Jangan panggil aku Dek!

Seorang laki laki bertubuh tinggi menggetuk pintu,

" Masuk nak.." si pemilik rumah membuka pintu dan menyambutnya dengan senyum ramah seperti biasanya.

" Sehat bu?" laki laki berusia 29 tahun itu masuk.

seperti biasa, dengan oleh oleh kecil di tangannya.

" ibu cuma kecapek an nak.. tidak ada yang serius.., dan ibu kan sering bilang.. tidak usah membawa apapun..

bantuanmu sudah cukup nak.." ujar si ibu melihat ada amplop berwarna putih panjang yang si selipkan diantara buah buahan yang di bawa laki laki itu.

" Kalau ibu menolak saya akan pulang dengan perasaan sedih.." ujar laki laki itu memaksa secara halus.

" Tapi Kinanti sudah lulus kuliah, sudah punya gaji sendiri.. tidak perlu di bantu terus seperti ini.." si ibu merasa terbebani.

" Anggap saja ini uang jajan yang di berikan kakak terhadap adiknya bu.. meski dia sudah bekerja, sy tetap akan memberinya..

saya yakin, jika Aji masih ada dia akan seperti itu pada adiknya.." ucap laki laki itu dengan nada sedikit berbeda setelah menyebut nama Aji.

Si ibu terdiam sejenak, ia berfikir lama..

" Nak.." panggil si ibu hati hati,

" nggih bu..?" jawabannya tak kalah hati hati dan halus.

" Bagaimana dengan usulan ibu..?"

" usulan yang mana itu bu?"

Si ibu menghela nafas,

" tentang Kinanti.."

" oh.. iya bu.." laki laki itu mengatur nafasnya,

" bagaimana nak.. usianya sudah 25, kalau tidak di paksa ibu yakin dia akan membujang seumur hidupnya.."

laki laki itu diam sejenak, ia terlihat sedikit bimbang.

" Saya harus bagaimana bu?, takutnya ada yang dia cintai di luar sana.." jawab laki laki itu dengan wajah yang terlihat sudah tenang.

" Mas Damar bagaimana?" tanya si ibu penasaran.

" Saya manut ibu saja.." jawab laki laki itu kalem,

" lho kok manut ibu?"

" ibu kan sudah saya anggap ibu saya sendiri.."

si ibu terdiam, hatinya trenyuh..

anak ini, benar benar membuat ku tidak bisa berkata kata.. keluh ibu dalam hati.

" Apa mas Damar bisa bersabar kelak terhadap Kinan? sikapnya keras kepala.. " kata ibu kemudian.

Damar tersenyum,

" seperti Aji, keras kepala.. namun hatinya tulus.. apa dia seperti itu bu?" tanya Damar,

si ibu tersenyum sembari mengangguk.

" kalau Kinanti setau ibu tidak pernah ada hubungan dengan siapapun setelah putus dari pacarnya beberapa tahun yang lalu..

yang mendekati ya banyak, tapi anak itu seperti patung.. dingin, acuh, ketus..

ibu sampai takut ada yang tersinggung atas kelakuannya.."

Damar tersenyum ringan mendengar itu.

" kalau nak Damar? apa sudah ada tambatan hati? kalau memang ada lupakan saja usulan ibu.." si ibu khawatir.

Damar lagi lagi tersenyum,

" saya malah lebih parah bu.. tidak ada perempuan yang pernah cocok dengan saya..

kakak sepupu dan adik saya sering mengenalkan perempuan, tapi mereka menyerah sebelum berperang.."

" kenapa begitu nak?"

" tenang saja bu.. mereka menyerah karena saya terlalu sibuk bekerja, bukan karena perlakuan saya atau hal lainnya..

rata rata perempuan itu menuduh saya tidak menyukai perempuan karena saya kurang perduli dan perhatian.."

si ibu terdiam,

" lha terus kalau sama sama begitu bagaimana nanti nak??" si ibu khawatir.

