Damar Untuk Kinanti

Damar Untuk Kinanti

Menjenguk ibu

Seorang Wanita berusia 25 an sedang duduk disamping ibunya, ia menaruh sepiring bubur yang sudah di masaknya lumayan lama,

" Makan sendiri atau Kinan suapi bu?" tanyanya pada ibunya, yang entah kenapa ngotot sekali memaksanya pulang, padahal meskipun sakit biasanya ibu paling tidak suka ia sering sering ijin kerja dan pulang.

" Ibu bisa makan sendiri.." jawab ibunya mengambil piring itu dan mulai memakan bubur buatan anaknya.

Kinanti, nama perempuan berusia 25 tahun itu, ia tetap duduk tenang disamping ibunya sembari terus membaca beberapa lembar kertas yang di bagikan kepala sekolah tadi pagi, sebelum dirinya meminta ijin selama 3 hari.

Beberapa lama kemudian, setelah ibunya selesai makan, ibunya mulai membuka pembicaraan yang sebenarnya selama ini sangat di hindarinya.

" Dia teman baik Almarhum Aji nduk.." ujar perempuan berusia 55 tahun itu pada putrinya yang sedang sibuk membaca.

" Lalu kenapa ibu memilihnya, dan kenapa aku harus menikah dengannya?" tanya Kinanti dengan wajah bimbang bercampur bingung.

" Tidak ada yang memaksamu menikah dengannya, ibu hanya memberimu pilihan yang baik.." jawab ibunya sabar.

" bukan pilihan yang baik.. tapi ini balas budi kan bu? karena ia yang membiayai kuliahku sampai lulus?!" nada Kinan sedikit tak terima, kenapa ia harus menikah dengan orang yang sama sekali tak di kenalnya, apalagi harus menikah dengan dasar balas budi, kinanti merasa itu aneh sekali.

" Dia tidak meminta balasan nak, dia membiayai mu di karenakan rasa bersalahnya pada Aji.."

" jadi dia kan yang membalas budi pada mas Aji, dia boleh merasa bertanggung jawab padaku karena meninggalnya mas Aji, tapi dia tidak perlu menikahi ku bu.." tukas kinanti, ia sedikit keras kepala dalam hal ini, itu karena ia mempunyai kenangan yang buruk perkara hubungan antara laki laki dan perempuan.

" Dia tidak memaksamu menikahinya nduk.. dia hanya bilang, siap menjagamu seterusnya sebagai pengganti Aji.."

" lalu dari mana ide pernikahan ini??!" Kinan menatap ibunya serius.

" Ibu nak.. ibu yang menyarankan.." jawab ibunya dengan pandangan sayu namun penuh harap.

" Ya ampun bu..? apakah ibu sudah seputus asa itu denganku? sehingga ibu menawarkan aku pada laki laki?!"

Ibunya tak menjawab, ia hanya tertunduk.

" Aku sudah bilang bu, aku belum ingin menikah.. aku ingin mandiri dan bisa menghidupi ibu dengan baik.." ujar Kinan sedikit ngotot, ia memang tak ada niatan menikah, dulu pernah punya..

namun rencana indah itu kandas begitu saja karena pengkhianatan.

" Ibu tidak selamanya hidup untuk menjagamu nduk..

bagaimana kalau ibu meninggal sebelum kau menikah? sebelum ada yang menjagamu..

ibu tidak akan tenang nduk.. tidak akan tenang.." nada bicara ibunya yang lemah lembut itu serasa menyayat hati Kinanti,

Kinanti tidak bisa menyalahkan ibunya yang mempunyai ketakutan seperti itu, karena semenjak kakaknya Aji meninggal, ibu menjadi sakit sakitan.

Dan Kinanti pun tau bahwa ada seseorang yang selama ini membantu keluarganya, namun ia sama sekali tidak tau dari siapa bantuan itu, dan sekarang barulah ibunya itu jujur bahwa semua bantuan selama ini berasal dari teman kakaknya.

" Kinan tau ibu gelisah dengan itu.. Kinan tau, tapi.. menikah itu bukan hal yang sepele ibu..

apalagi harus hidup dengan laki laki yang asing, Aku tidak mengenal sosoknya sama sekali bu.." jawab Kinanti sembari menyentuh punggung tangan ibunya.

