimu
49 bubur buatan Damar
50 boleh bawa lari anak orang mbah?
51 menjelang 30 tahun
52 telfon dari pak tyo
53 besok
54 saran Kinanti
55 Air mata ibu
56 itu lamaranmu..
57 kebaya merah
58 aku seperti ini karena mencintaimu
59 akhir bulan
60 keris dan blangkon
61 area persawahan
62 apa kau tidak malu?
63 jadi istriku ya?
64 pagi buta
65 kadang Yoga iri..
66 polesan di wajah Damar
67 Akad
68 Kemana Yoga?
69 pernah muda
70 menghindar
71 om Damar sedang sakit kepala
72 Jamu
73 om om
74 masih mencintainya
75 lumpur
76 bunga ilalang
77 kamar Damar
78 semua berusaha mengerti
79 iku jenenge tresno
80 Puding coklat
81 Rahasiakan ini..
82 Suamiku sakit
83 hatiku tak sekuat itu..
84 bubur ayam
85 istirahat siang
86 kenapa ndak bareng Yoga saja?
87 belanja bersama
88 dirumah ibu
89 kripik tempe
90 mana yang lebih penting
91 nasehat Umar
92 mogok
93 gara gara mobil
94 Umar
95 jangan sembunyikan apapun dariku
96 tenggelam dalam masa lalu
97 bagas sudah tidur
98 perkataan ibu
99 apa kau mencintaiku?
100 tipemu?
101 pukulan Yusuf
102 pura pura tidak terjadi apapun
103 sakit kepala
104 soto ayam
105 hujan sore ini
106 demam
107 panggil aku mas?!
108 Besan
109 lekas sembuh
110 siapa?
111 itu Yoga, adikmu..
112 kecewa
113 tidak seperti biasanya
114 Aku sudah tertarik padamu
115 aku ingin membantu..
116 aku selalu kalah
117 pagi buta
118 daster
119 Reuni
120 lepaskan aku
121 beraninya
122 selalu mengacaukan hidupmu
123 bukan ini yang kuinginkan
124 Ranu gumbolo
125 Damar kemana
126 Hobby
127 Ranu pani
128 ketakutan
129 tetaplah tak terlihat
130 berbalik
131 aku belum bisa memaafkanmu
132 kasihan istrimu
133 Dolan
134 Kinanti tidak ada
135 nada nada rindu
136 Bandung
137 darah rendah
138 kapan kau pulang?
139 kenapa pergi sejauh ini
140 di luar jendela
141 Maafkan aku
142 Jangan berpikir buruk tentangku
143 kau pulang saja
144 banyak berubah
145 kemanapun kau pergi aku ikut
146 jangan bersuara
147 Kita pulang
148 apa yang kau tangisi?
149 aku turut bahagia
150 bersabarlah
151 aku ingin mereka juga menyayangimu
152 cukup jadi penonton
153 kenapa kau yang menjemput?
154 terus berjalan..
155 menikah saja denganku?!
156 apa aku tidak pantas?
157 aku tidak setuju!
158 siapa ini?
159 kau calon istriku
160 aku tidak bisa tidur
161 aku tidak ingin menikah
162 kenapa Dinda tidur dirumahmu?
163 mereka seperti kita dulu
164 aku tidak layak
165 kalian memang saudara
166 aku tidak mau
167 mantan
168 satu sama
169 masih takut
170 dasar pendendam
171 secepatnya
172 dewasalah
173 terlalu tenang dan damai
174 cepat pulang
175 Antara marah dan malu
176 bawa Yusuf kemari
177 siapa yang tega
178 memaafkan, namun tidak melupakan
179 semua kecewa
180 aku tidak menyalahkan ibu
181 kita mulai dari awal..
182 kami baik baik saja
183 kau tau maksudku
184 anggrek yang menjuntai..
185 istrimu cantik
186 Mas Yoga
187 segelas susu
188 istriku
189 adikku..
190 kecewa
191 ibu kandung
192 aku senang disini
193 mama Dinda
194 " Mama sakit pa.."
195 suamimu..
196 Jangan se enaknya..
197 toko
198 siapa?
199 anggrek dan krisan
200 Rakha
201 teman sekolahku
202 merawat lebih sulit dari pada mendapatkan,
203 aku bersyukur
204 suamimu cemburu padaku,
205 aku melindunginya saat kau tak ada
206 aku mengaku salah
207 saya akan jujur,
208 jauhi istriku!
209 jangan kemana mana
210 jeruk
211 anggrek di teras rumah
212 kenapa menerima bunga dari laki laki lain
213 bagaimana perasaan istrimu?
214 pulang
215 kebun singkong
216 ranjang sempit
217 pohon mangga
218 buket bunga
219 laki laki
220 milik orang lain
221 cinta tidak memaksa
222 seterusnya
Episodes

Updated 222 Episodes

1
Menjenguk ibu
2
Jangan panggil aku Dek!
3
Kesibukan Damar
4
Jemputan Kinanti
5
menjelang 30 tahun
6
kunjungan pak Tyo
7
Ibu tiri
8
Bawa aku juga..
9
Yoga
10
Mbah Uti
11
Kembali sendiri
12
Mengawasinya sejak SMA
13
Sesungguhnya tidak sesabar itu..
14
jalan jalan
15
temani aku makan
16
Harapan ibu
17
Kemarahan Yusuf
18
kenapa tidak menghubungiku?
19
Pamit
20
Menjauh
21
Haikal
22
pertanyaan ibu
23
memperhitungkan Haikal
24
perbincangan 2 laki laki
25
Kau tidak boleh susah setelah menikah!