" Coba tanya dulu sama Kinanti nya.. apa mau punya suami yang sibuk kerja seperti saya?,

saya bisa menjamin hal lainnya.. kecuali perhatian bu..

waktu saya habis untuk urusan kerja.." ujar Damar membuat ibu terlihat lesu.

" Saya tidak masalah bu, jika memang Kinanti mau menikah..

itu akan membantu saya meredam tekanan di keluarga saya juga..

selain itu, saya bisa benar benar memenuhi janji saya untuk menjaga keluarganya pada Aji..

ibu tenang saja, sy tidak akan menyia nyiakan dia..

tapi.. jika Kinanti ternyata ada kekasih.. saya tidak ragu untuk membiayai pernikahannya dengan kekasihnya.."

lagi lagi ibu terhenyak dengan kalimat kalimat Damar.

" Ya sudah bu.. sudah mulai malam, saya pulang dulu.." pamit Damar tiba tiba,

" lho? belum ketemu Kinanti nya?" cegah ibu,

" lain kali bu.."

" lain kali kapan.. lusa dia sudah kembali bekerja.."

Damar diam sejenak,

" memangnya dia kemana bu?" tanyanya kemudian.

" Tadi pergi dengan Yusuf, tidak tau kemana.. biar saya telfon sebentar..?"

si ibu bangkit mengambil HP.

" Tidak usah bu, toh saya sudah pernah lihat kinan dulu.."

" itukan dulu.. jaman belum lulus kuliah..

lagi pula kinan nya belum tau mas Damar sama sekali.."

" dia pernah bertemu saya beberapa kali bu, hanya saja dia tidak menyadari saya siapa.." Damar tiba tiba teringat wajah Kinanti remaja yang di penuhi air mata.

Beberapa tahun lalu, di pemakaman Aji.

Saat itu hatinya seperti di tusuk tusuk, suara ratapan Kinanti atas kepergian kakaknya begitu menyayat hatinya, membuatnya tak pernah tidur dengan nyenyak semenjak itu.

" Kalau memang ibu begitu menginginkan saya bertemu dengan Kinanti..

biar besok saya kesini lagi.." ujar Damar mengalah.

Kinanti sedang sibuk merapikan kamarnya sembari beberapa kali melihat jam,

" kenapa melongok jam terus?" tanya ibunya,

" takut kemalaman bu, kan Kinan naik bus balik ke kost nya.." jawab Kinanti sembari merapikan beberapa hal lagi,

" ibu yang sabar ya.. Kinan pulang seminggu sekali kok untuk ke depannya.."

" kenapa jadi seminggu sekali, memangnya kau sudah tidak menerima les di akhir pekan?"

" tidak bu, Kinan mengubah jadwal lesnya.. biar sabtu minggu bisa pulang.." jawab Kinanti melempar senyum lebar pada ibunya.

" Owalah.. ya wes, yang penting jaga kesehatanmu.. oh ya, biar mas Damar yang mengantarmu.. sebentar lagi dia sampai.."

Kinanti mematung sejenak, mencerna kalimat terakhir yang di katakan ibunya tadi,

" siapa yang mau mengantarku bu?" tanya Kinanti, ia takut salah dengar.

" Damar.. kemarin dia kesini, tapi kau tidak pulang pulang..

mumpung dia kesini sekalian saja mengantarmu kembali ke kost.." jawab ibunya,

" ibu..?!" Kinanti keberatan, wajahnya masam seketika

" Kau bukan anak kecil, jangan merajuk begitu.. bukannya kau sudah bicara dengan ibu sebelumnya, kalau saling mengenal lah terlebih dahulu..

kalau memang tidak cocok ya tidak usah, toh dia sudah menganggapmu adik..

jangan lupa, dia juga nitip uang jajanmu pada ibu kemarin.." ibunya menaruh amplop yang kemarin di serahkan damar pada ibu Kinanti.

