semua hanya cerita fiksi. mohon untuk tidak dicontoh.
“Nanti Kak Nindi juga bantu Aya untuk mengerjakan Pr yang susah ya,”ucap gadis kecil itu dengan suara yang imut.
“Baiklah.”
Kedua gadis tersebut memasuki sebuah rumah yang mewah bak istana. Pintu ganda bercat putih dengan ukuran rumit. Saat terbuka, kemegahan yang sesungguhnya terhidang di netra Nindia.
Sungguh sangat berbeda dengan rumah kecilnya yang bagaikan sebuah gubuk. Mungkin saja bagian kecil kamar mandi di istana ini. Barang-barang mewah yang pasti mahal memenuhi setiap sudut ruang tamu.
Di sana seorang lelaki paruh baya tengah mondar-mandir dengan smartphone yang masih setia terpegang di salah satu tangannya. Suara tinggi layaknya bentakan memenuhi ruangan. Membuat siapa saja yang sekarang tengah ia hubungi merasa gemetar ketakutan.
Raut wajahnya sangat menunjukan rasa cemas, membuat kerutan tampak semakin jelas di dahinya.
Nindia menundukan wajahnya melihat ke arah wajah Aya yang juga mendongak menghadap Nindia. Aya seakan memberikan isyarat kepada Nindia agar mau mendorong kursi rodanya ke arah sang lelaki paruh baya tersebut.
“Papa,” panggil Aya yang sekarang berada di belakang lelaki itu.
Lelaki tersebut memalingkan wajahnya ke belakang dengan cepat. Dalam sekejap, lelaki itu membuang smartphonenya ke sembarang arah dan menghambur ke dalam pelukan Aya. Tangannya yang masih kekar mengelus rambut panjang Aya dengan sayang.
Setelah sekian lama, lelaki yang dipanggil Papa oleh Aya tadi melepaskan pelukan. Matanya menyorot penuh kekhawatiran. Meneliti setiap tubuh sang putri kecil. Mata tua itu melihat tangan Aya yang diperban dengan lilitan kain kumal dengan darah yang mulai merembes.
“Ada apa dengan tanganmu itu? Ayo kita ke kamar biar papa hubungi Dokter Rizal agar memeriksa tanganmu. Bagaimana bisa tangan putih dan mulus milik putri papa bisa jadi seperti ini.”
Saat tangan kekar itu akan mengangkat tubuh kecil Aya, gadis kecil itu menghentikan aksi sang papa. Aya memberikan tatapan yang membuat siapa saja akan luluh dengan matanya.
Sang papa mengerti jika putrinya sudah memberikan tatapan seperti itu, putri kecilnya menginginkan sesuatu untuk dirinya. Dan sebagai papa, ia akan memberikan apapun untuk anak perempuan satu-satunya.
“Pa, lihatlah ke belakang papa.”
Sang papa menuruti keinginan putrinya itu. Saat ia sudah menghadap ke belakang, sang papa hanya memberikan tatapan bingung.
Seorang gadis yang memakai kaos dan rok panjang. Rambutnya tergerai menjuntai hingga ke punggung. Wajahnya putih mulus, namun tidak bisa menutupi kesan desa dari sang gadis. Begitu polos dan tanpa riasan sama sekali.
“Perkenalkan, itu kakak Nindia. Kakak itu pa yang sudah menolong Aya tadi.”
“Benarkah?” tanya sang papa yang masih menilai gadis di depannya dengan pandangan yang menyelidik.
Di kota seperti ini banyak penipu yang berkeliaran. Dari tampang jelek bahkan yang tampan dan cantikpun bisa menjadi seorang penipu ulung. Tidak bisa dipungkiri kalau bisa saja gadis di depannya ini adalah penipu juga.
Aya yang melihat tingkah sang papa, mendengus dengan perlahan. Selalu saja seperti itu. Papanya mulai tidak percaya terhadap orang-orang saat beliau tahu kalau Aya disakiti oleh pengasuhya sendiri. Dan itupun baru diketahui kemarin.
“Kakak Nindi baik pa. Kak Nindi datang dari desa kemarin dan kecopetan saat turun dari bus,” ungkap Aya agar sang papa menghentikan tatapan tajamnya dari kakak baik hati.
“Lalu, kenapa dia ada disini bersama kita?”
“Biarkan kak Nindi jadi pengasuhku ya pa,”ucap Aya memohon dengan mata yang berkedip-kedip lucu. Bibir dikerucutkan dengan sangat imut sekali. Meluluhkan pertahanan ayahnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
lintang berseri
semangat semangat ....
2022-04-19
0
Eny Mariska
Semoga aja Nindia baik-baik aja. 😭 ☀ terus ya author up ceritanya. 💘💪🏻
2022-04-11
0
Rigi
Arya ini tipe kakak yang perhatian sama adiknya tapi pedes di mulut yaa, tapi gemes aja gitu liat tingkahnyaa🌝
2022-04-11
0