3. Mulai Jatuh Cinta

Beberapa bulanpun berlalu, tak terasa sekarang usia pernikahan mereka sudah menginjak satu tahun lamanya. Kini mereka tinggal di rumah sendiri, hadiah pernikahan dari Pak Arga. Rumah yang cukup sederhana, namun terkesan mewah.

"Kamu sudah bangun mas?Aku sudah siapkan sarapan di meja. Kita sarapan dulu ya!" ajak Agnia setelah menyelesaikan masakannya.

"Iya sebentar, aku mau mandi dulu!" teriak Cahya dari dalam kamar. Setelah beres mandi, Cahya segera bersiap ke kantor.

"Ini mas, aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu." ujar Agnia yang langsung menyendokan nasi diatas piring beserta lauknya.

"Wah sepertinya enak," timpal Cahya yang langsung tergiur melihat makanan kesukaannya.

"Kamu kenapa tidak makan?" tanya Cahya heran melihat Agnia yang hanya memperhatikan Cahya saat makan.

"Aku belum lapar mas, nanti saja. Toh aku juga tidak akan kemana-mana," jawab Agnia.

Selesai menyantap makanannya, Cahya pun bergegas pergi ke kantor.

"Aku berangkat dulu ya!" pamit Cahya sambil berlalu keluar.

"Iya mas, ini tasnya!" Agnia memberikan tas yang dibawanya dan mencium punggung tangan Cahya sebelumnya.

"Agnia tunggu, cup... Aku pergi dulu ya assalamu'alaikum." pamit Cahya yang sebelumnya mengecup pucuk kepala Agnia.

Seketika Agnia terkejut karena untuk pertama kalinya Cahya mendaratkan kecupan sebelum berangkat bekerja. Perasaannya seolah bergetar, ada rasa malu sekaligus senang yang ia rasakan.

Sebelumnya Cahya tampak dingin, namun entah mengapa hari ini ada kehangatan yang mulai dirasakan Agnia setelah menikah. Mungkin karena kami sudah menjalani kehidupan bersama.

Seiring berjalannya waktu, mereka mulai memahami sifat mereka masing-masing. Cinta mulai tumbuh diantara mereka. Seperti pepatah jawa yang mengatakan, "Witing Tresno Jalaran Soko Kulino." Cinta itu hadir seiring berjalannya waktu dan seringnya mereka menghabiskan waktu bersama.

Setelah kepergian Cahya, Agnia melakukan rutinitas seperti biasa membereskan pekerjaan rumah. Mulai dari mencuci pakaian, mengepel lantai, bahkan pekerjaan kecil lainnya. Hampir seharian penuh ia membereskan rumah.

Tak terasa sore hari mulai menjelang, Agnia masih sibuk menyiapakan makanan di dapur.

Ting... tong...

"Assalamu'alaikum..." teriak seseorang dari luar.

"Tunggu sebentar," jawab Agnia dari dapur.

"Mas sudah pulang?" tanya Agnia yang langsung meraih tangan Cahya dan meletakan tangan Cahya di atas kepala Agnia.

"Aku siapkan makan dulu ya mas," pamit Agnia ke dapur.

"Iya, aku juga mau mandi dulu," timpal Cahya.

Tak berapa lama, Agnia beres menghidangkan makanannya di atas meja. Sebagai istri yang baik, Agnia mencoba untuk memberikan semua hal yang bisa ia lakukan untuk suaminya.

Setelah selesai Agnia bergegas untuk mandi.

Saat akan ke kamar mandi, Cahya yang sejak tadi memperhatikan Agnia merasa salah tingkah.

"Tunggu," cegah Cahya saat Agnia akan melangkah ke kamar mandi.

"Kenapa mas," tanya Agnia polos.

"Sini duduk dulu," pinta Cahya yang meraih tangan Agnia dan mendudukan Agnia di tepi ranjang.

Agnia pun mengekor, mengikuti langkah Cahya dari belakang.

"Agnia, apa kamu sudah siap sekarang?" tanya Cahya yang tiba-tiba ingin melakukan kewajibannya. Dia berfikir jika dia telah salah, belum melakukan kewajibannya sebagai seorang suami. Padahal selama ini Agnia selalu belajar untuk menjadi istri yang baik.

"Maksud mas?" tanya Agnia lagi yang masih belum mengerti maksud pembicaraan Cahya.