" Aku bukan anak kecil yang harus dia beri uang jajan bu?! lebih baik ibu simpan.. atau pakai untuk kebutuhan sehari hari..

uang kirimanku atau kiriman laki laki itu, terserah ibu mau pakai yang mana, tentunya uangnya lebih banyak.." wajah Kinanti benar benar masam.

" apa ibu benar benar ingin aku bertemu laki laki itu?" tanyanya kemudian dengan wajah yang lebih baik.

Ia tak mau menyakiti hati ibunya, bagaimanapun juga ibunya ingin yang terbaik untuknya meski caranya agak sulit di terima oleh Kinanti.

" Ibu ingin kau mengenalnya nduk.. berjanjilah untuk berteman meski kau tidak akan menjadikannya suamimu..

setidaknya, berilah dia kesan baik.. tunjukkan rasa terimakasih mu karena dia sudah menjadikanmu sarjana.." ujar ibunya sembari mengelus punggung anaknya.

" Usianya sudah hampir menjelang 30 tahun.. dia sosok yang dewasa,

mungkin, kalau tidak bisa menjadi suami.. dia bisa menjadi teman bicara yang baik nduk.. " ibunya tersenyum.

" Ya wes.. siap siaplah dulu.. nanti ibu panggil kalau Damarnya sudah datang.." ibu bangkit, kemudian berjalan keluar kamar, meninggalkan Kinanti dengan perasaan yang bimbang,

ya masa baru kenal sudah diantar.. pikir Kinanti dalam hati.

Tapi di bilang tidak kenal.. dia yang membiayai aku kuliah.. pikirnya lagi bingung.

Dan benar saja 30 menit kemudian ada suara mobil berhenti di depan rumah Kinanti.

" Maaf bu, saya kena macet.. ada kecelakaan dijalan.." Suara Damar terdengar oleh Kinanti dari luar.

" Ndak apa apa nak.. sebentar ibu panggil Kinan nya, sekalian tak bikinkan teh hangat dulu.."

" ah.. ndak udah buat teh bu, saya kebetulan sudah minum tadi.. biar Kinanti nya saya antar langsung saja..

takutnya dia terburu buru.." ujar Damar sambil duduk.

Ia menghela nafas, terlihat wajahnya sedikit lelah karena macet.

Beberapa menit kemudian si ibu keluar, di susul Kinanti di belakangnya.

" Nah.. Nan, ini mas Damar.. dan mas Damar, ini Kinanti.." ibunya memperkenalkan dan berusaha membuka percakapan diantara keduanya.

" Damar.." suara Damar tenang sembari mengulurkan tangannya, ia hanya menatap Kinanti sekilas.

" Kinanti.." keduanya berjabat tangan, Kinanti menatap laki laki itu sejenak, wajahnya sama sama kaku tanpa senyum dan keramahan.

Ibu hanya bisa menggeleng gelengkan kepala melihat itu, bisa bisanya dua duanya bersikap dingin seperti itu.. keluh ibunya dalam hati.

" Keburu malam, ayo kita berangkat.." Damar membuka suara.

" Iya," jawab Kinanti pendek lalu berjalan masuk ke dalam mengambil tas nya.

Ditengah perjalanan keduanya sama sama diam, itu membuat suasana di dalam mobil sunyi dan kikuk.

" Kita makan dulu ya?" Damar akan membelokkan mobilnya ke satu tempat makan.

" Tidak usah mas, aku tadi sudah makan bersama ibu" jawab Kinanti cepat.

" Tapi aku belum makan sejak siang, tidak ada salahnya juga kau makan lagi" suara Damar, sepertinya ia tak begitu memperdulikan pendapat Kinanti, ia tetap membelokkan mobilnya ke tempat makan.

Kinanti turun dari mobil, susah payah mengendalikan kejengkelannya atas sikap laki laki yang se enak nya saja itu.

" Ayo makan.." ujar Damar ketika makanan yang di pesan sudah datang.

menunya sedikit menggugah selera, bebek goreng dengan oseng kangkung dan sambal mentah, tak lama datang lagi gurami asam manis dan cumi pedas.