Andai saja Bapaknya tidak meninggal setelah mas Aji meninggal, mungkin hidup mereka tidak akan sesulit ini..

ia juga bisa bekerja tanpa khawatir akan ibunya karena ada bapak yang menemani..pikir Kinanti.

" Kau bisa mengenalnya perlahan.." ujar ibunya kemudian,

" kalau nanti memang kau tidak sreg, atau tidak nyaman.. kau bisa memperlakukannya seperti mas mu sendiri.." imbuh ibunya.

Kinanti menggeleng pelan, di usianya yang sudah 25 tahun ini, mana bisa dia menganggap orang asing sebagai saudara dengan begitu mudahnya.

" Jadi ibu menyuruhku pulang untuk memperkenalkan ku padanya? ibu berpura pura sakit?" tanya Kinanti dengan sorot mata selidik,

" Tidak nak.. ibu memang kurang sehat.."

" lalu laki laki itu?"

" Dia selalu kesini di awal bulan, kalau tidak nanti besok dia pasti kesini menjenguk ibu.. jadi kau kembali ke tempat kerjamu lusa saja.."

" Wah.. begitu rapinya ibu menyusun pertemuan kami.." nada Kinanti tidak berminat.

Ibunya hanya tersenyum sambil membelai rambut Kinanti, ia tak ingin beradu argumen lagi dengan Kinanti, yang penting keduanya bertemu saja dulu pikir ibunya.

Kinanti sibuk menyapu halaman rumahnya yang di penuhi daun mangga yang sudah rontok dan kering.

Biasanya ibunya selalu rajin dan tidak pernah membiarkan halamannya ini kotor.

" Ibu benar benar sakit.." keluhnya pelan sembari terus menyapu halaman dengan sapu lidi.

" Kinan?!" seseorang memanggil namanya dan mendekat,

" Yusuf..!" Kinanti menepuk lengan sepupunya itu,

" Kapan pulang?" tanya si Yusuf, usianya sepantaran dengan Kinanti.

" Semalam.." jawab kinanti datar,

" mbok ya pindah kerja Nan.. nungguin ibumu dirumah.." Yusuf duduk di kursi yang berjajar di teras.

" Kau tau.. aku ingin ikut pengangkatan pegawai negri.. kalau aku pindah pindah sekolah ya sama saja bohong Suf.."

" Tapi ibumu kasian sendirian.."

Kinanti terdiam,

" pulang pergi saja.. toh hanya sejam setengah perjalanan.." saran Yusuf,

" iya Suf.. ku usahakan, kalau di hitung hitung ya 3 jam pulang pergi Suf, payah di jalan..

coba ibu mau ku ajak ngontrak disana.." keluh Kinanti.

" Kau yang mengalah, jangan malah bulek yang kau boyong kesana..

sudah pasti bulek tidak mau, disini banyak kenangan mas Aji dan pak lek.." nada bicara Yusuf berubah sedih, namun kemudia dia teringat sesuatu.

" Eh iyoo.. Nan, kamu tau teman kita SD dulu?" ujar Yusuf tiba tiba,

" Haikal.." imbuh Yusuf,

" Haikal banyak, yang mana..?" tanya balik Kinanti sembari menyapu halaman.

" Yang gemuk.. eh, jangan salah.. sekarang ganteng, tinggi gagah.. dia jadi abdi negara Nan?!"

" Oh ya.. bagus lah.." jawab Kinanti datar, matanya fokus pada sampah daun yang berserakan.

" Baguslah.. dia menanyakanmu.. minta nomor telfonmu..?"

Kinanti sontak menoleh pada Yusuf,

" terus kau kasih?" kinanti menatap Yusuf tajam.

" Tidaklah.. takut kau marah, ku bilang kau gonta ganti nomor.. dan aku tidak punya nomormu yang baru.." jawab Yusuf tenang.

" Baguslah.." jawab Kinanti tersenyum lalu mengarahkan pandangannya kembali ke sapunya dan sampah sampah yang masih berserakan.

" Tapi Nan.. umurmu sudah cukup menikah.. kenapa kau tidak menikah saja..

Haikal juga lumayan buat di jadikan suami, sejak SD dia suka padamu.." ujar Yusuf,

" Kau saja duluan, nanti baru aku.."

" ngarang! aku ini laki laki.. aku menikah usia 30 tahun pun tak masalah..?!"

" jadi aku masalah?"

