Wajah Tole sedari tadi hanya bisa tertunduk saat tuannya bertanya tentang keberadaan Bara. David pikir jika Tole akan datang bersama putra bungsunya namun nyatanya tidak.
"Maaf, Pak. Den Bara sedang ada keperluan sebentar dan dia bilang akan sedikit terlambat," kata Tole menyesal dan ketakutan seraya ia terus menundukkan kepalanya.
Terlihat jelas raut wajah kekecewaan di wajah David akibat putranya itu, matanya mulai terlihat sinis dan kesal berbeda dengan Gladis yang terlihat sedikit ketakutan melihat emosi suaminya yang mulai naik.
"Kenapa kamu tidak membawa dia terlebih dulu ke sini?" tanya David dengan nada sinis.
Belum sempat Tole menjawab dengan cepat Gladis memotong pembicaraan, ia berusaha untuk meredam emosi David yang terlihat semakin kesal.
"Pa. Mungkin Bara memang sedang sibuk," sela Gladis mencoba mencairkan suasana yang terlihat begitu tegang.
"Kamu jangan selalu membelanya, bagaimanapun dia sibuk pasti akan cepat menemui orang tuanya yang sedang berada di rumah sakit," sindir David kepada Gladis yang duduk setia di sampingnya.
Hanya diam yang bisa Gladis lakukan tidak banyak bicara memang hubungan kedua lelaki itu belum baik sepenuhnya, tapi ia percaya jika Bara sangat menyayangi papanya.
"Dia sangat menyayangimu. Jika dia nggak menyayangimu untuk apa dia pulang," balas Gladis membela Bara.
"Aku tahu dia pulang karena permintaan Ando bukan karena aku sedang sakit," ucapan David mematahkan pembelaan Gladis kepada putra bungsunya.
Wanita separuh baya itu tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menarik napasnya dan mencoba menenangkan dirinya. Tole masih terdiam melihat perdebatan di antara tuan dan nyonya besarnya itu, ia juga merasa bersalah karena tidak membujuk Bara untuk ikut dengannya tadi.
"Kamu istirahat pasti nanti Bara akan datang," bujuk Gladis memberi saran.
David tidak menjawab ia hanya kembali membaca majalah bisnis yang dipegang sedari tadi. Sementara Tole memutuskan untuk kembali ke rumah pasca selesai menjalankan perintah majikannya itu.
Kesempatan bagi Bara bisa bertemu dengan gadis yang ia temui di sini, tanpa berpikir panjang ia menghampiri Flower yang sedang duduk termenung dengan wajah begitu sedih. Sedari tadi gadis itu memainkan ponselnya sampai ia tidak tahu jika Bara sedang berjalan menghampirinya.
"Aku kecewa sama kamu, Badai," gumam Flower dengan nada lirih dan berkaca-kaca.
Flower sengaja memblokir nomor Badai untuk saat ini dan menonaktifkan ponsel miliknya karena sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun juga termasuk Badai dan sahabatnya Adinda. Air mata terus jatuh ke pipinya dan dengan cepat ia terus mengusap air mata itu yang sedari tadi membasahi pipinya sampai sebuah suara mengagetkannya.
"Dunia ini memang sempit, ya," kata seseorang yang kini berdiri di hadapan Flower.
Deg, Flower kaget dengan suara itu dengan cepat ia menoleh ke arah suara yang sudah mengagetkannya seraya ia menghapus air mata di pipinya. Ia melihat seorang lelaki tampan dengan postur tubuh tinggi semampai, berkulit putih, berwajah soft sudah menatapnya dengan tajam sedari tadi. Flower merasa keheranan siapa lelaki itu karena ia tidak mengenalnya, mata Flower menjelajah wajah lelaki itu dari atas rambut sampai bawah kakinya tapi tetap ia tidak mengenali lelaki itu.
"Kenapa diam?" tanya Bara mengagetkan Flower.
"Kamu siapa?" Flower balik bertanya sambil terus menatap Badai keheranan.
Tawa ringan terlukis di bibir Bara ternyata gadis ini mulai amnesia padahal baru saja dia bertemu tadi dengannya.
"Ternyata kamu amnesia ya. Padahal baru saja kita bertemu tadi siang di rumah makan," jawab Bara mengingatkan Flower.
Spontan pikiran gadis bermata coklat itu mulai mengingat akan kejadian siang tadi yang diucapkan oleh lelaki itu, sambil terus menatap Bara dengan lekat. Ups, tiba-tiba saja Flower mengingat akan kejadian itu. Dia adalah lelaki yang telah mengambil potret dirinya tanpa sepengetahuan Flower.
"Kamu!" teriak Flower kaget menatap Bara yang membalasnya dengan senyuman ringan sedikit sinis.
"Kaget ya? Akhirnya kita bertemu lagi," balas Bara.
Flower memperhatikan sekelilingnya ia merasa ketakutan dan heran dengan pertemuan kedua antara dirinya dan Bara, apa mungkin jika lelaki itu sedang mengikutinya dan berniat untuk berbuat jahat kepadanya.
