Begitu sadarkan diri, Rose terus diam tak bersuara dan duduk bersimpuh di lantai dingin tepat di pojokan kamar pasien.
Wanita itu masih belum bisa menerima kenyataan kalau ia kini harus menjalani hidup sebagai orang lain, bahkan bersemayam di tubuh yang bukan miliknya.
"Apa ini hukuman untukku?" gumam Rose dengan wajah murung.
"Dokter, apa Nona benar-benar baik-baik saja? Semenjak Nona sadar, Nona selalu mengatakan hal-hal yang aneh dan kini Nona juga bersikap aneh." ujar Bi Sri semakin cemas.
"Kondisi fisik dan mentalnya bagus. Mungkin Nona hanya sedikit terguncang saja setelah mengalami beberapa operasi sekaligus." terang dokter.
"Kapan Nona bisa pulang?"
"Kondisi Nona sudah cukup baik. Nona sudah bisa kembali pulang ke rumah kapanpun," ungkap dokter.
"Dokter yakin Nona baik-baik saja? Kenapa Nona terlihat seperti orang depresi begitu?" tanya Bi Sri dengan mata berkaca-kaca.
Dokter dan asisten rumah tangga itu menatap iba pada Rose yang terus menjedotkan kepala ke tembok untuk menjernihkan otak.
Rose hampir kehilangan kewarasannya karena kejadian aneh yang baru saja menimpanya. Wanita itu terus melafalkan mantra aneh, berharap ada ilmu sihir yang bisa ia gunakan untuk kembali ke tubuh aslinya.
"Apa yang sudah terjadi pada tubuhku?!!" teriak Rose seperti pasien rumah sakit jiwa.
"N-nona.. makan dulu sarapannya," bujuk Bi Sri takut-takut.
"Kau, ibu tua! Siapa nama wanita ini?" tanya Rose seraya melempar tatapan tajam pada Bi Sri.
"Astaga! Apa Nona amnesia?!" jerit Bi Sri dalam hati.
"N-nona, silahkan habiskan sara--"
"Aku tanya siapa nama wanita ini?!" bentak Rose.
"Jo-joanna Rose. Itu nama Nona. Nona tidak lupa, kan?" ujar Bi Sri penuh hati-hati.
"Cih, apa-apaan ini?! Namanya sama dengan namaku?! Wanita gendut, kau sengaja menjebakku?!" omel Rose seraya menjambak rambut wanita yang menjadi tempat jiwanya bersemayam.
"Nona, tolong jangan sakiti diri Nona sendiri."
Bi Sri mencoba menghentikan aksi anarkis Rose yang menyakiti tubuhnya sendiri.
"Ibu tua, apa aku terlihat cantik?" tanya Rose dengan air mata berlinang.
"Tentu saja, Nona. Nona Rose adalah putri tercantik keluarga Danuartama."
"Kau memujiku karena aku majikanmu! Kau tidak lihat perut buncit ini?! Aku sudah terlihat seperti gajah hamil!" cibir Rose.
"Jangan berkata seperti it--"
"Kau tidak lihat leher ini?! Lipatannya berlapis-lapis lebih banyak dari lipatan kue lapis!"
"Nona--"
"Kau juga tidak lihat lengan dan paha ini?! Aku bisa menjadi kasur empuk karena bantalan lemak ini!"
Rose terus saja mengoceh, mengomentari penampilan tubuh yang ia gunakan.
"Nona, dokter sudah memulai program diet sehat untuk Nona. Sebentar lagi--"
"Sebentar lagi apa?!"
"Nona.."
Bi Sri menghampiri Rose dan memeluk putri majikannya itu.
"Operasinya sudah berjalan lancar. Sekarang Nona harus fokus menurunkan berat badan agar tubuh Nona semakin sehat." nasihat Bi Sri.
"Apa aku dirawat di sini karena penyakit yang disebabkan oleh obesitas?" tanya Rose mulai berbicara normal.
"Begitulah, Nona. Sebaiknya Nona beristirahat saja. Saya akan memberitahu Tuan Wildan kalau Nona sudah diperbolehkan pulang." ujar Bi Sri.
"Siapa itu Wildan?" tanya Rose mengerutkan kening.
"Ya Tuhan, ada apa dengan Nona Rose?!" batin Bi Sri makin khawatir melihat Rose yang nampak seperti orang bingung dan tidak mengetahui apapun mengenai dirinya sendiri.
"I-itu suami Nona. Pria yang tadi di sini bersama Nona." terang Bi Sri.
"Maksudmu, pria yang tampan seperti aktor tadi?" tanya Rose seraya membulatkan mata lebar-lebar.
"B-benar, Nona."
"Bagaimana bisa si gendut ini mempunyai suami yang tampan? Apa suaminya buta?!" ujar Rose tak percaya.
Bi Sri hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan nyeleneh dari Nona Muda yang ia layani itu.
***
"Sudah siap, Nona?" tanya Bi Sri.
"Sudah." jawab Rose singkat.
"Sebentar lagi Tuan Wildan akan datang menjemput."