"Begini, apa sekarang aku boleh menyentuhmu?" tanya Cahya ragu.

"Boleh mas, sekarang kan kita sudah halal," jawab Agnia sedikit canggung.

Setelah menerima lampu hijau, Cahya mulai mendekati Agnia. Cahya mulai memegang tangan Agnia, mencumbu bibir ranum Agnia. Agnia yang baru pertama merasakan sentuhan itu merasa tak biasa. Ada rasa malu, namun lama kelamaan ia pun mulai terbawa suasana.

Semakin kesini, semakin Cahya ******* bibir Agnia. Tanganya menjelajah memegangi gunung kembar milik Agnia. Agnia mulai menikmati setiap aksi yang dilakukan suaminya. Hasrat Cahya seolah tak terbendung lagi. Cahya mulai menaikan level permainannya. Cahya sudah tidak sabar ingin merasakan, kenikmatan yang selama ini ia tunda.

"Agnia, tahan ya?" dengan sangat hati-hati Cahya mulai memasukan juniornya.

"Aw, sakit mas," Agnia merasakan sakit dan keluar darah segar karena ia baru melakukannya sekarang.

Perlahan tapi pasti, Cahya mulai memaju mundurkan miliknya. Agnia yang awalnya merasakan sakit, kini ia mulai menikmatinya. Hampir satu jam sudah mereka melakukan malam pertama yang seharusnya mereka lakukan sejak dulu.

Ada rasa sesal yang Cahya rasakan, " bodohnya aku kenapa tidak dari dulu aku lakukan ini," gumam batinnya ditengah-tengah permainan tersebut.

Setelah mencapai puncak kenikmatan itu, mereka pun tergulai lemas. Agnia yang tadinya akan mandi, mengurungkan niatnya untuk beristirahat sebentar. Begitupun dengan Cahya yang langsung tertidur setelah melaksanakan permainannya.

Setelah beberapa jam tertidur mereka pun terbangun dimalam hari. Entah mengapa rasanya Cahya ingin menambah hal yang tadi ia rasakan. Dengan seizin Agnia, Cahya kembali melakukan aksinya lagi. Namun kali ini Cahya yang memegang kendali. Setelah selesai mereka pun tergulai lemas dan tertidur hingga pagi.

Matahari bersinar begitu terangnya. Terdengar suara burung berkicauan. Agnia yang sudah terbangun sejak pagi sudah disibukan dengan berbagai pekerjaan rumahnya. Sementara Cahya sudah berangkat ke kantor sedari tadi.

Beberapa bulan pun berlalu, entah mengapa sudah beberapa hari ini Agnia sering merasa pusing dan mual di pagi hari. Agnia seperti tidak bersemangat. Rasanya selalu lemas. Karena pekerjaan rumah yang sudah menunggu, mau tidak mau membuat Agnia harus tetap menjalankan kewajibannya.

Meski dirinya merasa pusing dan sedikit lelah, akan tetapi Agnia mencoba mengerjakan pekerjaannya satu persatu. Tak terasa hampir seharian penuh Agnia mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Namun karena kelelahan Agnia merasa sangat pusing.

"Aduh, kenapa dengan kepalaku ini. Kok tiba-tiba pusing sekali." gumamnya sambil memegangi kepalanya. Tak berapa lama akhirnya Agnia jatuh pingsan di dapur.

Beberapa jam kemudian Cahya baru pulang dari kantor.

Ting.. tong..

"Agnia kemana ya? Kok lama amat buka pintunya?" gumam Cahya sambil memijit bel beberapa kali. Karena cemas Cahya mencoba membuka pintunya.

"Loh kok tidak di kunci?Agnia.. Agnia, kamu dimana?" pekiknya sambil mencari Agnia ke seluruh ruangan.

Seluruh ruangan telah Cahya susuri, namun hasilnya nihil. Namun ada satu ruangan yang belum ia datangi yaitu dapur. Dengan tergesa-gesa Cahya berlari menuju ke arah dapur, dan benar saja Cahya melihat Agnia tergeletak di dapur.

"Agnia.. Agnia, kamu kenapa?" teriak Cahya sambil mengguncangkan tubuh Agnia.