"Sedang apa kamu di sini? Apa kamu mengikuti aku?" tanya Flower dengan mimik wajah ketakutan menatap Bara yang masih berdiri di hadapannya.
"Aku mengikuti kamu?" Bara balik tanya dan Flower hanya mengangguk.
"Hello. Buat apa aku mengikuti kamu," tampik Bara.
"Terus kenapa bisa ada di sini?"
"Ini tempat umum dan kita juga berada di kota yang sama," jelas Bara dan sayangnya Flower masih belum percaya sepenuhnya.
"Kembalikan kamera milikku yang telah kamu ambil," pinta Bara sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Flower.
Sepertinya Bara menyinggung akan kejadian tadi dan Flower hanya terdiam tidak banyak bicara, ia terus memperhatikan Bara dengan lekat. Flower hanya takut jika Bara bukanlah lelaki baik-baik.
"Aku bukan mengambilnya," jelas Flower mencoba membela diri dengan nada tegas.
"Kalau kamu nggak mengambilnya kenapa kamu pergi membawa kamera milikku dan membohongi aku?"
Deg, pertanyaan-pertanyaan Bara membuat Flower sedikit gugup, ia hanya masih berpikir jika Bara adalah lelaki saiko yang menakutkan.
"Aku hanya berpikir kalau kamu adalah lelaki saiko," jawab Flower ringan dan membuat Bara kaget bukan main.
"What! Are you kidding? Memangnya wajah seperti aku ini ada sisi kriminal?"
"Karena kamu mengambil potret diriku secara diam-diam."
"Tapi kamu nggak bisa mengasumsikan seperti itu tentang diriku," protes Bara tidak terima.
Memang jika dilihat dengan jelas saat ini Bara bukan seorang saiko yang ada di pikiran Flower selama ini, apalagi jika dilihat dari jarak dekat lelaki itu terlihat begitu sangat tampan tidak kalah tampan dari kekasihnya Badai.
"Mana kamera milikku," pinta Bara lagi.
"Ada di rumah," jawab Flower singkat.
"What! Kamu nggak berniat mengambil kamera milikku, kan?"
"Buat apa aku mengambilnya. Aku mampu membelinya satu lusin," kata Flower dengan nada sombong.
Kali ini Bara kecewa dengan apa yang baru saja gadis itu ucapkan, begitu sombong dan angkuh. Sementara itu Bara hanya tersenyum ringan mendengarnya.
"Kamu bisa membeli berapa banyak kamera itu yang mahal dengan uangmu, tapi kamu nggak bisa membeli semua kenangan yang sudah aku abadikan di dalam kamera itu dengan uangmu," sindir Bara dan membuat Flower terdiam seribu bahasa.
Gadis itu merasa jika ucapannya itu keterlaluan dan terkesan sombong kepada Bara. Memang kamera itu tidak berharga baginya tapi bagi Bara kamera itu bagaikan saksi setiap perjalanan kehidupannya.
"Bagiku kamera itu adalah bagian dari kisah hidupku dan nggak akan pernah terulang lagi, jadi tolong kembalikan kamera milikku," tambah Bara lagi membuat Flower tidak bisa berkata-kata.
"Aku nggak membawanya nanti kita bertemu lagi," kata terakhir Flower sambil mencoba pergi dari sana meninggalkan Bara.
Belum sempat Flower pergi jauh dengan cepat Bara meraih tangan kanan gadis berambut panjang sebahu itu. Spontan langkah Flower terhenti dan tidak sengaja ia jatuh ke dalam dekapan Bara. Deg, Flower kaget bukan main begitu juga dengan Bara. Ia tidak menyangka jika Flower akan jatuh ke dalam dekapannya saat ini, jantung flower berdetak begitu sangat cepat seakan ada sesuatu yang sedang pesta di dalam sana. Begitu juga dengan Bara, jantungnya semakin berdetak cepat saat mereka berdua saling menatap. Tidak lama Flower melepaskan lengan Bara secara paksa, ia mendorong Bara yang sedang mendekapnya dengan kencang. Hasilnya Bara tidak bisa melawan Flower dan tanpa disangka gadis itu tidak bisa menyeimbangkan dirinya untuk berdiri dengan tegap. Ia terhempas jatuh ke lantai karena kakinya tersandung kaki meja yang ia tempati tadi.
Buk, gadis itu terjatuh dalam posisi duduk merasa kesakitan. Bara yang melihatnya begitu kaget bukan main. Ia merasa bersalah karena tidak bisa meraih tangan Flower saat itu. Bara melihat wajah Flower begitu sangat kesakitan dengan cepat ia menghampiri Flower dan membantunya.
"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Bara panik sambil matanya menjelajahi tubuh Flower mencari apa ada yang luka.
Tapi gadis itu tidak menjawab ia hanya merintih kesakitan sambil memegangi daerah perutnya.
"Sakit!" Flower merintih kesakitan sambil memegang lengan Bara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments