Berbagi Cinta : Ternyata Aku Dikhianati
Printer berbunyi nyaring meramaikan suasana pagi yang sepi di kantor. Secarik kertas HVS ukuran F4 keluar perlahan dari dalam mesin itu. Agnia baru saja print out laporan stock periode on hand dari sistem. Ia memegang tanggung jawab untuk mengurus stock gudang dan ATK. Laporan hasil print out itu lalu diambilnya dan ia segera ke gudang.
Ruang produksi di dalam sana masih sepi. Belum ada aktivitas produksi sama sekali. Beberapa karyawan gudang sudah datang dan tampak bersantai. Pak Hadi selaku asisten manager gudang sedang duduk di kursinya memeriksa laporan produksi kemarin yang tertumpuk di meja.
Agnia lalu membuka pintu dan menutupnya kembali. Kemudian menghampiri atasannya dan berdiri menghadap Pak Hadi.
“Ini laporan stock periode hari ini Pak,” kata Agnia sambil menyodorkan laporan itu ke Pak Hadi. Pria berusia 42 tahun itu lalu menoleh ke laporan tersebut. Mengambilnya dengan santai dan memeriksanya.
“Oke,” kata Pak Hadi singkat.
"Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu," titah Pak Hadi.
"Baik Pak," jawab Agnia sambil berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
Sementara di ruangan lain, Pak Adi Purnama selaku direktur di kantor itu sedang melihat laporan keuangan bulan ini. Alangkah terkejutnya saat Pak Adi melihat bahwa pendapatan bulan ini sangatlah berkurang.
"Bagaimana ini, jika terus-terusan seperti ini perusahaan ini akan gulung tikar," gumamnya yang terlihat frustasi.
"Ayah kenapa?" tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut, yang ternyata anaknya sendiri Cahya Purnama.
"Ini nak, kamu lihat laporan ini!" Pak Adi langsung menyodorkan laporan itu pada Cahya.
"Apa? Kenapa laporan bulan ini bisa turun sangat drastis! Kalau begini perusahaan kita bisa bangkrut yah!" tegas Cahya yang tak kalah terkejutnya dari Pak Adi.
"Itulah yang sedang ayah pikirkan nak, jika terus-terusan seperti ini bisa-bisa perusahaan kita gulung tikar. Bagaimana kalau kamu ayah jodohkan dengan anaknya Pak Arga Wijaya, investor terbesar kita. Pasti perusahaan kita akan stabil lagi," tegas Pak Adi.
"Apa yah? Dijodohkan?" tanya Cahya yang menautkan kedua halisnya.
"Iya nak, ayah tahu pasti kamu akan setuju dengan rencana ayah ini kan?" Pak Adi sangat percaya diri jika Cahya pasti akan menuruti keinginannya.
"Baik yah jika itu bisa membuat ayah bahagia," lirih Cahya.
"Ini juga untuk kebaikanmu nak," Pak Adi berusaha menenangkan Cahya dan mengusap punggungnya.
Tanpa membuang waktu, Pak Adi langsung menghubungi investor tersebut yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
📱"Halo Ga selamat siang?"
📱"....................................."
📱"Baik kalau begitu besok aku akan berkunjung ke rumahmu bersama keluargaku."
📱"..................................."
"Ayah sudah bicara dengan teman ayah, dan besok kita langsung ke rumahnya," jelas Pak Adi.
"Baik yah!" jawab Cahya singkat.
Keesokan harinya.
"Bu Ayo kita sudah terlambat!" Pekik Pak Adi kepada istrinya Sinta Nurmala.
"Iya Pak sebentar lagi," teriak Bu Sinta dari arah kamar yang masih mengenakan hijabnya.
"Ayo Pak!" ajak Bu Sinta.
"Mari nak," ajak Pak Adi kepada Cahya yang sudah sejak tadi menunggunya di ruang tamu.
Mereka segera bergegas menuju kediaman rumah Pak Arga Wijaya yang sebelumnya sudah membuat janji.
Dengan kecepatan penuh Cahya melajukan kendaraannya. Di jalan begitu ramai kendaraan berlalu lalang. Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, tibalah Cahya dan keluarganya di kediaman Arga Wijaya.
Ting... tong...
Pak Adi langsung memijit bel rumah Pak Arga. Tak berapa lama, datanglah seseorang membukakan pintu gerbang.
"Dengan Pak Adi Purnama?" Sapa seorang security sambil menggeser gerbang rumahnya.
