Hari berganti, Damar yang sudah berjanji pada ibu Kinanti, berangkat untuk menjemput Kinanti di kostnya.
Dan seperti biasa, ekspresi Kinanti tidak senang.
Apalagi melihat teman teman di kostnya yang heboh karena melihat seorang laki laki menjemputnya.
" Apa aku akan seterusnya di jemput dan diantar?" tanya Kinanti ketika di tengah jalan.
" Tergantung.. selama aku bisa akan ku jemput.." Jawab Damar santai sambil terus memperhatikan jalan.
" Apa mas membuat perjanjian khusus dengan ibu di belakangku?" tanya Kinanti selidik.
" Apa itu?" Damar balik bertanya, ia terlihat acuh.
" Kau membuat janji pernikahan dengan ibu?"
" menurutmu?" nada Damar masih acuh.
" Ayo kita bicara serius.." ujar Kinanti menatap Damar yang sedang fokus menyetir.
" Bukankan sekarang kita sedang bicara?" jawab Damar.
" Bicara serius..?!"
" memangnya dari tadi aku bercanda?" Damar benar benar bersikap santai dan acuh, itu membuat Kinanti kesal.
" Baiklah.. apa ibu menyuruhmu menikahiku?"
Damar diam sejenak,
" Bukan menyuruh, tapi mengusulkan.." jawab Damar.
" Aku tau rasanya tidak pantas untukku berkata seperti ini pada orang yang baru ku kenal..
tapi aku bukan tipe perempuan yang berpura pura lembut di hadapan orang..
aku suka keterusterangan.."
" aku juga suka.." jawab Damar tampak tak serius,
" baguslah, berarti kita tidak perlu berpura pura saling menyukai.."
Damar tersenyum tipis mendengar kalimat Kinanti.
" Kata siapa aku tidak menyukaimu?" ucap Damar tiba tiba membuat Kinanti sontak melihat Damar dengan pandangan aneh.
" Aku tentu saja menyukaimu.. kau adik sahabat baikku.. aku mengawasi mu dari jauh dan mendukung proses belajarmu..
dimana kata kata tidak menyukai itu bisa di letakkan?"
jawab Damar masih santai dan acuh, ia tetap memperhatikan jalan raya.
" Mas mau mempermainkan ku ya?" tatapan Kinanti sinis.
" Pantaskah kau berkata seperti itu padaku?"
" kenapa? karena mas membiayai sekolahku dan kebutuhan hidupku?"
Damar terdiam, wajahnya yang awalnya santai berubah kaku sekarang.
" Apa yang mas lakukan pada keluargaku itu sudah lebih dari cukup mas.. mas Aji akan sangat bangga jika tau temannya sudah menjadikan adiknya sarjana, jadi kumohon.. cukup disini saja.." nada Kinanti serius, namun kata katanya lebih halus sekarang.
" Tapi aku merasa belum cukup" jawab Damar kemudian, wajahnya masih kaku.
" Aku berterimakasih mas, tapi sudah cukup keluarga ku merepotkanmu.. bahkan dengan keinginan ibu yang tidak masuk akal itu.."
Keduanya diam, cukup lama.
" Membahagiakan ibumu adalah hal yang wajib, jika Aji masih hidup.. dia juga pasti akan membahagiakan ibumu.. benar tidak..?"
ujar Damar membuat Kinanti diam, ia tak menjawab satupun, karena yang di katakan Damar itu mungkin benar.. andai mas Aji masih hidup..
mungkin dia akan membahagiakan ibunya.
Kinanti tertunduk.
" Salah kalau kau bilang kita tidak saling menggenal.. aku mengenalmu sejak remaja..
aku juga mengawasi perkembanganmu meski tak tampak oleh matamu.. lebih tepatnya, aku sangat mengenalmu.."
mendengar itu Kinanti membatu, ia kehabisan kata kata.
