BAB 4

"Hei! Gendut!"

Rose berkelana dalam mimpinya dan memanggil-manggil Rose asli.

Wajah wanita itu mulai memucat dipenuhi dengan kegelisahan dan kecemasan yang semakin menumpuk.

"Gendut, aku tidak mau mengambil hidupmu! Kau hanya menambah masalahku!" teriak Rose mulai putus asa.

"Aku tidak mau terus-terusan bersembunyi dari orang-orang! Aku tidak melakukan kesalahan apapun! Kenapa orang-orang selalu mengejarku?!" teriak Rose frustasi.

"Rose.."

Rose gendut kembali muncul dalam mimpi Rose cantik.

Mantan model itu segera berlari kencang dan menangis sesenggukan di hadapan Rose gendut.

"Gendut, kau sangat beruntung. Kenapa kau memilih untuk melarikan diri? Kau memiliki rumah mewah dan kasur yang empuk! Kau tahu tidak, beberapa hari yang lalu aku tidur di lantai dingin di sebuah rumah kecil yang banyak dengan tikus! Kau seharusnya bersyukur bisa memiliki kamar seluas lapangan bola!" ujar Rose cantik panjang lebar.

"Kau bisa makan apapun hingga badanmu berkembang subur dan tumbuh selebar ini, kau tahu tidak beberapa hari yang lalu aku bahkan harus meminta kuah sup gratis di sebuah warung kecil!" sambung Rose.

"Kau tidak harus hidup bersembunyi sepertiku! Kau tidak perlu melarikan diri dari kejaran rentenir sepertiku! Kau tidak perlu mendengarkan hujatan kejam orang-orang sepertiku!"

Rose terus mengoceh tanpa membiarkan Rose gendut berbicara.

"Kau memiliki dompet tebal dan rumah mewah. Keluargamu juga sangat menyayangimu, mertuamu juga tidak terlalu buruk. Ya, walaupun kau mempunyai suami brengsekk dan masih ada istri kedua suamimu yang menyebalkan. Tapi selain itu, kau bisa hidup dengan nyaman, kan? Kenapa kau menyerah begitu saja?!" omel Rose semakin berapi-api.

"Aku sudah lelah, Rose.." ujar Rose gendut lirih.

"Lelah apa? Kau tidak selelah diriku yang harus selalu lari dari kenyataan!" sanggah Rose cantik.

"Kau pantas mendapatkan hadiah, Rose."

"Hadiah apanya?! Kau hanya memberiku bencana!!" teriak Rose.

"Aku hanya bisa menyakiti orang-orang yang menyayangiku." ucap Rose gendut dengan wajah pilu.

"Kau hanya membuat alasan! Kembalilah ke kehidupanmu! Aku hanyalah mayat yang gentayangan. Tidak seharusnya aku mengambil alih hidupmu.." bujuk Rose cantik.

"Rose, tolong buka laci di kamarku. Berikan buku diariku pada suamiku. Aku menulis banyak pesan untuk Wildan. Aku ingin sekali Wildan membaca pesan-pesan dariku," pinta Rose gendut.

"Berhenti berbicara omong kosong! Di sini akulah yang sudah mati! Mobilku sudah meledak di jurang! Aku hanya arwah gentayangan! Urus saja urusanmu sendiri!" tolak Rose dengan omelan garang.

"Joanna Rose, aku titip keluarga dan suamiku." pamit Rose gendut.

"Jangan seenaknya, Gendut! Kembali!!" Rose terbangun dari sofa dan berteriak kencang. Wajah wanita itu mulai memucat dan pipinya sudah basah dengan air mata.

"Ini.. tubuh asliku?"

Rose makin frustasi melihat penampilannya yang tak lagi meminjam tubuh Rose si gendut.

Wildan yang terbaring di ranjang sang istri, segera menghampiri Rose dan siap untuk menginterogasi wanita itu.

"Tali apa ini?! Sial!" umpat Rose pelan.

"Kau sudah bangun penyusup?!" sapa Wildan sinis.