Tanpa berfikir panjang, Cahya langsung membawa Agnia ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Dengan kecepatan tinggi Cahya melajukan kendaraannya. Beberapa menit kemudian sampailah Cahya ke rumah sakit.

Cahya membopong Agnia ke dalam rumah sakit dan Agnia langsung di larikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).

"Tolong segera periksa istri saya dok. Saya menemukan istri saya sudah tidak sadarkan diri." ujar Cahya yang begitu cemas melihat keadaan Agnia.

"Baiklah tuan, silahkan anda tunggu diluar dulu." jawab dokter tersebut.

Tak berapa lama, dokter itu kelaur setelah memeriksa Agnia.

"Selamat tuan, anda akan menjadi seorang ayah! Istri anda hanya kelelaha." ujarnya.

"Apakah itu benar dok? Apa saya boleh menemui istri saya?" Cahya meminta izin karena tidak sabar ingin bertemu dengan Agnia.

"Silahkan pak! Saya permisi dulu!" dokter mempersilahkan dan pamit keruangannya.

"Terima kasih Agnia!" ujar Cahya yang baru saja masuk dan langsung menghampiri Agnia yang langsung memeluknya.

"Terima kasih untuk apa mas?" tanya Agnia yang menautkan kedua halisnya karena ia tidak mengerti.

"Kamu akan menjadi seorang ibu Agnia!" jelas Cahya.

"Apakah itu benar mas?" tanya Agnia lagi yang masih tidak percaya.

"Iya Agnia tadi dokter sendiri yang memberitahuku." jawab Cahya antusias.

Setelah dinyatakan sehat Agnia pun diizinkan untuk pulang, namun ia tidak boleh melakukan aktifitas yang berat.

Semenjak mengetahui Agnia hamil, Cahya menjadi lebih perhatian dan mulai menjadi suami yang siap antar jaga. Tentu Agnia merasa senang dan bahagia karena kehamilannya membuat hubungan Agnia dan Cahya semakin dekat.

Setiap hari Cahya selalu memberikan perhatiannya. Mulai dari bangun tidur, Cahya selalu membuatkannya susu untuk ibu hamil. Sebelum pergi ke kantor, Cahya selalu membereskan rumahnya terlebih dahulu. Hal itu ia lakukan agar Agnia tidak terlalu banyak mengerjakan pekerjaan rumah.

Selain itu melakukan pekerjaan rumah, ternyata Cahya juga piawai dalam memasak. Cahya menyiapkan sendiri makanan untuknya dan untuk Agnia. Dimasa kehamilan, Agnia harus banyak memakan makanan yang bergizi.

Agnia harus banyak makan dan buah. Setelah pekerjaannya beres, Cahya baru bersiap untuk pergi ke kantor.

"Terima kasih mas!" ujar Agnia yang langsung memeluk suaminya dari belakang.

"Terima kasih untuk apa Agnia?" tanya Cahya yang merasa terkejut karena Agnia tiba-tiba memeluknya.

"Terima kasih karena kamu sudah sangat perhatian dan sudah banyak membantu pekerjaan rumah." jelasnya.

"Ini sudah kewajibanku sebagai seorang suami Agnia. Jadi kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku." jawabnya yang langsung membalas pelukan istrinya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya.

Assalamu'alaikum.!" pamit Cahya yang terlebih dahulu mencium kening Agnia.

"Iya mas, wa'alaikummusalam warrohmatullohi wabarokatuh." jawab Agnia.

Terpopuler

Comments

Windarti08

Windarti08

maaf Thor, pada kalimat "mungkin karena kami sudah menjalani kehidupan bersama" harusnya bukan 'kami' tapi 'mereka' karena bab ini kan POV author 🙏

2023-05-09

2

🐈"€£! S@",,, P,,,

🐈"€£! S@",,, P,,,

awal awal yg sangat manis

2021-12-31

2

Kirana Pramudya

Kirana Pramudya

Selamat Agnia, Bumil....

