Kesibukan Damar

Kinanti memasuki kantor, langkanya berubah pelan ketika tau ada guru senior yang sedang terlelap.

Nampaknya mereka lelah setelah mengajar dan ingin sedikit rebahan, tapi ternyata malah keterusan tidur.

" Jangan berisik bu, pak Hartono sedang mimpi indah.." suara seorang guru laki laki yang duduk tepat di samping meja pak Hartono.

" Wah.. bisa dosa besar saya kalau sampai pak Har bangun.." balasku pada pak Tyo, guru olahraga.

" pak Har sedang mimpi makan makan di lesehan sepertinya.." imbuh pak tyo sambil cekikikan,

" huss..! kalian ini mentang mentang muda, kuwalat nanti.. pak Har itu yang paling tua disini..?!" peringat guru kelas 6 pada kami, namanya bu Ninik usia beliau sekitar 45 tahun, sedangkan pak Har sudah 50 tahun atau lebih mungkin, yang jelas beliau mendekati masa pensiun.

" Ampun bu Nik.. pak Tyo itu lho yang duluan.." ucap Kinanti sembari meringis bersalah.

" Kan saya benar bu Nik, pak Har sedang mimpi indah.. kasian kalau di ganggu.." jawab pak Tyo yang usianya hampir sama dengan Kinanti, ia seorang bujang yang tak kunjung menikah juga, sehingga Kinanti sering di jodoh jodohkan dengan pak Tyo.

" bangunkan pak Har, sudah jamnya pulang ini kasian.. nanti beliau malah kesorean.." perintah bu Nik pada pak Tyo.

Kinanti berjalan kaki keluar dari gerbang sekolah,

" Mau bareng saya bu?" tanya Tyo dari arah belakang, dia menghentikan motornya.

" Orang kost saya dekat pak Tyo.. jalan kaki saja.." tolak Kinanti.

" Mbok ya sekali kali mau bareng saya bu.. biar hati saya ini lega.." gumam Tyo,

" pak Tyo ngidam mbonceng saya?" Kinanti tertawa renyah,

" Ya wes.. monggo.." Kinanti mundur dan duduk menyamping di jok belakang motor matic berwarna hitam itu.

" Nah.. akhirnya.. pegangan nggeh bu.."

" eh.. tidak lucu kalau di lihat murid kita pak, pake pegangan segala..?"

" Anggap saja saya ini ojek bu.." ujar Tyo lalu menjalankan motornya dengan hati hati sampai depan rumah kost Kinanti.

" Makasih lho pak.." ujar Kinanti setelah turun,

" alhamdulillah selamat sampai tujuan, saya ndak disuruh mampir ini?" tanya pak Tyo penuh harap.

" Aduh pak.. bercandanya jangan terlalu ah, sudah.. bapak pulang saja, banyak yang melihat.." ucap Kinanti sembari mengusir pak Tyo secara halus.

" Owalah.. ya sudah, kalau begitu saya pulang, sampai jumpa besok di sekolah.." pamit pak Tyo sembari tersenyum dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Kinanti.

" Wah.. diantar pak Tyo?" teman satu kostnya keluar, namanya dini.

" Iseng saja.. selalu nawarin tak tolak, lama lama juga kasian.." jawab Kinanti sembari melepas sepatunya.

" Awas.. tresno jalaran soko kulino Nan, lama lama jatuh cinta sama pak Tyo kamu.."

" Ah.. lambemu Din.."

" Lah iyo, pak Tyo kelihatan sekali menaruh hati padamu.. kau saja, yang tidak peka.. atau memang pura pura nggak peka.." Dini mengikuti langkah Kinanti masuk kedalam kamar kostnya.

" Jangan bahas sesuatu yang tidak pernah ku pikirkan sedikit pun.. aku belum ada niatan menjalin hubungan dengan siapapun.." lanjut Kinanti ketika sudah sampai di dalam kamar kostnya yang berukuran 3x3 itu.

" Sampai kapan?"

" kau sendiri.. belum menikah kok, kenapa ribut sekali dengan hidupku.."

" tapi aku kan sudah bertunangan, 5 bulan lagi calon suamiku pulang tugas kami langsung menikah kok, tunggu undangannya nanti ya!" Dini melotot,

" Iya iya.. tak tunggu.." Kinanti tersenyum, ia mulai mengganti bajunya satu persatu.

Diantara keduanya itu sudah hal lumrah, tidak ada rasa malu lagi.

" Pokoknya di resepsi pernikahanku nanti kau harus bawa pasangan, pak Tyo juga tidak apa apa.. di tidak memalukan klo di gandeng kemana mana Nan..?!"

" mulai lagi.." ujar Kinanti malas,

" atau ku kenalkan pada teman teman calon suamiku ya.. mereka masih banyak yang bujang..!"

" Aku jelek begini, siapa mau denganku.. apalagi teman teman suamimu abdi negara semua.." Kinanti nyengir, itu sesungguhnya hanya alasan saja, intinya dia malas menjalin hubungan.

" Ah, kau ini bisa saja kalau merendahkan dirimu sendiri.. kau ini tidak jelek, kalau kau jelek mana mungkin banyak yang mengharapkan mu yang seperti batu ini!" Dini kesal sekali, namun Kinanti hanya tertawa.

Damar menyelesaikan kelas nya sore ini, Ia berpapasan dengan beberapa mahasiswa.

" Sore pak Damar.." sapa beberapa mahasiswi yang sejak tadi menunggunya lewat.

" Sore," jawab Damar memberi sedikit senyum.

" Aduh, senyumnya bikin rontok! kenapa sih aku dulu tidak masuk sastra indonesia..?!" ucap salah satu mahasiswi yang mengagumi sosok Damar.

" Eh, tidak heran apa, ganteng, tinggi, pinter.. kok belum nikah nikah.. jangan jangan tidak suka yang feminim, tapi yang gagah.." celetuk salah satu mahasiswi,

" Huss! ngadi ngadi!"

" kan sekarang lagi musim..?"

" wah.. kalau itu benaran, bisa patah hati anak anak sastra indonesia yang mengagumi pak Damar.. mana senyumnya manis kayak gula berkilo kilo.. bisa bikin diabetes..!" keluh mahasiswi satunya.

" Jangan menggosip yang tidak jelas, kasian kalau itu tidak benar..!" sahut satu mahasiswa laki laki yang kebetulan mendengar perbincangan itu.

" Ih, apa sih tiba tiba nimbrung!"

" kalian itu, ngomongin orang nggak kira kira.." ujar pemuda jurusan sastra indonesia itu segera berlalu namun tetap meninggalkan pandangan mengawasi.

" Pak Damar, sudah mau pulang?" tanya seorang rekan kerjanya, berjalan ke parkiran menyusul Damar yang sudah naik ke atas motor trailnya.

" Iya bu, kebetulan saya sudah tidak ada kelas.."

jawab Damar santai.

" Saya kebetulan juga mau pulang, apa boleh bareng?"

Damar berfikir sejenak,

" mobil ibu kenapa?" tanyanya kemudian,

" di bengkel pak.. gimana, bisa ya?" tanya teman kerja wanitanya itu penuh harap.

" Bukannya ada pak Andri, beliau juga pulang kok, bukannya tidak mau membantu bu.. tapi sudah mulai mendung.. lebih baik dengan pak Andri saja, beliau bawa mobil.."

Perempuan di hadapan Damar itu diam seketika, wajahnya tiba tiba masam, padahal tadi cerah seperti matahari pagi.

" Ya sudah ya bu.. saya duluan, maaf lhoo.." ujar Damar memakai helm nya, dan tanpa basa basi lagi berlalu pergi mengendarai motornya.

" Ahahaha!!!" terdengar suara gelak tawa dari arah belakang, membuyarkan pandangan perempuan yang fokus menatap punggung Damar menghilang di kejauhan.

" Gagal maning gagal maning.. yang sabar ya bu Tia!" ujar pak Andri sembari masih terus tertawa.

Sekitar 40 menit Damar mengendarai motornya, kecepatannya tentunya lumayan, karena biasanya jarak itu di tempuh selama 1jam.

Ia menjauh dari arah kota menuju kabupaten,

lalu memasuki gapura perkampungan, berkendara lagi sekitar 15 menit.

" Mas Damar!" panggil seorang gadis berusia 20 tahun dari halaman depan rumah yang cukup luas, ada 4 rumah berjajar dan hanya terpisahkan oleh pagar tanaman, sementara dua rumah lainnya menjadi satu halaman.

4 rumah itu terlihat cukup besar dan mewah di daerah perkampungan itu.

Sementara sekitar 50 meter terdapat gudang gudang besar, itu lebih mirip pabrik karena bangunannya beratap tinggi.