"Iya betul," jawab Pak Adi.
"Silahkan anda sudah ditunggu oleh tuan di dalam," ucap security itu sambil mempersilahkan masuk.
"Baik terima kasih," Pak Adi berlalu dan keluar dari dalam mobil beserta Cahya dan juga istrinya.
"Hai, Adi apa kabar?" tanya Arga yang memang sudah menantikan kedatangan sahabatnya Adi sejak masih kecil dulu.
"Hai, apa kabar juga kamu!" jawab Pak Adi dengan sumringah dan langsung memeluk sang sahabat.
"Jeng apa kabar?" sapa Bu Hana yang langsung menghampiri Bu Sinta.
"Kabar baik, jeng sendiri gimana?" tanya Bu Sinta yang langsung memeluk hangat Bu Hana.
"Oiya, perkenalkan ini anak kami namanya Agnia Mufida," Pak Arga memperkenalkan.
"Sepertinya aku pernah lihat dia. Tapi dimana ya? Bukannya dia karyawan di bagian gudang ya?" gumam batin Cahya bermonolog.
Ehem.. ehem..
Pak Adi berdehem seolah sedang batuk.
"Kenapa cantik ya? Sampai bengong begitu liatinnya," goda Pak Adi yang melihat Cahya tak berkedip melihat Agnia.
"Mmhh, enggak Pak. Anu.." Cahya menjadi salah tingkah gara-gara ucapan ayahnya sendiri.
"Ayah tahu, kamu pasti berfikir jika kamu pernah melihat dia ya?" tebak Pak Adi mencoba menerka.
"Kok ayah bisa tahu?" tanya Cahya sambil menautkan kedua halisnya.
"Iyalah ayah tahu, orang dia memang lagi magang di perusahaan kita kok," jelas Pak Adi.
"Pantas saja, aku seperti sudah melihat dia. Tapi ga tau dimana,"
Semua orang tertawa mendengar penjelasan Cahya.
Ada rasa bahagia yang terpancar dari dua keluarga tersebut.
"Ayo perkenalkan, diri kamu?" tunjuk Pak Adi pada Cahya.
"Saya Cahya," lirih Cahya yang langsung menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
"Saya Agnia Mufida," jawab Agnia yang menyatukan kedua tangannya.
Cahya yang sudah terlanjur menyodorkan tangannya cepat-cepat menarik tangannya kembali karena malu.
"Maaf nak Cahya, Agnia memang begitu. Dia tidak mau bersentuhan dengan lelaki yang bukan muhrimnya," jelas Pak Arga.
"Tidak apa-apa Pak, saya mengerti," jawab Cahya sedikit canggung dan menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Ngomong-ngomong silahkan duduk! Masa iya mau berdiri terus," timpal bu Hana mempersilahkan.
"Mba Sum, tolong ambilkan makanan dan minuman!" teriak Bu Hana yang memanggil asisten rumah tangganya.
Tak lama datanglah Mba Sumi yang membawa beberapa minuman dan makanan ringan.
"Silahkan di minum Pak, Bu," tawar Mba Sum.
"Iya mba, makasih," jawab Bu Sinta.
"Jadi bagaimana dengan rencana kita Di?" tanya Pak Arga.
" Apa anakmu mau ga?" tanya Adi lagi.
"Begini Agnia, Ayah dan om Adi sudah berencana untuk menjodohkan kalian berdua. Apa kamu bersedia?" tanya Pak Arga pada anaknya.
"Apa? Di jodohkan? Ya kalau aku terserah Ayah saja," jawab Agnia sambil menunduk karena malu.
"Tuh kan di, jadi kita sepakat ya?" tegas Pak Arga.
"Pastinya, Cahya juga pasti mau. Agnia kan cantik," goda Pak Adi.
"Ish, ayah apaan sih!" timpal Cahya yang merasa malu karena ulah ayahnya.
"Nah kalau kaya gini kan enak, kita sama-sama sepakat ya," timpal Pak Adi.
Sejak saat itu mereka mulai mempersiapkan pernikahan keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Windarti08
hay aku mampir Thor🤗🤗
tertarik baca judulnya dan liat episodenya gak panjang.
semoga ceritanya benar-benar menarik.
aku langsung like dan subscribe ya kak... klo bagus aku vote juga
2023-05-09
1
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut
2022-10-03
0
R-Niie
siap kak aku mampir juga 😊
2022-02-08
1