“Dev.. Please.. dengerin penjelasanku dulu sayang” terdengar suara memelas dari wanita itu. Dan seketika “BRAKKK!!” Aku terhentak kaget saat lelaki itu membanting pintu dengan sangat keras. Aku memberanikan diri mengawasi pria itu yang masih berdiri menghadap pintu. Dia menarik nafasnya dalam, dan mengembuskannya perlahan mencoba meredakan emosinya yang sudah sampai ke kepala. Lalu dia berjalan melewatiku lagi, dan seketika kakiku terasa lemah. Aku mengepalkan tanganku sekeras mungkin menahan getaran hebat di kedua kaki dan tanganku. Seharusnya aku tidak melihat pemandangan yang mengerikan ini. Hari ini adalah hari yang sangat sial bagiku.
Kini pria itu tengah duduk membungkuk di sofanya dengan tangan kiri memeluk tengkuknya. Lalu mengacak rambutnya dengan kasar.
“Duduklah. Maaf sudah membuatmu merasa tak nyaman” ucapnya tiba-tiba saat menoleh padaku yang masih berdiri mematung di dekat pintunya.
“Ah.. ti- tidak masalah Tuan” ucapku dengan nada sedikit bergetar.
Tiba-tiba aku merasakan ngilu di kedua kakiku. Mungkin ini karena aku sudah terlalu lama berdiri disini sejak tadi, ditambah rasa kaget dan letih yang berlebihan. Oh shit! Kenapa kakiku harus kram disaat ini, aku tak bisa bergerak sekarang. Aku menundukkan kepala kebawah dan menggigit bibir bawahku berusaha menahan nyeri kram di kakiku.
“Apa kau sudah makan ?”tanyanya datar membuatku menoleh padanya. Aku hanya mengernyit menatapnya, sudah tak begitu konsentrasi dengan apa yang dia ucapkan padaku. Tubuhku terasa lemas dan kakiku terasa sangat ngilu sekarang. Rasanya seperti segerombolan semut telah menggerogoti seluruh kakiku sampai membuat kakiku mati rasa. Ingin rasanya aku berteriak kencang tapi kutahan dengan sekuat tenaga membuat buliran keringat dingin tiba-tiba menetes di pelipisku.
“Are you OK ?” dari suaranya terselip sedikit nada khawatir. Ia beranjak dari duduknya dan kemudian melangkah pelan mendekatiku, mencoba menatap wajahku lebih dekat yang kini telah memucat sempurna dengan keringat dingin membasahi pelipisku. Seketika tangan kanannya menyentuh dahiku dengan raut wajahnya yang kini terlihat sangat khawatir.
“Kau kenapa ? Apa kau sakit?” tanyanya khawatir dengan kedua tangannya agak mencengkram bahuku.
“Ti-tidak tuan.. A-aku.. Aku hanya..” suaraku bergetar dan tiba-tiba saja air mataku menetes membasahi pipiku. Seketika aku menangis meraung sambil menatap lekat mata pria itu. Menangis sejadi-jadinya persis seperti anak kecil yang menangis karena tidak dibelikan permen.
Pria itu kebingungan saat melihat diriku yang tiba-tiba saja menangis hebat seperti itu. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya membungkuk membawaku kedalam pelukannya yang erat lalu menepuk-nepuk punggungku dengan lembut.
“Hei... tenanglah.. Jangan menangis.. Apa kau sangat ketakutan karena kejadian tadi ? Aku minta maaf, jangan menangis” ucapnya sembari mengelus rambutku naik turun berusaha menenangkanku dalam pelukannya.
“bu-bu-kan... ka-ka-kaki- kaki-ku ke-keram” jawabku sambil sesenggukan.
“Gi-gimana ini ? Aku- gak-gak bisa- ber-bergerak.. Huwaaaaaaa ”tambahku dengan tangis yang semakin menjadi.
Mendengar jawabanku yang terbata nan polos sambil menangis sesenggukan itu seketika membuatnya tertawa lepas. Dia melepaskan pelukannya perlahan dan menatapku teduh dengan kedua tangannya yang menahan lenganku. Tawanya berhenti tetapi masih menyisakan senyum tipisnya tampak berusaha menahan tawanya.
“Hei.. tenanglah.. jangan menangis lagi.. Lihat bajuku sudah basah karena ingusmu itu” ucapnya lembut sambil menghapus air mataku dipipi dengan kedua ibu jarinya.
Aku terdiam, tangisku berhenti tapi sesekali masih sesenggukan dengan dada yang naik turun. Pria itu kemudian membungkuk dan meraup tubuhku dalam gendongan ala bridal stylenya lalu membawaku ke sofa ruang tengahnya. Tanganku melingkar erat pada tengkuknya. Saking memalukannya situasi ini, aku hanya bisa menyembunyikan wajahku di dada bidangnya. Ya Tuhan, aku sangat ingin teriak saat ini. Tolong aku. Kenapa kaki bodoh ini harus kram disaat ini ? aku terus merutuki diriku yang kini sangat memalukan.
Setibanya di sofa, dia membaringkan tubuhku dengan pelan, lalu meluruskan kakiku lembut.
“Tunggu sebentar” katanya lalu pergi sebentar.
Tak lama kemudian dia datang dengan membawa segelas air putih di tangan kanan dan di tangan kirinya terlihat membawa sebuah baskom kecil berisikan air hangat yang tampak karena kepulan uap panas diatas baskom itu.
“Minumlah dulu agar kau tenang” ucapnya lembut sembari memberikanku segelas air putih. Aku menatapnya sebentar lalu meraih gelas itu dan meminumnya sedikit.
“Terimakasih tuan” ucapku tulus seraya menyerahkan kembali gelas itu padanya dan dia hanya tersenyum mengangguk lalu menaruh gelas itu di atas meja. Setelah itu dia berjongkok di samping sofa, dan mengambil baskom kecil berisikan air hangat itu, lalu memeras handuk kecil yang berada didalamnya. Mataku membulat penuh melihatnya yang tiba-tiba mengompress kakiku yang kram sambil menekan-nekannya lembut dengan handuk hangat itu ditangannya. Saat ini aku tidak tahu apa yang sedang kurasakan, waktu seakan berhenti melihat apa yang dilakukannya terhadapku.
“Kau ternyata begitu perhatian dan lembut, apakah benar kau adalah pria yang tadi kulihat?” batinku seakan tersentuh melihatnya begitu perhatian padaku. Tak sadar kini matanya juga sedang menatapku lekat. Manik coklatnya berbinar, tatapannya yang dingin tadi kini telah menjadi hangat. Mataku terus menelusuri wajahnya,
kulihat garis rahangnya yang tegas, hidungnya yang sangat tinggi, alisnya tebal namun sangat rapih terlukis tegas diwajahnya, dan bibirnya yang sedikit basah kini terlihat sangat seksi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Renata
bagus thor,,, semangka
2019-10-07
2
endang astitu
lanjuuut yiiihaaaaa
2019-09-30
2
Wisu Mmhwilman Ilham
thor jngn d ulang lgi dong kan sayang setenghnya
2019-09-18
3