Di salah satu bangunannya terdapat tumpukan kayu kayu besar yang belum di potong, beberapa truk juga terparkir di depan bangunan pabrik itu.

Antara rumah dan pabrik itu di pisahkan oleh tanah yang di tanami padi.

Damar memasukkan motornya ke dalam garasi salah satu rumah itu, bangunannya bercat putih dan memiliki dua pilar yang besar di terasnya.

Berbeda dengan tiga rumah lainnya yang bercat mencolok dan terkesan lebih mewah.

" Mas! aku ada tugas?!" gadis yang memanggil Damar tadi berjalan mendekat.

" Kerjakan sendiri.." jawab Damar melepas helmnya.

" Susah mas?" gadis itu manja,

" siapa suruh masuk sastra inggris.. kalau kau sudah memilih itu harusnya kau bertanggung jawab dengan pilihanmu.." suara Damar datar, ia berjalan ke arah pintu, membukanya dengan kunci.

" Jangan menggangguku, pekerjaanku banyak.." ujar Damar sabar.

" Bantu aku mas, setidaknya berikan aku sedikit petunjuk.." gadis itu tetap mengekor di belakang Damar.

Damar melepas jaketnya sehingga kemeja hitam bergaris navy nya itu terlihat.

" Kau tidak mendengarkan dosen mu bicara? apa kau melamun dan melakukan hal lain saat di kelas?" tanya Damar dengan tatapan serius, ia lelah terus membantu gadis di hadapannya itu.

Damar menghela nafas ringan ketika gadis itu tak kunjung menjawab.

" Mas mau ke pabrik setelah ini, sampai malam,

tugasmu besok saja ku bantu.. besok aku tidak mengajar.." ujar Damar sembari mengambil air putih segelas dan meminumnya.

" Benar ya mas?"

Damar mengangguk,

" dengarkan, mas tidak selalu ada untuk membantumu.. lain kali dengarkan dan belajarlah dengan sungguh sungguh, biaya kuliah itu tidak sedikit.. jangan main main.." nasehat Damar,

" iya mas.. iya.." gadis itu tersenyum cerah dan mengangguk.

" Oh ya, tadi ada kiriman dari mbak Winda.." gadis itu menyerahkan sebuah kotak makan yang di masukkan ke dalam kantong kresek.

" Opo iki?" Damar menerimanya,

" lontong sayur, dari mbah Uti.."

Raut wajah Damar langsung berubah,

" Sudah ada labelnya ini.."

" WENAK!" ujar keduanya bersamaan.

" ya wes, mas Damar maem sek.. aku mau kerumah mbak Winda dulu, dia sedang repot masak untuk ulang tahun bagas.."

" Bagas? kapan? lusa mas.. sekarang kita sibuk kupas kupas bumbu.."

" hemm.. ya sudah.." jawab Damar.

Gadis itu berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar, tapi Damar memanggilnya.

" Kaila..!" Damar memberi kode untuk kembali mendekat.

" Apa mas?" jawab Gadis itu buru buru kembali berjalan ke arah Damar.

" Buat jajan.." Damar mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari saku celananya.

" hihihi.." wajah gadis itu lebih sumringah di banding tadi.

" Wes, sana.." ujar Damar menyuruh Kaila pergi.

Damar pergi mandi, setelah itu dia memakan lontong sayur yang di bawa Kaila tadi.

Setelah itu ia segera keluar dari rumahnya.

Senja sudah lewat, dan Damar berjalan tenang melewati sawah yang memisahkan rumahnya dan pabrik.

Suasana sudah lenggang, karena banyak pegawai yang pulang, hanya beberapa orang saja yang lembur.

" Pak?" sapa Dimas pada satu satpam yang sedang berjaga di depan pabrik kecil itu.

" Inggih mas.. mau ngecek tho mas?"

" nggih pak.." jawab Damar melempar senyum, ia tidak hanya mengecek, tapi juga ikut bekerja.

Saat yang lain pulang lembur ia juga baru ikut pulang.

Tak jarang Damar juga bekerja sendiri sampai pagi, membantu memotong kayu kayu kecil menggunakan mesin.

Damar termasuk laki laki yang cukup ramah dan sederhana di mata orang orang, tak jarang dia sering memberi bonus, tidak seperti keluarganya yang lain yang sedikit acuh pada masyarakat sekitar.

Setahun ini, pabrik berkembang dengan baik setelah berada di tangan Damar, tidak seperti sebelumnya.