26
karena aku tidak rela
27
Menjadi Damar yang dulu
28
keresahan Yusuf
29
Baju pengantin
30
apapun yang berhubungan denganmu menyiksa..
31
aku juga ingin kasih sayangmu..
32
jangan acuhkan kakakku..
33
Damar yang sederhana..
34
tangis kaila
35
hati yang sesungguhnya tergerak
36
perbincangan Mapala
37
Kaila
38
peralatan jahit
39
Tugas untuk Umar
40
kau bukan pengganti aji..
41
bimbang
42
mantan kekasih
43
kasih sayang ibu
44
kebaya akad
45
tamu tak di undang
46
aku akan selalu membelamu
47
perempuan yang meminta calon suamiku
48
masih mencintaimu
49
bubur buatan Damar
50
boleh bawa lari anak orang mbah?
51
menjelang 30 tahun
52
telfon dari pak tyo
53
besok
54
saran Kinanti
55
Air mata ibu
56
itu lamaranmu..
57
kebaya merah
58
aku seperti ini karena mencintaimu
59
akhir bulan
60
keris dan blangkon
61
area persawahan
62
apa kau tidak malu?
63
jadi istriku ya?
64
pagi buta
65
kadang Yoga iri..
66
polesan di wajah Damar
67
Akad
68
Kemana Yoga?
69
pernah muda
70
menghindar
71
om Damar sedang sakit kepala
72
Jamu
73
om om
74
masih mencintainya
75
lumpur
76
bunga ilalang
77
kamar Damar
78
semua berusaha mengerti
79
iku jenenge tresno
80
Puding coklat
81
Rahasiakan ini..
82
Suamiku sakit
83
hatiku tak sekuat itu..
84
bubur ayam
85
istirahat siang
86
kenapa ndak bareng Yoga saja?
87
belanja bersama
88
dirumah ibu
89
kripik tempe
90
mana yang lebih penting
91
nasehat Umar
92
mogok
93
gara gara mobil
94
Umar
95
jangan sembunyikan apapun dariku
96
tenggelam dalam masa lalu
97
bagas sudah tidur
98
perkataan ibu
99
apa kau mencintaiku?
100
tipemu?
101
pukulan Yusuf
102
pura pura tidak terjadi apapun
103
sakit kepala
104
soto ayam
105
hujan sore ini
106
demam
107
panggil aku mas?!
108
Besan
109
lekas sembuh
110
siapa?
111
itu Yoga, adikmu..
112
kecewa
113
tidak seperti biasanya
114
Aku sudah tertarik padamu
115
aku ingin membantu..
116
aku selalu kalah
117
pagi buta
118
daster
119
Reuni
120
lepaskan aku
121
beraninya
122
selalu mengacaukan hidupmu
123
bukan ini yang kuinginkan
124
Ranu gumbolo
125
Damar kemana
126
Hobby
127
Ranu pani
128
ketakutan
129
tetaplah tak terlihat
130
berbalik
131
aku belum bisa memaafkanmu
132
kasihan istrimu
133
Dolan
134
Kinanti tidak ada
135
nada nada rindu
136
Bandung
137
darah rendah
138
kapan kau pulang?
139
kenapa pergi sejauh ini
140
di luar jendela
141
Maafkan aku
142
Jangan berpikir buruk tentangku
143
kau pulang saja
144
banyak berubah
145
kemanapun kau pergi aku ikut
146
jangan bersuara
147
Kita pulang
148
apa yang kau tangisi?
149
aku turut bahagia
150
bersabarlah
151
aku ingin mereka juga menyayangimu
152
cukup jadi penonton
153
kenapa kau yang menjemput?
154
terus berjalan..
155
menikah saja denganku?!
156
apa aku tidak pantas?
157
aku tidak setuju!
158
siapa ini?
159
kau calon istriku
160
aku tidak bisa tidur
161
aku tidak ingin menikah
162
kenapa Dinda tidur dirumahmu?
163
mereka seperti kita dulu
164
aku tidak layak
165
kalian memang saudara
166
aku tidak mau
167
mantan
168
satu sama
169
masih takut
170
dasar pendendam
171
secepatnya
172
dewasalah
173
terlalu tenang dan damai
174
cepat pulang
175
Antara marah dan malu
176
bawa Yusuf kemari
177
siapa yang tega
178
memaafkan, namun tidak melupakan
179
semua kecewa
180
aku tidak menyalahkan ibu
181
kita mulai dari awal..
182
kami baik baik saja
183
kau tau maksudku
184
anggrek yang menjuntai..
185
istrimu cantik
186
Mas Yoga
187
segelas susu
188
istriku
189
adikku..
190
kecewa
191
ibu kandung
192
aku senang disini
193
mama Dinda
194
" Mama sakit pa.."
195
suamimu..
196
Jangan se enaknya..
197
toko
198
siapa?
199
anggrek dan krisan
200
Rakha
201
teman sekolahku
202
merawat lebih sulit dari pada mendapatkan,
203
aku bersyukur
204
suamimu cemburu padaku,
205
aku melindunginya saat kau tak ada
206
aku mengaku salah
207
saya akan jujur,
208
jauhi istriku!
209
jangan kemana mana
210
jeruk
211
anggrek di teras rumah
212
kenapa menerima bunga dari laki laki lain
213
bagaimana perasaan istrimu?
214
pulang
215
kebun singkong
216
ranjang sempit
217
pohon mangga
218
buket bunga
219
laki laki
220
milik orang lain
221
cinta tidak memaksa
222
seterusnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!