" Rumah makan ini Ramai juga ya menunya lumayan.. aku baru kali ini mampir kesini.." basa basi Damar, namun Kinanti tak menjawabnya.

Damar yang tau Kinanti kesal tersenyum tipis,

" kesal boleh.. tapi tetap harus makan.. iya kan dek.." suara Damar tenang,

" Jangan panggil aku dek" Kinanti tidak senang.

" Lalu?" Damar mengerutkan dahinya,

" namaku saja langsung, tidak pakai dek" jawab Kinanti cepat, ia terlihat ketus.

Hal itu membuat Damar lagi lagi tersenyum dalam hati,

" galaknya.. seperti petasan.." gumam Damar, Kinanti yang mendengarnya seperti tak terima,

" Mas bilang apa?"

tanyanya penuh penekanan.

" Kau galak, seperti petasan.. apa murid muridmu tidak takut kau seperti ini?" tanya Damar sembari tersenyum.

" Aku hanya galak pada orang tertentu saja.." jawab Kinan,

" tertentu? kenapa begitu..?" Damar yang sudah mencuci tangannya itu tidak jadi mengambil nasi, ia sedikit tertarik dengan wanita di hadapannya ini.

Entah kenapa Damar merasakan kebencian di matanya, juga sikapnya, padahal hari ini baru saja mereka bertemu.

" jadi aku termasuk orang tertentu itu? baiklah.. katakan sebab kau galak kepadaku.. padahal ini pertemuan pertama kita.." tanya Damar setelah melihat Kinanti lama terdiam.

" aku tidak galak.. bicaraku memang seperti ini.." jawab Kinanti tiba tiba tenang, entah kenapa kalimat kalimat ibunya tiba tiba saja terngiang, bahwa dirinya harus berusaha menjalin hubungan baik meskipun hatinya tidak suka.

Damar terdiam, ia menatap wanita di hadapannya dengan hati hati.

Untuk ukuran 25 tahun, ia terlihat lebih muda, itu mungkin karena tubuhnya yang ramping.

Dagunya juga terbelah, manis sekali mirip dengan dagu Aji.

Damar menghela nafas panjang.

" Dengarkan aku Kinanti.. aku tidak berniat menyakitimu, aku hanya ingin melindungi kalian.. kau dan ibumu tanpa pamrih..

jadi hentikan kewaspadaanmu yang keterlaluan itu padaku, menyakitimu sama dengan menghancurkan diriku sendiri.. pahamilah itu.. dan pikirkan baik baik.." Suara Damar tenang namun penuh penekanan.

Sementara Kinanti seperti tersadar, tidak seharusnya ia berkata kata kurang sopan seperti itu.

entah kenapa rasa marah dalam hatinya meluap begitu saja tanpa bisa ia kendalikan.

Terpopuler

Comments

Mrs. Labil

Mrs. Labil

ada ya org mau kek gini, pdhal tdk ada hubungan persaudaraan

2024-05-20

1

dyul

dyul

25-30, awal2..... saling benci....

