Damar sedang sibuk mengawasi pemotongan kayu, ia sibuk sejak pagi sampai sore.
Namun di tengah kesibukannya ia di kagetkan oleh sesuatu.
Kaila berlari ke arahnya dengan air mata yang mengalir deras, belum lagi pipinya yang memerah entah kenapa.
" Di pukul ibu?!" suara Kaila setengah memekik.
Damar dengan buru buru melepas kacamata beningnya dan berjalan mendekat ke Kaila.
" Ayo kerumah mas saja, jangan disini..?!" ajak Damar dengan suara keras berlomba dengan suara mesin.
Ia mengajak Kaila menuju rumahnya, tapi Kaila menolak, akhirnya Damar mengajaknya ke ruangan kantornya yang sederhana.
" Jangan tunjukkan air matamu di depan banyak orang.." ujar Damar memberi tissue untuk Kaila.
" Sini, mas oles kan minyak biar tidak bengkak.." Damar menggambil sebotol minyak obat dan mengoleskannya perlahan ke pipi kiri Kaila.
" Sekarang katakan.. apa sebabnya, ibu tidak mungkin asal memukulmu..?" Damar memandang adik tirinya itu serius.
" Ibu mau mengajakku keluar tapi aku tidak mau.." jawab Kaila masih dengan sisa air matanya.
" Kemana? bukankan biasanya kau ikut ibu ke acara acara tertentu bersama temannya?"
" masalahnya ini berbeda mas?!"
" bedanya?" Damar bersandar pada meja dan melipat kedua tangannya di dada, menunggu penjelasan kaila.
" Ibu mau membawaku kerumah tante Yanti, mau di kenalkan sama anaknya!" tegas Kaila sakit hati sudah mendapat tamparan.
" lalu sebab ibu menamparmu?" Damar masih belum faham.
" Ya karna aku menolak mas! anaknya tante Irma itu seorang pengusaha, masa sih mas tidak bisa menebak pikiran ibu?!"
" Kau mau di jodohkan dengan si pengusaha anak temannya itu?"
" iyalah! wong ibu! pokoknya ada laki laki kaya dan mapan, aku selalu di taruh di depan, di bawa kesana kemari!"
Damar menghela nafas,
" kalau laki laki itu baik kenapa tidak..?" suara Damar halus.
" Hari gini mas, mas suruh aku mau mau saja di jodohkan begitu?! aku tidak tau bagaimana sikap dan perilakunya, enak saja ibu mau menyuruhku cuti kuliah dan menikah! yo emoh!"
" hemm.. kau melawan ibu dengan kata kata keras?"
" yah.. sedikit.."
" karena itu kau di tampar.. baiklah..
kalau menurut mas begini, saling mengenal lah dulu.. tidak apa apa, tapi jangan menikah selama kuliah mu belum selesai.. mas pun tidak setuju kau menikah muda.."
" Mas mau bicara pada ibu?"
Damar terdiam, selama ini ia sangat menghindari ibu tirinya, meski rumah nya berjajar, ia sebisa mungkin memperkecil interaksi.
Selama setahun ini pun bisa di hitung berapa kali ia bicara pada ibu tirinya itu.
" Mas tidak janji.." jawab Damar pelan,
" kalau mas tidak mau bicara pada ibu, biar aku minta tolong mbah Uti saja?!"
" eh...! jangan ganggu mbah dengan permasalahan, biarkan dia menikmati masa tua nya dengan tenang!" tegas Damar.
" Sudahlah.. biar aku yang bicara nanti.."
" benar ya mas?!"
Damar mengangguk dengan sedikit berat.
pastinya ia harus menyiapkan hati dan telinganya jika benar benar akan bicara pada ibu tirinya.
" Kau diantar laki laki itu lagi nanti?" tanya Yusuf,
" iya.. sepertinya kurang bagus untuk suasana hati ibu jika aku menjawab tidak.. toh dia hanya mengantarku dan menjemputku.. biarlah.."
jawab Kinanti sembari sibuk menanam bibit bunga di halaman.
" Biarlah?? tumben sekali kalimat itu keluar dari mulutmu.." Yusuf heran.
" Mau bagaimana.. dia yang menanggung hidupku beberapa tahun, aku tidak bisa bersikap seenaknya padanya.."