Keluarga Damar memang termasuk keluarga terpandang di kampungnya, tapi ada beberapa sikap Arogan dari keluarga besar Damar yang membuat pandangan masyarakat kurang begitu baik pada keluarganya.

Terpopuler

Comments

Mrs. Labil

Mrs. Labil

wahgh senangnya dpt uang jajan 🤑

2024-05-20

1

Mrs. Labil

Mrs. Labil

🤣🤣🤣

2024-05-20

1

anisa f

anisa f

hihihi 🤭

2024-02-01

1

lihat semua
Episodes
1 Menjenguk ibu
2 Jangan panggil aku Dek!
3 Kesibukan Damar
4 Jemputan Kinanti
5 menjelang 30 tahun
6 kunjungan pak Tyo
7 Ibu tiri
8 Bawa aku juga..
9 Yoga
10 Mbah Uti
11 Kembali sendiri
12 Mengawasinya sejak SMA
13 Sesungguhnya tidak sesabar itu..
14 jalan jalan
15 temani aku makan
16 Harapan ibu
17 Kemarahan Yusuf
18 kenapa tidak menghubungiku?
19 Pamit
20 Menjauh
21 Haikal
22 pertanyaan ibu
23 memperhitungkan Haikal
24 perbincangan 2 laki laki
25 Kau tidak boleh susah setelah menikah!
26 karena aku tidak rela
27 Menjadi Damar yang dulu
28 keresahan Yusuf
29 Baju pengantin
30 apapun yang berhubungan denganmu menyiksa..
31 aku juga ingin kasih sayangmu..
32 jangan acuhkan kakakku..
33 Damar yang sederhana..
34 tangis kaila
35 hati yang sesungguhnya tergerak
36 perbincangan Mapala
37 Kaila
38 peralatan jahit
39 Tugas untuk Umar
40 kau bukan pengganti aji..
41 bimbang
42 mantan kekasih
43 kasih sayang ibu
44 kebaya akad
45 tamu tak di undang
46 aku akan selalu membelamu
47 perempuan yang meminta calon suamiku
48 masih mencintaimu
49 bubur buatan Damar
50 boleh bawa lari anak orang mbah?
51 menjelang 30 tahun
52 telfon dari pak tyo
53 besok
54 saran Kinanti
55 Air mata ibu
56 itu lamaranmu..
57 kebaya merah
58 aku seperti ini karena mencintaimu
59 akhir bulan
60 keris dan blangkon
61 area persawahan
62 apa kau tidak malu?
63 jadi istriku ya?
64 pagi buta
65 kadang Yoga iri..
66 polesan di wajah Damar
67 Akad
68 Kemana Yoga?
69 pernah muda
70 menghindar
71 om Damar sedang sakit kepala
72 Jamu
73 om om
74 masih mencintainya
75 lumpur
76 bunga ilalang
77 kamar Damar
78 semua berusaha mengerti
79 iku jenenge tresno
80 Puding coklat
81 Rahasiakan ini..
82 Suamiku sakit
83 hatiku tak sekuat itu..
84 bubur ayam
85 istirahat siang
86 kenapa ndak bareng Yoga saja?
87 belanja bersama
88 dirumah ibu
89 kripik tempe
90 mana yang lebih penting
91 nasehat Umar
92 mogok
93 gara gara mobil
94 Umar
95 jangan sembunyikan apapun dariku
96 tenggelam dalam masa lalu
97 bagas sudah tidur
98 perkataan ibu
99 apa kau mencintaiku?
100 tipemu?
101 pukulan Yusuf
102 pura pura tidak terjadi apapun