" iya! karena kau sengaja menolak setiap laki laki yang mendekatimu?!" Yusuf mengomel, andai saja dia bukan saudara dan hubungannya tidak dekat dengan Kinanti, mungkin Kinanti akan mengusirnya.

" Kau cerewet sekali seperti ibu ibu di RT sebelah Suf.." gerutu Kinanti.

" Aku cerewet karena aku perduli.. kau saudaraku Nan, kita tumbuh bersama, sudah seperti saudara kembar! bahkan almarhum pak lek selalu memberikanku mainan yang sama denganmu, dia memperlakukan aku layaknya anak perempuannya juga, yah.. untung saja dia tidak memberiku bonekamu.. dan memakaikan rok padaku.." jelas Yusuf sambil mengingat ngingat yang lalu.

Kinanti tersenyum,

" Kau sendiri.. tidak ada perempuan yang kau suka?" tanya Kinanti menatap Yusuf dengan pandangan mengejek.

" Kau bertanya atau meledek sih Nan?! mana ada aku waktu pacaran? aku harus membantu mengurus pabrik Ayahku.. ?!" jawab Yusuf sedikit sewot.

" Misal kau jadi aku.. apa kau mau kalau di jodohkan?" tanya Kinanti setelah selesai menyelesaikan kegiatan sapu menyapunya.

ia duduk tak jauh dari Yusuf.

" Ya di lihat dulu.. calonnya seperti apa?" jawab Yusuf pelan,

" Jadi kau mau? kau mau begitu saja menikah dengan orang yang tidak kau kenal?" tanya Kinanti tak percaya.

" Sekarang pacaran juga percuma Nan, buang waktu.. belum penjajakan, pacaran, lalu belum tentu cocok..

perjodohan bagiku tidak masalah, asal jelas bibit bebet dan bobotnya..

aku suka perempuan yang lembut dan berpendidikan.."

" Mandiri?"

" tidak, aku tidak perlu perempuan mandiri..

semakin dia mandiri semakin aku merasa tak di perlukan, aku ingin menjadi suami yang berguna setiap harinya untuk istriku.."

" wahh.. " Kinanti nyengir,

" Wah apa? iya toh.. laki laki maunya dianggap penting, kalau istri apa apa bisa sendiri bagiku itu kurang bagus.."

" Kau kolot Suf.."

" bukan kolot.. tapi ini memang tipeku.."

" jadi kau suka yang manis dan penurut?"

" aku suka yang selalu membutuhkanku setiap saat, terlalu penurut juga tidak bagus..

takutnya kalau aku berbuat salahpun akan di biarkan, ku kira yang dewasa dan bijaksana.."

Kinanti menggeleng pelan,

" luar biasa.. hatimu lembut sekali saudaraku.. nanti kalau ku temukan perempuan seperti itu aku akan membawanya kepadamu.." ejek Kinanti.

" Ku jewer telingamu nanti kalau terus saja mengejekku?!" Yusuf gemas.

" Kau sendiri.. apa tipemu masih seperti mantanmu yang bajingan itu?" tanya Yusuf hati hati,

Kinanti terdiam sejenak,

" Aku sudah tidak punya tipe.." ujar Kinanti dengan pandangan kurang berminat.

" Kau berpendidikan dan cantik.. jangan sia sia kan dirimu hanya karena masa lalu yang buruk..

temukan seseorang yang lebih menghargaimu.." nasehat Yusuf.

" Yah.. ku kira itu akan berjalan seiring waktu.."

" apa itu?"

" menemukan laki laki yang baik.. itupun kalau masih tersisa laki laki yang baik di dunia ini.." Kinanti tertawa masam,

" maksudmu masih tersisa?"

" tentu saja kau termasuk laki laki baik Suf, tenanglah.." Kinanti tertawa renyah sekarang.

Yusuf selalu bisa menghiburnya.

" Ayo kita beli es buah Nan, di pojok gang.." ajak Yusuf seperti bosan,

" boleh, pamit ke ibu sek.."

" biar aku yang pamit, sekalian mampir ke pabrik sebentar, ngecek.." Yusuf bangkit dan berjalan ke arah pintu masuk.

Terpopuler

Comments

Ai Oncom

Ai Oncom

baru baca karya mba Ayu yg ini..