Beberapa menit kemudian, pintu ruangan pasien yang ditempati Rose terbuka lebar. Pria bernama Wildan masuk ke ruangan itu, namun pria yang disebut-sebut sebagai suami Rose itu datang dengan menggandeng seorang wanita cantik di depan Rose.
"Apa-apaan ini?! Ibu tua ini bilang kalau si tampan ini adalah suami si Gendut. Kenapa pria ini malah menggandeng wanita lain?!" batin Rose bingung.
"Rose.. kau terlihat lebih sehat. Sepertinya kau benar-benar sudah membaik. Jadi, kau tidak perlu terus-terusan mencari perhatian dari suamiku, kan?" sindir wanita bernama Rumi itu.
"Apa maksudmu?!"
Rose melangkah mendekat ke arah Rumi dan melotot pada wanita cantik itu.
"Rose!" bentak Wildan pada Rose yang tiba-tiba melotot ke arah Rumi.
"Kenapa?! Kau tidak suka aku melotot pada simpananmu?!" sindir Rose pada Wildan.
"N-nona pasti sudah lelah. Mari pulang sekarang," ajak Bi Sri mencoba melerai.
"Ada apa denganmu?! Berani sekali kau melotot pada Rumi?!" omel Wildan.
"Memangnya kenapa aku tidak boleh melotot padanya?! Aku punya mata!" seloroh Rose dengan berani.
"Apa-apaan kau ini?! Kau berani menjawab sekarang, hah?!"
Wildan menatap tajam ke arah Rose dan hampir saja melayangkan tamparan ke pipi chubby istrinya itu.
"Tuan.." pekik Bi Sri mencoba menghentikan Wildan yang sudah bersiap memukul wajah Rose.
Wildan tersadar seketika dan menurunkan tangannya sebelum ia gelap mata.
"Kenapa tidak jadi?! Pukul saja! Pipi ini penuh dengan lemak! Kau hanya akan memukul gumpalan lemak!" ujar Rose dengan suara meninggi.
"Bi Sri, ada apa dengannya? Apa otaknya bermasalah?!" tanya Wildan merasa janggal dengan sikap Rose yang tidak biasa.
"Lebih baik kita pulang sekarang. Nona Rose membutuhkan istirahat," saran Bi Sri.
Wanita paruh baya itu menuntun Rose keluar dari gedung rumah sakit dan masuk ke mobil yang berbeda dengan sang suami.
Wildan dan Rumi berkendara di satu mobil, sementara Rose dan Bi Sri masuk ke mobil yang dikendarai oleh supir.
"Ibu tua, kau bilang pria tadi adalah suamiku. Kenapa dia membawa wanita lain?!" tanya Rose.
"Emm, itu.. apa Nona tidak ingat apapun? Wanita yang datang bersama Tuan Wildan tadi adalah istri dari Tuan Wildan." jelas Bi Sri.
"Istri?! Maksudmu aku bukan istri satu-satunya dari pria itu?!" tanya Rose agak terkejut.
"Em, Nona sendiri yang mengijinkan Tuan Wildan menikah lagi." terang Bi Sri takut-takut.
"Apa wanita gendut ini bodoh?!" gerutu Rose kesal.
"Jadi aku istri ke berapa?" tanya Rose.
"Nona adalah istri pertama dari Tuan Wildan. Nona tidak ingat dengan pernikahan Nona?"
"Hm? A-aku sepertinya agak linglung. Mungkin ini karena aku terlalu memakan banyak obat," ujar Rose asal.
Setelah beberapa saat berkendara, mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di sebuah kediaman mewah nan luas.
Rose melongo dengan sukses, menatap bangunan berkilau yang berdiri kokoh di hadapannya.
"Apa ini rumah si gendut itu?! Si Gendut itu adalah putri dari konglomerat?!" jerit Rose dalam hati dengan girang.
Supir yang menjalankan mobil, segera membukakan pintu untuk Rose dan menuntun Nona Muda itu masuk ke dalam istana mewahnya.
Di depan pintu besar kediaman itu sudah nampak seorang pria tua bersama wanita paruh baya yang menyambut hangat kedatangan Rose.
"Rose, Sayang.." wanita paruh baya bernama Helena itu memeluk erat sang putri kesayangan yang sudah kembali ke rumah.
"Siapa lagi ini?!" batin Rose bingung.
"Cucuku.."
Kini giliran pria tua di samping Nyonya Helena yang mendaratkan pelukan pada cucu satu-satunya itu.
Wildan bergegas menghampiri Rose dan menggandeng tangan istrinya itu. Rumi yang berjalan di belakang Wildan, hanya bisa berdecak kesal melihat sang suami yang nampak mesra dengan istri pertama.
"Lepaskan tanganmu!"
Rose menarik tangannya dengan kasar dan menatap tajam pada sang suami.
"Kau ini kenapa?! Kau ingin menunjukkan hidupmu yang menderita pada keluargamu?!" bisik Wildan geram.
"Ada apa dengan kalian? Kalian bertengkar?" tanya Nyonya Helena.
"Tidak, Bu. Kami baik-baik saja."