103 sakit kepala
104 soto ayam
105 hujan sore ini
106 demam
107 panggil aku mas?!
108 Besan
109 lekas sembuh
110 siapa?
111 itu Yoga, adikmu..
112 kecewa
113 tidak seperti biasanya
114 Aku sudah tertarik padamu
115 aku ingin membantu..
116 aku selalu kalah
117 pagi buta
118 daster
119 Reuni
120 lepaskan aku
121 beraninya
122 selalu mengacaukan hidupmu
123 bukan ini yang kuinginkan
124 Ranu gumbolo
125 Damar kemana
126 Hobby
127 Ranu pani
128 ketakutan
129 tetaplah tak terlihat
130 berbalik
131 aku belum bisa memaafkanmu
132 kasihan istrimu
133 Dolan
134 Kinanti tidak ada
135 nada nada rindu
136 Bandung
137 darah rendah
138 kapan kau pulang?
139 kenapa pergi sejauh ini
140 di luar jendela
141 Maafkan aku
142 Jangan berpikir buruk tentangku
143 kau pulang saja
144 banyak berubah
145 kemanapun kau pergi aku ikut
146 jangan bersuara
147 Kita pulang
148 apa yang kau tangisi?
149 aku turut bahagia
150 bersabarlah
151 aku ingin mereka juga menyayangimu
152 cukup jadi penonton
153 kenapa kau yang menjemput?
154 terus berjalan..
155 menikah saja denganku?!
156 apa aku tidak pantas?
157 aku tidak setuju!
158 siapa ini?
159 kau calon istriku
160 aku tidak bisa tidur
161 aku tidak ingin menikah
162 kenapa Dinda tidur dirumahmu?
163 mereka seperti kita dulu
164 aku tidak layak
165 kalian memang saudara
166 aku tidak mau
167 mantan
168 satu sama
169 masih takut
170 dasar pendendam
171 secepatnya
172 dewasalah
173 terlalu tenang dan damai
174 cepat pulang
175 Antara marah dan malu
176 bawa Yusuf kemari
177 siapa yang tega
178 memaafkan, namun tidak melupakan
179 semua kecewa
180 aku tidak menyalahkan ibu
181 kita mulai dari awal..
182 kami baik baik saja
183 kau tau maksudku
184 anggrek yang menjuntai..
185 istrimu cantik
186 Mas Yoga
187 segelas susu
188 istriku
189 adikku..
190 kecewa
191 ibu kandung
192 aku senang disini
193 mama Dinda
194 " Mama sakit pa.."
195 suamimu..
196 Jangan se enaknya..
197 toko
198 siapa?
199 anggrek dan krisan
200 Rakha
201 teman sekolahku
202 merawat lebih sulit dari pada mendapatkan,
203 aku bersyukur
204 suamimu cemburu padaku,
205 aku melindunginya saat kau tak ada
206 aku mengaku salah
207 saya akan jujur,
208 jauhi istriku!
209 jangan kemana mana
210 jeruk
211 anggrek di teras rumah
212 kenapa menerima bunga dari laki laki lain
213 bagaimana perasaan istrimu?
214 pulang
215 kebun singkong
216 ranjang sempit
217 pohon mangga
218 buket bunga
219 laki laki
220 milik orang lain
221 cinta tidak memaksa
222 seterusnya
Episodes