2024-05-28

1

Mrs. Labil

Mrs. Labil

lagi, kebanyakan tokoh cowok di novel kk abdi negara ya 😊
keren sihh, dripda CEO mulu ceritanya 👍👍

2024-05-20

1

dyul

dyul

spesialis guru n perwirs

2023-11-26

1

lihat semua
Episodes
1 Menjenguk ibu
2 Jangan panggil aku Dek!
3 Kesibukan Damar
4 Jemputan Kinanti
5 menjelang 30 tahun
6 kunjungan pak Tyo
7 Ibu tiri
8 Bawa aku juga..
9 Yoga
10 Mbah Uti
11 Kembali sendiri
12 Mengawasinya sejak SMA
13 Sesungguhnya tidak sesabar itu..
14 jalan jalan
15 temani aku makan
16 Harapan ibu
17 Kemarahan Yusuf
18 kenapa tidak menghubungiku?
19 Pamit
20 Menjauh
21 Haikal
22 pertanyaan ibu
23 memperhitungkan Haikal
24 perbincangan 2 laki laki
25 Kau tidak boleh susah setelah menikah!
26 karena aku tidak rela
27 Menjadi Damar yang dulu
28 keresahan Yusuf
29 Baju pengantin
30 apapun yang berhubungan denganmu menyiksa..
31 aku juga ingin kasih sayangmu..
32 jangan acuhkan kakakku..
33 Damar yang sederhana..
34 tangis kaila
35 hati yang sesungguhnya tergerak
36 perbincangan Mapala
37 Kaila
38 peralatan jahit
39 Tugas untuk Umar
40 kau bukan pengganti aji..
41 bimbang
42 mantan kekasih
43 kasih sayang ibu
44 kebaya akad
45 tamu tak di undang
46 aku akan selalu membelamu
47 perempuan yang meminta calon suamiku
48 masih mencintaimu
49 bubur buatan Damar
50 boleh bawa lari anak orang mbah?
51 menjelang 30 tahun
52 telfon dari pak tyo
53 besok
54 saran Kinanti
55 Air mata ibu
56 itu lamaranmu..
57 kebaya merah
58 aku seperti ini karena mencintaimu
59 akhir bulan
60 keris dan blangkon
61 area persawahan
62 apa kau tidak malu?
63 jadi istriku ya?
64 pagi buta
65 kadang Yoga iri..
66 polesan di wajah Damar
67 Akad
68 Kemana Yoga?
69 pernah muda
70 menghindar
71 om Damar sedang sakit kepala
72 Jamu
73 om om
74 masih mencintainya
75 lumpur
76 bunga ilalang
77 kamar Damar
78 semua berusaha mengerti
79 iku jenenge tresno
80 Puding coklat
81 Rahasiakan ini..
82 Suamiku sakit
83 hatiku tak sekuat itu..
84 bubur ayam
85 istirahat siang
86 kenapa ndak bareng Yoga saja?
87 belanja bersama
88 dirumah ibu
89 kripik tempe
90 mana yang lebih penting
91 nasehat Umar
92 mogok
93 gara gara mobil
94 Umar
95 jangan sembunyikan apapun dariku
96 tenggelam dalam masa lalu
97 bagas sudah tidur
98 perkataan ibu
99 apa kau mencintaiku?
100 tipemu?
101 pukulan Yusuf
102 pura pura tidak terjadi apapun
103 sakit kepala
104 soto ayam
105 hujan sore ini
106 demam
107 panggil aku mas?!