2021-12-30

2

lihat semua
Episodes
1 1. Perjodohan
2 2. Pernikahan
3 3. Mulai Jatuh Cinta
4 4. Bertemu Mantan
5 5. Teringat Masa Lalu
6 6. Kembali Bertemu
7 7. Merasa Iba
8 8. Pernikahan Kedua
9 9. Melahirkan
10 10. Ketahuan
11 Pilih Aku atau Dia?
12 12. Semua Hanya Demi Ibu
13 13. Sakit Parah
14 14. Mulai Berubah
15 15. Harus Bilang Apa?
16 16. Sepandai-pandainya Bangkai diKubur Pasti Akan Tercium Juga
17 17. Hal Yang Tidak Terduga
18 18. Tinggalkan Dia atau Ceraikan Aku!
19 19. Ibu...
20 20. Gara-Gara Cahya
21 21. Jangan Tinggalkan Aku, Bu..
22 22. Kemana Rehan?
23 23. Mulai Bekerja
24 24. Ada yang Aneh
25 25. Merasa Sepi
26 26. Perasaan Yang Sesungguhnya
27 27. Kedatangan Orang Tua Bayu
28 28. Pertengkaran Agnia
29 29. Pertemuan Agnia dengan Orang Tua Bayu
30 30. Saat Mengetahui Yang Sebenarnya
31 31. Jangan Ganggu Aku!
32 32. Datang Kembali
33 33. Bertemu Rizal
34 34. Kecelakaan
35 35. Kehilangan
36 36. Ketahuan
37 37. Tidak Ada Kesempatan Yang Kedua, Bahkan Yang Ketiga!
38 38. Curahan Hati Agnia
39 39. Permintaan Maaf
40 40. Bertemu Seseorang
41 41. Ternyata Seorang Dokter
42 42. Maafkan Aku...
43 43. Kecelakaan
44 44. Merasa Bersalah
45 45. Kehilangan Pekerjaan
46 46. Rasa Yang Tak Biasa
47 47. Kedatangan Ayah
48 48. Maafkan Agnia yah..
49 49. Perkenalan Yang Tak Terduga
50 50. Lamaran
51 51. Pendekatan
52 51. Mas Cahya?
53 52. Masih Flash Back
54 53. Kisah Miris Cahya
55 54. Apa Yang Kita Tanam Itulah Yang Kita Tuai
56 55. Kabar Bahagia
57 56. Tamat
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Perjodohan
2
2. Pernikahan
3
3. Mulai Jatuh Cinta
4
4. Bertemu Mantan
5
5. Teringat Masa Lalu
6
6. Kembali Bertemu
7
7. Merasa Iba
8
8. Pernikahan Kedua
9
9. Melahirkan
10
10. Ketahuan
11
Pilih Aku atau Dia?
12
12. Semua Hanya Demi Ibu
13
13. Sakit Parah
14
14. Mulai Berubah
15
15. Harus Bilang Apa?
16
16. Sepandai-pandainya Bangkai diKubur Pasti Akan Tercium Juga
17
17. Hal Yang Tidak Terduga
18
18. Tinggalkan Dia atau Ceraikan Aku!
19
19. Ibu...
20
20. Gara-Gara Cahya
21
21. Jangan Tinggalkan Aku, Bu..
22
22. Kemana Rehan?
23
23. Mulai Bekerja
24
24. Ada yang Aneh
25
25. Merasa Sepi
26
26. Perasaan Yang Sesungguhnya
27
27. Kedatangan Orang Tua Bayu
28
28. Pertengkaran Agnia
29
29. Pertemuan Agnia dengan Orang Tua Bayu
30
30. Saat Mengetahui Yang Sebenarnya
31
31. Jangan Ganggu Aku!
32
32. Datang Kembali
33
33. Bertemu Rizal
34
34. Kecelakaan
35
35. Kehilangan
36
36. Ketahuan
37
37. Tidak Ada Kesempatan Yang Kedua, Bahkan Yang Ketiga!
38
38. Curahan Hati Agnia
39
39. Permintaan Maaf
40
40. Bertemu Seseorang
41
41. Ternyata Seorang Dokter
42
42. Maafkan Aku...
43
43. Kecelakaan
44
44. Merasa Bersalah
45
45. Kehilangan Pekerjaan
46
46. Rasa Yang Tak Biasa
47
47. Kedatangan Ayah
48
48. Maafkan Agnia yah..
49
49. Perkenalan Yang Tak Terduga
50
50. Lamaran
51
51. Pendekatan
52
51. Mas Cahya?
53
52. Masih Flash Back
54
53. Kisah Miris Cahya
55
54. Apa Yang Kita Tanam Itulah Yang Kita Tuai
56
55. Kabar Bahagia
57
56. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!