"Bawa saja aku kantor polisi. Aku sudah membunuh Rose," ujar Rose dengan mata berkaca-kaca.

Suhu tubuh wanita itu semakin tinggi, diiringi dengan wajahnya yang makin pucat pasi. Rose mulai menangis sesenggukan di hadapan Wildan tanpa melirik sedikitpun ke arah suami Rose gendut itu.

"Jangan bercanda! Katakan padaku, dimana Rose?!" bentak Wildan seraya mencengkeram erat bahu Rose.

"B-badanmu panas.."

Wildan menempelkan punggung tangannya di dahi Rose untuk memeriksa suhu tubuh wanita itu.

"Jangan mencoba mencari simpatiku! Bagaimana kau bisa menyusup kemari?! Kalau kau benar-benar membunuh Rose, kau buang kemana jasad wanita itu?!" hardik Wildan.

Rose tidak menjawab. Sekalipun ia menceritakan semuanya pada Wildan, pria itu hanya akan menganggapnya sebagai wanita gila yang mengada-ada.

"Bawa saja aku ke kantor polisi atau rumah sakit jiwa. Aku tidak peduli." ujar Rose datar.

"Kau mencoba meminta belas kasihanku?! Kau pikir aku akan meloloskanmu hanya karena kau cantik?!" cibir Wildan.

"Bukalah laci itu.." ujar Rose seraya menatap laci yang dimaksud oleh Rose di gendut.

"Apa? Ada sesuatu di dalamnya?"

"Istrimu meninggalkan sesuatu untukmu.." terang Rose lirih.

Wildan beranjak dari bangkunya dan membuka laci kecil milik sang istri. Pria itu menemukan buku kecil yang berisi penuh dengan tulisan Rose gendut.

"Bacalah. Rose bilang, itu semua pesan-pesan yang ingin dia sampaikan padamu." ujar Rose.

"Kau benar-benar melakukan sesuatu pada Rose?!"

"Sekalipun aku menceritakannya padamu, kau tidak akan percaya.."

Rose lebih memilih diam dan tak mengocehkan apapun mengenai dirinya yang sempat bertukar jiwa dengan Rose sang Nona Muda kediaman mewah yang ia tempati.

Wildan menyimpan buku kecil istrinya tanpa membaca isi kumpulan kertas itu. Pria itu lebih tertarik menginterogasi Rose si penyusup daripada membaca isi pesan dari Rose istrinya.

Pria beristri dua itu menatap iba melihat Rose yang nampak lemas dan tak bertenaga. Ditambah lagi, manik mata wanita itu semakin sayu dan suhu tubuhnya makin meninggi.

Wildan berbaik hati membukakan tali pengikat yang masih bertengger di kaki dan tangan Rose. Pria itu mengangkat tubuh langsing Rose dan membaringkan wanita cantik itu di ranjang.

"Kau bisa melemparku keluar sekarang, untuk apa kau menindurkanku di ranjang tuan rumah?" tanya Rose dengan suara lesu.

"Diamlah! Aku tidak mau dihajar lagi oleh keluarga Rose! Kau sendiri yang harus menjelaskan kemana dan apa yang terjadi pada Rose di depan keluarga mereka pagi nanti!" ujar Wildan dengan nada dingin nan menyeramkan.

Pria itu kelimpungan mencari selimut dan menyiapkan kompres untuk wanita yang dianggapnya sebagai penyusup itu.

Wildan merawat Rose dengan sabar dan telaten semalaman penuh hingga demam wanita itu benar-benar turun. Karena kelelahan menjaga Rose, suami Rose gendut itu tertidur di tepi ranjang dengan tangan yang masih menempel di dahi mantan model itu.

***

Pagi hari, Rose membuka mata dengan berat dan mendapati sang suami yang masih terlelap di tepi ranjang.

Rose segera menyingkirkan tangan Wildan darinya dan bergegas bangkit dari ranjang.

"Kenapa badanku terasa berat lagi?" gumam Rose bingung.

Wanita itu melihat ke seluruh tubuhnya yang kini telah kembali bersemayam di tubuh gendut Rose asli.