Wildan merangkul pundak sang istri dan menarik tubuh gempal Rose masuk ke dalam rumah terlebih dulu.
"Wil, bisakah kau tidak membawa tamu tak diundang ke sini?! Pantas saja Rose marah!" omel Nyonya Helena.
"Benar, Wil! Untuk apa kau membawa wanita ini ke sini?!" sahut Nyonya Grace yang juga datang berkunjung ke rumah besan untuk menjenguk sang menantu yang baru saja keluar dari rumah sakit.
Wildan yang menerima omelan bertubi-tubi, hanya bisa menahan diri dan terpaksa meminta istri keduanya untuk menunggu di dalam mobil.
"Wil.." panggil Rumi dengan wajah memelas.
"Bu, bolehkah aku mengantar Rumi pulang dulu?" ijin Wildan pada ibu mertua.
"Wil, istrimu baru keluar dari rumah sakit. Sedangkan wanita itu memiliki kaki dan tangan yang sehat! Siapa yang lebih membutuhkan perhatian di sini?! Kalau kau ingin mengantar wanita itu, silahkan saja! Tapi jangan lagi berani kembali ke rumah ini!" ancam Nyonya Helena.
Nyonya Grace yang melihat kemarahan sang besan, segera mendekat ke arah ibu dari Rose itu dan mencoba menenangkan ibu mertua putranya.
"Nyonya Helena, tolong maklumi ucapan Wildan. Bocah itu memiliki dua istri. Wildan akan menginap di sini, tolong biarkan dia mengantar istri keduanya pulang." ujar Nyonya Grace.
"Terserah kau saja!"
Nyonya Grace menggandeng tangan sang anak dan mengantar putri semata wayangnya itu masuk ke kamar.
Tuan Danuarta, kakek dari Rose hanya berdehem pelan dan melirik sinis ke arah cucu menantunya tanpa mempersilahkan besan maupun cucu menantunya masuk.
"Wil, apa yang kau lakukan?!" omel Nyonya Grace geram seraya memukul-mukul punggung sang putra.
"Sudah, Bu! Jangan di sini!" lerai Tuan Nantha, ayah dari Wildan.
"Kau juga wanita tidak tahu malu, untuk apa kau ikut kemari, dasar pengganggu!" teriak Nyonya Grace pada Rumi.
Rumi hanya menundukkan kepala tanpa berani melihat ke arah sang ibu mertua. Wanita itu sibuk mengumpat dalam hati, merutuki keluarga istri pertama dari sang suami yang sudah menginjak-injak harga dirinya.
"Ibu, jangan seperti itu pada istriku!"
Wildan menghampiri sang istri dan mendekap erat istri keduanya itu.
"Rumi! Pulang sana! Jangan lagi menunjukkan wajahmu di rumah ini!" bentak Nyonya Grace.
"Wildan, cepat masuk!"
Kini giliran sang ayah yang ikut turun tangan, menyeret sang putra untuk segera masuk ke kediaman besan.
"Ayah, bagaimana dengan istriku?!"
"Wil, aku bisa pulang sendiri." ujar Rumi dengan wajah memelas.
Wanita itu pergi meninggalkan kediaman keluarga Rose dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
"Awas kau, Rose! Dasar si gendut sialan!" umpat Rumi pelan.
"Rumi! Tunggu,"
Wildan mengejar sang istri dan tidak menghiraukan omelan dari kedua orang tuanya.
Sementara, Rose menatap drama suami dan istri kedua itu dari jendela kamarnya dengan ekspresi datar. Ditemani oleh sang ibu, Nyonya Helena menepuk pundak sang putri pelan dan mencoba menghibur anak semata wayangnya itu.
"Rose, kau baik-baik saja, kan?" tanya Nyonya Helena.
"Kenapa aku harus tidak baik-baik saja?" jawab Rose cuek.
"Jangan berpura-pura lagi, Rose! Kenapa kau masih saja bersikeras mempertahankan rumah tanggamu? Biarkan saja pria sial itu bangkrut dan jatuh miskin! Ibu akan mencarikan suami lain untukmu," tawar Nyonya Helena.
"Aku boleh bercerai darinya?" tanya Rose dengan wajah polos.
"Apa?"
"Kalau begitu, aku akan menceraikan pria brengsekk itu sekarang juga!" ujar Rose berapi-api.
"Ada apa dengan anak ini?" batin Nyonya Helena bingung melihat sikap lembut anaknya, tiba-tiba berubah drastis.
"Rose, apa badanmu masih tidak enak? Bagaimana kalau minum teh hangat?" tawar Nyonya Helena.
"Tentu. Bolehkah aku meminta makanan juga?" pinta Rose dengan mata berbinar.
"Rose, kau terlihat ceria sekali hari ini. Ibu benar-benar senang melihatnya.."
Nyonya Helena memeluk haru sang putri yang memancarkan aura yang lebih cerah dari biasanya.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Th1n4
br mampir dan nyimak ...👍👍
2022-04-15
0
Elwi Chloe
seru ceritanya
2022-01-31
1
Hanna Devi
Yok ngakak bareng.. 😅😅
2022-01-20
1