" Anggap saja aku kakakmu yang mengantar jemputmu..
jadi jangan buat ini menjadi masalah yang besar,
dan tidak masalah jika kau jalan dengan laki laki lain..
aku akan mendukung apapun itu yang membuatmu bahagia,
dan sebagai seorang kakak aku sanggup mengambil alih tanggung jawab menikahkanmu.."
Kinanti tercengang, sungguh sungguh tercengang dengan kata kata Damar yang santai dan tanpa penekanan itu.
" Bisa bisanya dia berkata seperti itu.." keluh Kinanti dalam hati.
Ia sungguh heran, laki laki macam apa yang ia temui sekarang, karena baru sekarang ia menjumpai yang seperti ini.
Tenang dan santai, namun serius, kadang juga acuh dan menjengkelkan.
Diam Diam Kinanti melirik ke arah kursi belakang, ada sebuah kotak kado yang lumayan besar.
" Itu kado ulang tahun untuk anak sepupuku.." ujar Damar seperti tau mata Kinanti melirik ke belakang.
" Aku tidak tanya.." sahut Kinanti,
" tapi tatapan matamu penuh pertanyaan, dari pada nanti malam kau tidak bisa tidur, lebih baik ku beritahu kan..?"
Kinanti lagi lagi terdiam, ia benar benar merasa sebal.
" Apa pekerjaanmu mas?" tanya Kinanti setelah lama diam, ia merasa harus bertanya.
" tukang kayu.." jawab Damar santai, namun wajahnya serius.
Kinanti menatapnya tak percaya,
" benar.. aku tukang kayu, ayo ikut kerumahku kalau tidak percaya.." ucap Damar setelah sekilas menatap Kinanti, ia tau wanita itu tak percaya.
" Masa tukang kayu sanggup membiayai kuliahku dan kemana mana pakai mobil?" tatapan Kinanti selidik.
Damar tertawa mendengarnya,
" ini semua milik orang tuaku, kalau diriku sendiri sejatinya tidak punya apa apa.. tapi ku pastikan biaya kuliahmu adalah murni hasil jerih payahku tanpa bantuan orang tua..
ah.. panjang ceritanya kalau di ceritakan,
aku akan ceritakan nanti.." ujar Damar bernada lelah, seperti ada sesuatu yang berat di akhir kalimatnya.
" Kapan itu?" tanya Kinanti mencoba mengejar,
" apanya?"
" bercerita tentang dirimu?"
Damar tersenyum sekilas,
" kalau kita sudah lebih dekat tentunya.." ucapnya masih terus menatap jalan raya.
Kinanti diam, oh Tuhan.. keluhnya dalam hati, ia tidak sengaja menangkap senyum yang manis dan pandangan mata teduh milik Damar saat menatapnya sekilas tadi.
" Kenapa menatapku?" tanya Damar sadar dirinya terus di tatap.
" Ada yang aneh di wajahku?" tanyanya lagi,
" tidak mas.. " Jawab Kinanti langsung mengalihkan pandangannya.
" Kita makan dulu ya.. sekalian bawa sesuatu untuk ibu.." ujarnya tak lama.
" Kalau aku tidak mau akan tetap di paksa kan?"
" makanlah meski sedikit.. aku tidak suka perempuan yang keluar denganku pulang dengan perut kosong.."
Kinanti diam, ia tak berniat menjawab, ia merasa terlalu lelah untuk beradu argumen, dan ia memutuskan untuk patuh saja.
Damar memasukkan mobilnya ke garasi rumah, ia mengambil kotak kado di kursi belakang, lalu membawanya keluar dari mobil.
Ia berjalan kearah rumah paling ujung yang berjajar dengan rumahnya.
Bangunan rumah itu berlantai dua dan bercat biru laut.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, ia tetap berjalan dengan langkah tenang ke arah rumah itu.
Sesampainya di depan rumah itu ternyata suasana masih ramai dengan saudara sudaranya yang baru saja selesai merayakan pesta ulang tahun bagas.
" Om Damal..! seorang anak berusia 4 tahun an yang terkena speech delay itu berlari ke arah Damar, ia langsung meminta gendong.