2023-11-26

0

Nia F-dhie

Nia F-dhie

aku mampir thor
aku suka novel² mu

2022-08-10

0

lihat semua
Episodes
1 Menjenguk ibu
2 Jangan panggil aku Dek!
3 Kesibukan Damar
4 Jemputan Kinanti
5 menjelang 30 tahun
6 kunjungan pak Tyo
7 Ibu tiri
8 Bawa aku juga..
9 Yoga
10 Mbah Uti
11 Kembali sendiri
12 Mengawasinya sejak SMA
13 Sesungguhnya tidak sesabar itu..
14 jalan jalan
15 temani aku makan
16 Harapan ibu
17 Kemarahan Yusuf
18 kenapa tidak menghubungiku?
19 Pamit
20 Menjauh
21 Haikal
22 pertanyaan ibu
23 memperhitungkan Haikal
24 perbincangan 2 laki laki
25 Kau tidak boleh susah setelah menikah!
26 karena aku tidak rela
27 Menjadi Damar yang dulu
28 keresahan Yusuf
29 Baju pengantin
30 apapun yang berhubungan denganmu menyiksa..
31 aku juga ingin kasih sayangmu..
32 jangan acuhkan kakakku..
33 Damar yang sederhana..
34 tangis kaila
35 hati yang sesungguhnya tergerak
36 perbincangan Mapala
37 Kaila
38 peralatan jahit
39 Tugas untuk Umar
40 kau bukan pengganti aji..
41 bimbang
42 mantan kekasih
43 kasih sayang ibu
44 kebaya akad
45 tamu tak di undang
46 aku akan selalu membelamu
47 perempuan yang meminta calon suamiku
48 masih mencintaimu
49 bubur buatan Damar
50 boleh bawa lari anak orang mbah?
51 menjelang 30 tahun
52 telfon dari pak tyo
53 besok
54 saran Kinanti
55 Air mata ibu
56 itu lamaranmu..
57 kebaya merah
58 aku seperti ini karena mencintaimu
59 akhir bulan
60 keris dan blangkon
61 area persawahan
62 apa kau tidak malu?
63 jadi istriku ya?
64 pagi buta
65 kadang Yoga iri..
66 polesan di wajah Damar
67 Akad
68 Kemana Yoga?
69 pernah muda
70 menghindar
71 om Damar sedang sakit kepala
72 Jamu
73 om om
74 masih mencintainya
75 lumpur
76 bunga ilalang
77 kamar Damar
78 semua berusaha mengerti
79 iku jenenge tresno
80 Puding coklat
81 Rahasiakan ini..
82 Suamiku sakit
83 hatiku tak sekuat itu..
84 bubur ayam
85 istirahat siang
86 kenapa ndak bareng Yoga saja?
87 belanja bersama
88 dirumah ibu
89 kripik tempe
90 mana yang lebih penting
91 nasehat Umar
92 mogok
93 gara gara mobil
94 Umar
95 jangan sembunyikan apapun dariku
96 tenggelam dalam masa lalu
97 bagas sudah tidur
98 perkataan ibu
99 apa kau mencintaiku?
100 tipemu?
101 pukulan Yusuf
102 pura pura tidak terjadi apapun
103 sakit kepala
104 soto ayam
105 hujan sore ini
106 demam
107 panggil aku mas?!
108 Besan
109 lekas sembuh
110 siapa?
111 itu Yoga, adikmu..