108 Besan
109 lekas sembuh
110 siapa?
111 itu Yoga, adikmu..
112 kecewa
113 tidak seperti biasanya
114 Aku sudah tertarik padamu
115 aku ingin membantu..
116 aku selalu kalah
117 pagi buta
118 daster
119 Reuni
120 lepaskan aku
121 beraninya
122 selalu mengacaukan hidupmu
123 bukan ini yang kuinginkan
124 Ranu gumbolo
125 Damar kemana
126 Hobby
127 Ranu pani
128 ketakutan
129 tetaplah tak terlihat
130 berbalik
131 aku belum bisa memaafkanmu
132 kasihan istrimu
133 Dolan
134 Kinanti tidak ada
135 nada nada rindu
136 Bandung
137 darah rendah
138 kapan kau pulang?
139 kenapa pergi sejauh ini
140 di luar jendela
141 Maafkan aku
142 Jangan berpikir buruk tentangku
143 kau pulang saja
144 banyak berubah
145 kemanapun kau pergi aku ikut
146 jangan bersuara
147 Kita pulang
148 apa yang kau tangisi?
149 aku turut bahagia
150 bersabarlah
151 aku ingin mereka juga menyayangimu
152 cukup jadi penonton
153 kenapa kau yang menjemput?
154 terus berjalan..
155 menikah saja denganku?!
156 apa aku tidak pantas?
157 aku tidak setuju!
158 siapa ini?
159 kau calon istriku
160 aku tidak bisa tidur
161 aku tidak ingin menikah
162 kenapa Dinda tidur dirumahmu?
163 mereka seperti kita dulu
164 aku tidak layak
165 kalian memang saudara
166 aku tidak mau
167 mantan
168 satu sama
169 masih takut
170 dasar pendendam
171 secepatnya
172 dewasalah
173 terlalu tenang dan damai
174 cepat pulang
175 Antara marah dan malu
176 bawa Yusuf kemari
177 siapa yang tega
178 memaafkan, namun tidak melupakan
179 semua kecewa
180 aku tidak menyalahkan ibu
181 kita mulai dari awal..
182 kami baik baik saja
183 kau tau maksudku
184 anggrek yang menjuntai..
185 istrimu cantik
186 Mas Yoga
187 segelas susu
188 istriku
189 adikku..
190 kecewa
191 ibu kandung
192 aku senang disini
193 mama Dinda
194 " Mama sakit pa.."
195 suamimu..
196 Jangan se enaknya..
197 toko
198 siapa?
199 anggrek dan krisan
200 Rakha
201 teman sekolahku
202 merawat lebih sulit dari pada mendapatkan,
203 aku bersyukur
204 suamimu cemburu padaku,
205 aku melindunginya saat kau tak ada
206 aku mengaku salah
207 saya akan jujur,
208 jauhi istriku!
209 jangan kemana mana
210 jeruk
211 anggrek di teras rumah
212 kenapa menerima bunga dari laki laki lain
213 bagaimana perasaan istrimu?
214 pulang
215 kebun singkong
216 ranjang sempit
217 pohon mangga
218 buket bunga
219 laki laki
220 milik orang lain
221 cinta tidak memaksa
222 seterusnya
Episodes