Damar dengan sigap menggendongnya.
" Wahh.. selamat ulang tahun gantengnya om.." Damar mengecup pipi anak itu berkali kali, lalu menyerahkan kotak yang berisi hadiah itu.
" Waduh.. repot saja mas, padahal mas sibuk.." Ayah dari Bagas berjalan mendekat, ia tampak senang dengan kedatangan Damar.
" Sibuk apa.. kau yang lebih sibuk pak dokter.." ujar Damar tersenyum, lalu menurunkan Bagas dari gendongannya.
" Berhubung ini sudah malam.. aku kembali dulu.."
" Lho? kemana sih mas?! orang kita jarang bertemu meski rumah berdekatan.. mbok ya ngopi ngopi sama saya dulu..?"
sorot mata Ayah Bagas penuh harap.
" Tak bikinkan kopi mas!" Kaila tiba tiba bangkit dan berlari ke arah dapur.
" Wes tho mas, kita ngobrol ngobrol di teras.." ajak ayah Bagas.
Dengan berat hati Damar menurutinya, akhirnya dirinya duduk di teras dan berbincang dengan ayah Bagas juga, di temani secangkir kopi buatan Kaila.
" Pintar juga Kaila membuat kopi.." komentar Damar,
" dia sudah dewasa mas.. kalau tidak kuliah mungkin dia akan di paksa menikah.." jawab ayah Bagas.
" Janganlah.. dia masih manja begitu, belum bisa mengurus suami.." ujar Damar sembari menghisap rokoknya.
" Kurangi rokok mu mas.. tidak baik.." saran ayah Bagas yang seorang dokter umum.
Damar tersenyum sekilas mendengarnya,
" aku sudah menguranginya.." Jawab Damar,
" Bagaimana kabarmu Yog? semua baik baik saja?" tanya Damar kemudian.
" Yah.. beginilah mas.. mas tau sendirilah.." jawab Yoga tersenyum sedikit pahit.
" Apa ibunya tidak datang menjenguk sama sekali?"
" Bagas sakit saja dia tidak bergeming.."
Damar menarik nafas panjang, lalu menghembuskan asap rokoknya.
" Kau ada rencana menikah lagi?"
" ah.. tidak dulu mas.."
" kenapa? bukannya sudah 2 tahun kau menduda?"
" orang orang memang memaksaku menikah lagi.. tapi aku takut salah memilih lagi.."
" lihat bibit bebet bobotnya, tidak harus anak orang kaya.. yang penting perilakunya.." nasehat Damar yang terpaut usia 2 tahun dari Yoga.
" Ada sih mas.. tapi.. sudahlah.." jawab Yoga putus asa.
" kalau ada ya itu saja.."
" mas tidak tau.. untuk sekarang ini, sudah hal yang tidak mungkin dia menerimaku.." Yoga setengah mengeluh.
Damar diam, ia melayangkan pandangannya pada langit yang hitam pekat tanpa bulan dan bintang.
" Segala sesuatu ada jalannya.. yang penting sebagai manusia berbuatlah yang terbaik..
dan jangan menyakiti orang lain,
jika di masa lalu kau pernah menyakiti seseorang..
maka ke depannya jangan pernah mengulangi itu lagi.."
Yoga diam tertunduk mendengar kata kata Damar.
Ia menghormati sekali sosok damar, baginya Damar adalah laki laki bijaksana dan pekerja keras.
Dan masa lalu yang buruk tidak menjadikannya orang jahat.
Bukannya membalas perlakuan jahat yang pernah di dapatkannya, ia malah bersikap baik dan memberi senyuman pada orang orang yang pernah menyakitinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Mrs. Labil
jgn" ayahnya bagas mntan nya kinan 🤔
2024-05-20
1
Mrs. Labil
aku jug heran lo 🤭🤣🤣
2024-05-20
1
dyul
Penasaran.... mas Damar.... masa lalunya apa ama Aji n ayah Bagas
2023-11-26
1