112 kecewa
113 tidak seperti biasanya
114 Aku sudah tertarik padamu
115 aku ingin membantu..
116 aku selalu kalah
117 pagi buta
118 daster
119 Reuni
120 lepaskan aku
121 beraninya
122 selalu mengacaukan hidupmu
123 bukan ini yang kuinginkan
124 Ranu gumbolo
125 Damar kemana
126 Hobby
127 Ranu pani
128 ketakutan
129 tetaplah tak terlihat
130 berbalik
131 aku belum bisa memaafkanmu
132 kasihan istrimu
133 Dolan
134 Kinanti tidak ada
135 nada nada rindu
136 Bandung
137 darah rendah
138 kapan kau pulang?
139 kenapa pergi sejauh ini
140 di luar jendela
141 Maafkan aku
142 Jangan berpikir buruk tentangku
143 kau pulang saja
144 banyak berubah
145 kemanapun kau pergi aku ikut
146 jangan bersuara
147 Kita pulang
148 apa yang kau tangisi?
149 aku turut bahagia
150 bersabarlah
151 aku ingin mereka juga menyayangimu
152 cukup jadi penonton
153 kenapa kau yang menjemput?
154 terus berjalan..
155 menikah saja denganku?!
156 apa aku tidak pantas?
157 aku tidak setuju!
158 siapa ini?
159 kau calon istriku
160 aku tidak bisa tidur
161 aku tidak ingin menikah
162 kenapa Dinda tidur dirumahmu?
163 mereka seperti kita dulu
164 aku tidak layak
165 kalian memang saudara
166 aku tidak mau
167 mantan
168 satu sama
169 masih takut
170 dasar pendendam
171 secepatnya
172 dewasalah
173 terlalu tenang dan damai
174 cepat pulang
175 Antara marah dan malu
176 bawa Yusuf kemari
177 siapa yang tega
178 memaafkan, namun tidak melupakan
179 semua kecewa
180 aku tidak menyalahkan ibu
181 kita mulai dari awal..
182 kami baik baik saja
183 kau tau maksudku
184 anggrek yang menjuntai..
185 istrimu cantik
186 Mas Yoga
187 segelas susu
188 istriku
189 adikku..
190 kecewa
191 ibu kandung
192 aku senang disini
193 mama Dinda
194 " Mama sakit pa.."
195 suamimu..
196 Jangan se enaknya..
197 toko
198 siapa?
199 anggrek dan krisan
200 Rakha
201 teman sekolahku
202 merawat lebih sulit dari pada mendapatkan,
203 aku bersyukur
204 suamimu cemburu padaku,
205 aku melindunginya saat kau tak ada
206 aku mengaku salah
207 saya akan jujur,
208 jauhi istriku!
209 jangan kemana mana
210 jeruk
211 anggrek di teras rumah
212 kenapa menerima bunga dari laki laki lain
213 bagaimana perasaan istrimu?
214 pulang
215 kebun singkong
216 ranjang sempit
217 pohon mangga
218 buket bunga
219 laki laki
220 milik orang lain
221 cinta tidak memaksa
222 seterusnya
Episodes