Updated 222 Episodes

1
Menjenguk ibu
2
Jangan panggil aku Dek!
3
Kesibukan Damar
4
Jemputan Kinanti
5
menjelang 30 tahun
6
kunjungan pak Tyo
7
Ibu tiri
8
Bawa aku juga..
9
Yoga
10
Mbah Uti
11
Kembali sendiri
12
Mengawasinya sejak SMA
13
Sesungguhnya tidak sesabar itu..
14
jalan jalan
15
temani aku makan
16
Harapan ibu
17
Kemarahan Yusuf
18
kenapa tidak menghubungiku?
19
Pamit
20
Menjauh
21
Haikal
22
pertanyaan ibu
23
memperhitungkan Haikal
24
perbincangan 2 laki laki
25
Kau tidak boleh susah setelah menikah!
26
karena aku tidak rela
27
Menjadi Damar yang dulu
28
keresahan Yusuf
29
Baju pengantin
30
apapun yang berhubungan denganmu menyiksa..
31
aku juga ingin kasih sayangmu..
32
jangan acuhkan kakakku..
33
Damar yang sederhana..
34
tangis kaila
35
hati yang sesungguhnya tergerak
36
perbincangan Mapala
37
Kaila
38
peralatan jahit
39
Tugas untuk Umar
40
kau bukan pengganti aji..
41
bimbang
42
mantan kekasih
43
kasih sayang ibu
44
kebaya akad
45
tamu tak di undang
46
aku akan selalu membelamu
47
perempuan yang meminta calon suamiku
48
masih mencintaimu
49
bubur buatan Damar
50
boleh bawa lari anak orang mbah?
51
menjelang 30 tahun
52
telfon dari pak tyo
53
besok
54
saran Kinanti
55
Air mata ibu
56
itu lamaranmu..
57
kebaya merah
58
aku seperti ini karena mencintaimu
59
akhir bulan
60
keris dan blangkon
61
area persawahan
62
apa kau tidak malu?
63
jadi istriku ya?
64
pagi buta
65
kadang Yoga iri..
66
polesan di wajah Damar
67
Akad
68
Kemana Yoga?
69
pernah muda
70
menghindar
71
om Damar sedang sakit kepala
72
Jamu
73
om om
74
masih mencintainya
75
lumpur
76
bunga ilalang
77
kamar Damar
78
semua berusaha mengerti
79
iku jenenge tresno
80
Puding coklat
81
Rahasiakan ini..
82
Suamiku sakit
83
hatiku tak sekuat itu..
84
bubur ayam
85
istirahat siang
86
kenapa ndak bareng Yoga saja?
87
belanja bersama
88
dirumah ibu
89
kripik tempe
90
mana yang lebih penting
91
nasehat Umar
92
mogok
93
gara gara mobil
94
Umar
95
jangan sembunyikan apapun dariku
96
tenggelam dalam masa lalu
97
bagas sudah tidur
98
perkataan ibu
99
apa kau mencintaiku?
100
tipemu?
101
pukulan Yusuf
102
pura pura tidak terjadi apapun
103
sakit kepala
104
soto ayam
105
hujan sore ini
106
demam
107
panggil aku mas?!
108
Besan
109
lekas sembuh
110
siapa?
111
itu Yoga, adikmu..
112
kecewa
113
tidak seperti biasanya
114
Aku sudah tertarik padamu
115
aku ingin membantu..
116
aku selalu kalah
117
pagi buta
118
daster
119
Reuni
120
lepaskan aku
121
beraninya
122
selalu mengacaukan hidupmu
123
bukan ini yang kuinginkan
124
Ranu gumbolo
125
Damar kemana
126
Hobby
127
Ranu pani
128
ketakutan
129
tetaplah tak terlihat
130
berbalik
131
aku belum bisa memaafkanmu
132
kasihan istrimu
133
Dolan
134
Kinanti tidak ada
135
nada nada rindu
136
Bandung
137
darah rendah
138
kapan kau pulang?
139
kenapa pergi sejauh ini
140
di luar jendela
141
Maafkan aku
142
Jangan berpikir buruk tentangku
143
kau pulang saja
144
banyak berubah
145
kemanapun kau pergi aku ikut
146
jangan bersuara
147
Kita pulang
148
apa yang kau tangisi?
149
aku turut bahagia
150
bersabarlah
151
aku ingin mereka juga menyayangimu
152
cukup jadi penonton
153
kenapa kau yang menjemput?
154
terus berjalan..
155
menikah saja denganku?!
156
apa aku tidak pantas?
157
aku tidak setuju!
158
siapa ini?
159
kau calon istriku
160
aku tidak bisa tidur
161
aku tidak ingin menikah
162
kenapa Dinda tidur dirumahmu?
163
mereka seperti kita dulu
164
aku tidak layak
165
kalian memang saudara
166
aku tidak mau
167
mantan
168
satu sama
169
masih takut
170
dasar pendendam
171
secepatnya
172
dewasalah
173
terlalu tenang dan damai
174
cepat pulang
175
Antara marah dan malu
176
bawa Yusuf kemari
177
siapa yang tega
178
memaafkan, namun tidak melupakan
179
semua kecewa
180
aku tidak menyalahkan ibu
181
kita mulai dari awal..
182
kami baik baik saja
183
kau tau maksudku
184
anggrek yang menjuntai..
185
istrimu cantik
186
Mas Yoga
187
segelas susu
188
istriku
189
adikku..
190
kecewa
191
ibu kandung
192
aku senang disini
193
mama Dinda
194
" Mama sakit pa.."
195
suamimu..
196
Jangan se enaknya..
197
toko
198
siapa?
199
anggrek dan krisan
200
Rakha
201
teman sekolahku
202
merawat lebih sulit dari pada mendapatkan,
203
aku bersyukur
204
suamimu cemburu padaku,
205
aku melindunginya saat kau tak ada
206
aku mengaku salah
207
saya akan jujur,
208
jauhi istriku!
209
jangan kemana mana
210
jeruk
211
anggrek di teras rumah
212
kenapa menerima bunga dari laki laki lain
213
bagaimana perasaan istrimu?
214
pulang
215
kebun singkong
216
ranjang sempit
217
pohon mangga
218
buket bunga
219
laki laki
220
milik orang lain
221
cinta tidak memaksa
222
seterusnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!