"Ini.. tubuh Rose? Si gendut telah kembali?" ujar Rose tak percaya.

Wanita itu segera menyingkir dari ranjang dan berlari menuju cermin. Nampak badan gempal Rose asli kembali menyatu dengan jiwa Rose sang mantan model.

Entah harus merasa senang atau sedih, namun Rose cukup lega untuk sementara waktu ia bisa berpura-pura menjadi Rose Nona Muda di rumah mewah itu.

"Dengan begini, mereka tidak akan mengirimku ke penjara, kan?" gumam Rose lega.

Wildan mulai menggeliat di ranjang dan membuka matanya lebar-lebar, mencari keberadaan Rose langsing yang sudah menghilang.

"Dimana wanita itu?!" pekik Wildan geram melihat ranjang di depannya sudah kosong.

Pria itu berbalik badan dan mendapati Rose gendut istrinya tengah berdiri mematung tepat di belakangnya.

"Rose? Kau ada di sini?" tanya Wildan dengan canggung.

"Pria ini tidak akan curiga, kan? Bagaimanapun juga, hal yang kualami sudah di luar nalar! Wildan tidak akan berpikir sejauh itu." batin Rose mencoba menenangkan diri.

"Kau mencari siapa?" tanya Rose berpura-pura bodoh.

"A-aku.. semalam ada wanita yang menyusup ke kamarmu. Wanita itu demam, jadi aku menidurkannya di ranjang--"

"Kau bersama wanita lain semalam?!" ujar Rose penuh drama. Wanita itu benar-benar berniat membodohi Wildan yang tidak tahu menahu mengenai identitasnya.

"B-bukan seperti itu! Maksudku--"

"Maksudmu, kau membawa wanita lain ke kamarku?! Kau bahkan memakai ranjangku?! Apa dua istri masih belum cukup untukmu?"

Akting Rose semakin menjadi-jadi dengan menampilkan air mata palsu untuk menambah heboh suasana.

"Rose! Dengarkan aku! Aku tidak melakukan apapun di kamarmu! Kau sendiri, apa yang kau lakukan semalaman?! Aku tidak melihatmu di kamar!" cecar Wildan balik.

Rose mulai berkeringat dingin, memikirkan jawaban yang masuk akal untuk diberikan pada Wildan.

"A-aku.. tidur di kamar tamu. Aku tahu kau pasti akan mencariku setelah aku membahas perceraian kita pada ibumu." ujar Rose mencoba tenang kembali.

"Kau tidak bisa memutuskan seenaknya! Kau yang memaksaku untuk menikahimu, sekarang kau ingin mencampakkanku?! Jika ada yang harus dicampakkan di antara kita, maka akulah yang akan mencampakkanmu!"

"Memangnya kau siapa?! Kau merasa tampan? Kau merasa kaya?! Kau merasa hebat jadi kau bisa bebas menginjak-injak siapapun yang tidak kau sukai?!" cecar Rose dengan nada tinggi.

"Siapa pihak yang teraniaya di sini?! Kau yang bertindak seenaknya padaku! Kau yang menginjak-injak harga diriku! Kau bahkan memaksakan kehendakmu untuk menikahiku! Apa lagi yang akan kau lakukan padaku untuk membuatku menderita?!"

"Apa sebenarnya yang terjadi di antara pasangan suami-istri ini?" batin Rose mulai bingung menanggapi perkataan Wildan yang nampak seperti korban yang teraniaya.

Rose diam tanpa bisa membalas ucapan Wildan. Bagaimanapun juga, Rose masih belum mengetahui apapun mengenai hubungan pernikahan Rose gendut dengan sang suami. Wanita itu tidak bisa seenaknya mencaci suami orang lain tanpa tahu duduk permasalahan antara mereka yang sebenarnya.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Maheera Indra

Maheera Indra

sudah Lik n pav ya

2022-02-19

0

Erna Queena

Erna Queena

Yuhuu.. Semangat Rose!

2022-01-24

0

Hanna Devi

Hanna Devi

Rose..panic.. 😁
ayo rose berpikirlah 💪

2022-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!