Updated 222 Episodes

1
Menjenguk ibu
2
Jangan panggil aku Dek!
3
Kesibukan Damar
4
Jemputan Kinanti
5
menjelang 30 tahun
6
kunjungan pak Tyo
7
Ibu tiri
8
Bawa aku juga..
9
Yoga
10
Mbah Uti
11
Kembali sendiri
12
Mengawasinya sejak SMA
13
Sesungguhnya tidak sesabar itu..
14
jalan jalan
15
temani aku makan
16
Harapan ibu
17
Kemarahan Yusuf
18
kenapa tidak menghubungiku?
19
Pamit
20
Menjauh
21
Haikal
22
pertanyaan ibu
23
memperhitungkan Haikal
24
perbincangan 2 laki laki
25
Kau tidak boleh susah setelah menikah!
26
karena aku tidak rela
27
Menjadi Damar yang dulu
28
keresahan Yusuf
29
Baju pengantin
30
apapun yang berhubungan denganmu menyiksa..
31
aku juga ingin kasih sayangmu..
32
jangan acuhkan kakakku..
33
Damar yang sederhana..
34
tangis kaila
35
hati yang sesungguhnya tergerak
36
perbincangan Mapala
37
Kaila
38
peralatan jahit
39
Tugas untuk Umar
40
kau bukan pengganti aji..
41
bimbang
42
mantan kekasih
43
kasih sayang ibu
44
kebaya akad
45
tamu tak di undang
46
aku akan selalu membelamu
47
perempuan yang meminta calon suamiku
48
masih mencintaimu
49
bubur buatan Damar
50
boleh bawa lari anak orang mbah?
51
menjelang 30 tahun
52
telfon dari pak tyo
53
besok
54
saran Kinanti
55
Air mata ibu
56
itu lamaranmu..
57
kebaya merah
58
aku seperti ini karena mencintaimu
59
akhir bulan
60
keris dan blangkon
61
area persawahan
62
apa kau tidak malu?
63
jadi istriku ya?
64
pagi buta
65
kadang Yoga iri..
66
polesan di wajah Damar
67
Akad
68
Kemana Yoga?
69
pernah muda
70
menghindar
71
om Damar sedang sakit kepala
72
Jamu
73
om om
74
masih mencintainya
75
lumpur
76
bunga ilalang
77
kamar Damar
78
semua berusaha mengerti
79
iku jenenge tresno
80
Puding coklat
81
Rahasiakan ini..
82
Suamiku sakit
83
hatiku tak sekuat itu..
84
bubur ayam
85
istirahat siang
86
kenapa ndak bareng Yoga saja?
87
belanja bersama
88
dirumah ibu
89
kripik tempe
90
mana yang lebih penting
91
nasehat Umar
92
mogok
93
gara gara mobil
94
Umar
95
jangan sembunyikan apapun dariku
96
tenggelam dalam masa lalu
97
bagas sudah tidur
98
perkataan ibu
99
apa kau mencintaiku?
100
tipemu?
101
pukulan Yusuf
102
pura pura tidak terjadi apapun
103
sakit kepala
104
soto ayam
105
hujan sore ini
106
demam
107
panggil aku mas?!
108
Besan
109
lekas sembuh
110
siapa?
111
itu Yoga, adikmu..
112
kecewa
113
tidak seperti biasanya
114
Aku sudah tertarik padamu
115
aku ingin membantu..
116
aku selalu kalah
117
pagi buta
118
daster
119
Reuni
120
lepaskan aku
121
beraninya
122
selalu mengacaukan hidupmu
123
bukan ini yang kuinginkan
124
Ranu gumbolo
125
Damar kemana
126
Hobby
127
Ranu pani
128
ketakutan
129
tetaplah tak terlihat
130
berbalik
131
aku belum bisa memaafkanmu
132
kasihan istrimu
133
Dolan
134
Kinanti tidak ada
135
nada nada rindu
136
Bandung
137
darah rendah
138
kapan kau pulang?
139
kenapa pergi sejauh ini
140
di luar jendela
141
Maafkan aku
142
Jangan berpikir buruk tentangku
143
kau pulang saja
144
banyak berubah
145
kemanapun kau pergi aku ikut
146
jangan bersuara
147
Kita pulang
148
apa yang kau tangisi?
149
aku turut bahagia
150
bersabarlah
151
aku ingin mereka juga menyayangimu
152
cukup jadi penonton
153
kenapa kau yang menjemput?
154
terus berjalan..
155
menikah saja denganku?!
156
apa aku tidak pantas?
157
aku tidak setuju!
158
siapa ini?
159
kau calon istriku
160
aku tidak bisa tidur
161
aku tidak ingin menikah
162
kenapa Dinda tidur dirumahmu?
163
mereka seperti kita dulu
164
aku tidak layak
165
kalian memang saudara
166
aku tidak mau
167
mantan
168
satu sama
169
masih takut
170
dasar pendendam
171
secepatnya
172
dewasalah
173
terlalu tenang dan damai
174
cepat pulang
175
Antara marah dan malu
176
bawa Yusuf kemari
177
siapa yang tega
178
memaafkan, namun tidak melupakan
179
semua kecewa
180
aku tidak menyalahkan ibu
181
kita mulai dari awal..
182
kami baik baik saja
183
kau tau maksudku
184
anggrek yang menjuntai..
185
istrimu cantik
186
Mas Yoga
187
segelas susu
188
istriku
189
adikku..
190
kecewa
191
ibu kandung
192
aku senang disini
193
mama Dinda
194
" Mama sakit pa.."
195
suamimu..
196
Jangan se enaknya..
197
toko
198
siapa?
199
anggrek dan krisan
200
Rakha
201
teman sekolahku
202
merawat lebih sulit dari pada mendapatkan,
203
aku bersyukur
204
suamimu cemburu padaku,
205
aku melindunginya saat kau tak ada
206
aku mengaku salah
207
saya akan jujur,
208
jauhi istriku!
209
jangan kemana mana
210
jeruk
211
anggrek di teras rumah
212
kenapa menerima bunga dari laki laki lain
213
bagaimana perasaan istrimu?
214
pulang
215
kebun singkong
216
ranjang sempit
217
pohon mangga
218
buket bunga
219
laki laki
220
milik orang lain
221
cinta tidak memaksa
222
seterusnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!