" benar begitu?" Yusuf menggoda,
" Benarlah.. dia perduli sekali dengan ibu, aku harus mengakuinya.."
" yang mana sih orangnya?"
" kenapa?"
" penasaran saja, kau kok sampai mau diantar jemput begitu.. kaya itu laki laki?"
" kurasa biasa biasa saja.. penampilannya sederhana tidak berlebihan, mobilnya juga bukan mobil yang bermerk terkenal dan mahal.."
" lalu apa yang membuatmu tertarik?"
" siapa bilang aku tertarik?" Kinanti menatap Yusuf dengan pandangan kesal,
" kau sendang menginterogasi ku?!"
" tidak.." Yusuf menahan tawa,
" Lalu?! pergilah kau kalau hanya ingin mengangguku!"
" ahahaha..!" Yusuf tergelak, ia senang sekali melihat ekspresi Kinanti yang kesal.
" Kau berangkat jam berapa?" tanya Yusuf,
" aku mau melihat wajah calon saudaraku.." imbuh Yusuf, Reflek Kinanti melepas sendalnya dan melemparkannya pada Yusuf.
" Mau kemana kau Dam?" tanya seorang perempuan berusia 35 tahun melihat Damar keluar dari Rumah sudah berpakaian rapi, ia menggenakan kaos berkerah berwarna abu abu tua dan jeans.
" Keluar mbak.." jawab Damar sembari mengunci pintu rumahnya.
" Ku lihat lihat sekarang setiap jumat dan minggu malam kau keluar terus?
ada pekerjaan?" tanya mbak Winda, sepupunya, tepatnya kakak kandung Yoga.
" Tidak mbak.. kerumah teman saja.." jawab Damar mendekat ke arah kakak sepupunya itu lalu mencium punggung tangan kakak sepupunya itu.
" Kau punya pacar??" tanya mbak Winda dengan sorot mata ingin tahu,
" ah, mana ada aku pacar mbak Win.. aku bilang teman, ya teman.. bukan pacar.." jawab Damar.
" Padahal aku sudah berharap melihatmu yang selalu keluar rapi begini.. bawa mobil lagi, padahal biasanya naik motor.." komentar mbak Winda.
Damar hanya tersenyum.
" Jangan senyum senyum thok! beberapa bulan lagi usiamu 30 tahun!"
" Lha terus kenapa kalau 30 tahun?"
" menikah le.. sudah waktunya.."
" iya.." jawab Damar lagi lagi tersenyum.
" Iya opo?!"
" menikah katanya tadi.."
" memangnya sudah ada pacar?! tadi katanya nggak ada?!"
" menikah ya menikah, tidak usah pakai pacaran mbak.. sudahlah..
kalau ada yang cocok aku pasti menikah.." jawab Damar lagi lagi tersenyum.
" Om, Om?!" Bagas berlari ke arah Damar, sedangkan Yoga mengikuti di belakangnya.
" Jangan lari?!" suara Yoga.
" Wah.. jagoan? mau kemana?" Damar jongkok dan memeluk Bagas.
" Pergi, sama ayah.." jawab bocah kecil itu.
" Wah.. pantes ganteng, ya sudah.. berangkat dulu sama ayah ya.."
Damar mencium pipi Bagas, lalu membiarkan anak itu kembali ke ayahnya.
" Mau kemana mas?" tanya Yoga,
" Mau ke kota dulu.. "
" saya juga mau ke kota mas, mau bareng?" Yoga menawarkan,
" Tidak, kebetulan aku ada janji dengan teman.."
" ohh.." jawab Yoga mengulas senyum.
Ia seakan tahu bahwa Damar akan bertemu dengan seorang wanita, karena Damar yang biasanya malas keluar kalau tidak urusan kerja itu, jadi rutin keluar setiap minggu dengan membawa mobil.
Padahal Damar lebih suka kemana mana naik motor, karena dia merasa itu lebih cepat dan praktis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Mrs. Labil
mantappp 👍👍👍
2024-05-20
1
Mrs. Labil
ahahahaha... seru bgt sepupuan kek gini
2024-05-20
1
anisa f
winda yoga (kandung)
yoga duda cerai anak satu
damar yoga (sepupu)
damar kaila (tiri)
damar aji (sahabat)
baru sebatas itu nyampe episode ini
2024-02-01
2