Updated 222 Episodes

1
Menjenguk ibu
2
Jangan panggil aku Dek!
3
Kesibukan Damar
4
Jemputan Kinanti
5
menjelang 30 tahun
6
kunjungan pak Tyo
7
Ibu tiri
8
Bawa aku juga..
9
Yoga
10
Mbah Uti
11
Kembali sendiri
12
Mengawasinya sejak SMA
13
Sesungguhnya tidak sesabar itu..
14
jalan jalan
15
temani aku makan
16
Harapan ibu
17
Kemarahan Yusuf
18
kenapa tidak menghubungiku?
19
Pamit
20
Menjauh
21
Haikal
22
pertanyaan ibu
23
memperhitungkan Haikal
24
perbincangan 2 laki laki
25
Kau tidak boleh susah setelah menikah!
26
karena aku tidak rela
27
Menjadi Damar yang dulu
28
keresahan Yusuf
29
Baju pengantin
30
apapun yang berhubungan denganmu menyiksa..
31
aku juga ingin kasih sayangmu..
32
jangan acuhkan kakakku..
33
Damar yang sederhana..
34
tangis kaila
35
hati yang sesungguhnya tergerak
36
perbincangan Mapala
37
Kaila
38
peralatan jahit
39
Tugas untuk Umar
40
kau bukan pengganti aji..
41
bimbang
42
mantan kekasih
43
kasih sayang ibu
44
kebaya akad
45
tamu tak di undang
46
aku akan selalu membelamu
47
perempuan yang meminta calon suamiku
48
masih mencintaimu
49
bubur buatan Damar
50
boleh bawa lari anak orang mbah?
51
menjelang 30 tahun
52
telfon dari pak tyo
53
besok
54
saran Kinanti
55
Air mata ibu
56
itu lamaranmu..
57
kebaya merah
58
aku seperti ini karena mencintaimu
59
akhir bulan
60
keris dan blangkon
61
area persawahan
62
apa kau tidak malu?
63
jadi istriku ya?
64
pagi buta
65
kadang Yoga iri..
66
polesan di wajah Damar
67
Akad
68
Kemana Yoga?
69
pernah muda
70
menghindar
71
om Damar sedang sakit kepala
72
Jamu
73
om om
74
masih mencintainya
75
lumpur
76
bunga ilalang
77
kamar Damar
78
semua berusaha mengerti
79
iku jenenge tresno
80
Puding coklat
81
Rahasiakan ini..
82
Suamiku sakit
83
hatiku tak sekuat itu..
84
bubur ayam
85
istirahat siang
86
kenapa ndak bareng Yoga saja?
87
belanja bersama
88
dirumah ibu
89
kripik tempe
90
mana yang lebih penting
91
nasehat Umar
92
mogok
93
gara gara mobil
94
Umar
95
jangan sembunyikan apapun dariku
96
tenggelam dalam masa lalu
97
bagas sudah tidur
98
perkataan ibu
99
apa kau mencintaiku?
100
tipemu?
101
pukulan Yusuf
102
pura pura tidak terjadi apapun
103
sakit kepala
104
soto ayam
105
hujan sore ini
106
demam
107
panggil aku mas?!
108
Besan
109
lekas sembuh
110
siapa?
111
itu Yoga, adikmu..
112
kecewa
113
tidak seperti biasanya
114
Aku sudah tertarik padamu
115
aku ingin membantu..
116
aku selalu kalah
117
pagi buta
118
daster
119
Reuni
120
lepaskan aku
121
beraninya
122
selalu mengacaukan hidupmu
123
bukan ini yang kuinginkan
124
Ranu gumbolo
125
Damar kemana
126
Hobby
127
Ranu pani
128
ketakutan
129
tetaplah tak terlihat
130
berbalik
131
aku belum bisa memaafkanmu
132
kasihan istrimu
133
Dolan
134
Kinanti tidak ada
135
nada nada rindu
136
Bandung
137
darah rendah
138
kapan kau pulang?
139
kenapa pergi sejauh ini
140
di luar jendela
141
Maafkan aku
142
Jangan berpikir buruk tentangku
143
kau pulang saja
144
banyak berubah
145
kemanapun kau pergi aku ikut
146
jangan bersuara
147
Kita pulang
148
apa yang kau tangisi?
149
aku turut bahagia
150
bersabarlah
151
aku ingin mereka juga menyayangimu
152
cukup jadi penonton
153
kenapa kau yang menjemput?
154
terus berjalan..
155
menikah saja denganku?!
156
apa aku tidak pantas?
157
aku tidak setuju!
158
siapa ini?
159
kau calon istriku
160
aku tidak bisa tidur
161
aku tidak ingin menikah
162
kenapa Dinda tidur dirumahmu?
163
mereka seperti kita dulu
164
aku tidak layak
165
kalian memang saudara
166
aku tidak mau
167
mantan
168
satu sama
169
masih takut
170
dasar pendendam
171
secepatnya
172
dewasalah
173
terlalu tenang dan damai
174
cepat pulang
175
Antara marah dan malu
176
bawa Yusuf kemari
177
siapa yang tega
178
memaafkan, namun tidak melupakan
179
semua kecewa
180
aku tidak menyalahkan ibu
181
kita mulai dari awal..
182
kami baik baik saja
183
kau tau maksudku
184
anggrek yang menjuntai..
185
istrimu cantik
186
Mas Yoga
187
segelas susu
188
istriku
189
adikku..
190
kecewa
191
ibu kandung
192
aku senang disini
193
mama Dinda
194
" Mama sakit pa.."
195
suamimu..
196
Jangan se enaknya..
197
toko
198
siapa?
199
anggrek dan krisan
200
Rakha
201
teman sekolahku
202
merawat lebih sulit dari pada mendapatkan,
203
aku bersyukur
204
suamimu cemburu padaku,
205
aku melindunginya saat kau tak ada
206
aku mengaku salah
207
saya akan jujur,
208
jauhi istriku!
209
jangan kemana mana
210
jeruk
211
anggrek di teras rumah
212
kenapa menerima bunga dari laki laki lain
213
bagaimana perasaan istrimu?
214
pulang
215
kebun singkong
216
ranjang sempit
217
pohon mangga
218
buket bunga
219
laki laki
220
milik orang lain
221
cinta tidak memaksa
222
seterusnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!