Aku Ezra, Ezra Syahreza Wiraguna Harley. Putra bungsu pasangan Dimas Abraham Wiraguna Harley keturunan Belanda Indonesia dan Aisyah Amalia asli Sunda. Aku punya dua orang kakak, kakakku yang pertama pria tampan dan cool, tapi akan hangat bila sedang bersama kami keluarganya. Kakakku kedua sicantik Nayla, sederhana, bijaksana dan yang pasti dia wanita yang lemah lembut dan penyayang. Sifat baik ayah dan bunda semua ada padanya. Ok, itu sekilas tentang aku dan keluargaku.
Sebagai anak bungsu aku sedikit dimanja, ingat hanya sedikit. Ayah dan bunda tidak pernah membedakan cara mendidik ketiga anaknya, biar memiliki harta yang berlebih bukan berarti kami bisa menghamburkan uang begitu saja. Itu poin penting cara ayah dan bunda mendidik kami.
"Za, uang itu bukan segalanya yang bisa membuat kita bahagia" itu nasehat Mbak Nayla untukku.
Nasehat yang masuk telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri, tapi Mbak Nay tidak pernah menyerah untuk mengingatkanku. Karena itu sampai saat ini aku selalu ingat setiap ucapannya. 'I love you and miss you mbak'
Aku yang berbeda dengan kedua kakakku merasa dapat angin segar saat kakak sepupuku Kak Heru, yang sekarang menjadi pimpinan tertinggi diperusahaan Harley sering memberiku fasilitas lebih. Ayah sering menasehati Kak Heru untuk berhenti menuruti keinginanku, tapi Kak Heru selalu membelaku.
"Biar saja yah, Eza itu calon pimpinan di perusahaan Harley berikutnya, biar saja dia menikmati hidupnya saat ini, karena setelah dia memimpin semuanya, tidak ada lagi waktunya untuk bersenag-senang"
Semula perkataan Kak Heru kukira sebagai pembelaan untukku, tapi semakin bertambahnya waktu dan usiaku aku baru menyadari kalau akan ada tugas berat yang harus aku tanggung bila nanti mengantikan posisinya.
Karena itulah sekarang aku dikirim olehnya kenegeri Paman Sam untuk melanjutkan pendidikanku. Awalnya aku sangat keberatan jauh dari keluarga dan sahabat-sahabatku dan juga kekasihku. Kekasih? ya statusnya dia kelasihku, tapi jujur aku tidak mencintainya sedikitpun.
"Tega lo Za mainin perasaan Diandra" protes temanku Gevin, saat aku mengatakan yang sejujurnya.
"Ya, gue terima dia jadi pacar gue karena gue kasihan aja sama dia yang terus-terus ngejar gue" jawabku apa adanya.
Banyak cewek yang sering ngasih perhatian lebih, tapi aku tidak bisa begitu saja menyukai mereka. Beda kasus dengan Diandra, walau aku tidak ada rasa setidaknya dia masih punya nama buat jadi pacarku dibandingkan cewek-cewek lain diluar sana.
"Gue terima Diandra buat manfaatin dia juga" aku memberitahu sahabat-sahabatku. Ya, aku memanfaatkan Diandra untuk menghentikan para gadis-gadis lain untuk berhenti menggangguku dengan tingkah aneh-aneh mereka.
Sebenarnya ini salahku yang tidak mengikuti jejak Kak Adam dan Mbak Nayla, mereka tidak pernah disibukkan dengan urusan penggemar seperti aku. Karena mereka merahasiakan jati diri mereka sebagai keturunan Harley, untuk itula mereka bisa hidup damai seperti orang-orang lain pada umumnya.
Walaupun karena menyembunyikan statusnya, Kak Adam pernah ditolak perempuan karena orang tuanya sangat ingin memiliki menantu dari keluarga Harley. Lucu ya menolak yang diinginkan. Ayah Dimas tidak suka punya besan yang mengejar status dan harta, karena itu kakakku bersedia dijodohkan dengan wanita tulus dan sholeha dari negeri jiran Malaysia walau dia tidak mencintainya.
Dari cerita Kak Adam kita bisa mengambil kesimpulan, sulit saat ini mencari orang yang tulus pada kita tanpa embel-embel harta dan status.
"Gue tau, lo manfaatin dia buat pansos, makanya lo terima Diandra jadi pacar lo" Jevan yang bicara.
"Pansos? yang benar saja. Aku Ezra Syahreza sudah lebih punya nama dari pada Diandra" bukan sombong tapi ini kenyataan, nyatanya setelah dia mengumumkan kalau jadi kekasihku namanya langsung jadi tranding topic di media-media sosial dan juga berita-berita gosip. Dia sering dipanggil ke stasiun televisi untuk konfirmasi kebenaran hubungan kami.
"Diandra kamu hebat bisa menaklukan hati seorang Ezra Syahreza" pembawa acara itu memuji Diandra, sementara tu cewek hanya tersenyum-senyum. Jujur aku tidak suka dengan senyum yang tidak tulus seperti itu.
Lupakan saja sekarang aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengan cewek murahan seperti dia. Murahan? ya itu nama yang pantas untuknya.
Aku belum pernah jatuh cinta, sekarang aku merasakannya. Hatiku tertambat pada seorang gadis cantik yang hanya bisa aku pandangi wajahnya lewat foto.
Setahun yang lalu saat pesta pernikahan Mbak Nayla, aku melihat adik sahabatku ikut hadir bersama orang tuanya. Dia cantik, sangat-sangat cantik berbeda jauh dengan Diandra yang saat itu sedang mengandeng tanganku.
Waktu itu aku masih pacaran dengan Diandra walau sebenarnya malam itu aku punya rencana buat mustusin dia. Bukan tanpa sebab aku nekat putus dengannya, tapi aku punya sesuatu yang membuat dia tidak bisa berkutik untuk menerima kata putusku. Back to topic.
Gadis itu istimewah, tanpa make up yang berlebih aura kecantikannya tetap terlihat. Matanya kecil, kulitnya putih bersih, senyumnya, senyum penuh ketulusan, itu yang aku suka. Aku ingin menyapanya tapi Diandra tidak melepaskan tangannya sedikitpun dari lenganku. Aku hanya bisa tersenyum saat dia tidak sengaja mengarah menghadapku.
Dia tersenyum, dia membalas senyumku. Senyum penuh ketulusan, sungguh kalau saja si ulat bulu saat itu tidak menempel padaku aku akan langsung menghampirinya. Mengajaknya pergi dari pesta itu dan menghabiskan waktu hanya bersamaku. Sayangnya itu hanya harapanku.
Malam itu setelah aku bicara dengan Diandra untuk putus dengannya dengan menunjukkan bukti perselingkuhannya, aku kembali ke ballroom hotel dimana pesta pernikahan kakaku Nayla berlangsung. Aku mencari keberadaannya, ternyata dia diatas panggung sedang dipeluk bunda. Biarlah bunda yang memawakiliku memeluknya malam itu. Karena setelah itu dia ikut pulang bersama orang tuanya dan kakaknya yang juga sahabatku.
Aku mungkin belum bisa memperkenalkan diriku dihadapannya secara langsung, tapi aku yakin waktu itu akan datang. Saat itu aku akan menunjukkan rasa sayangku padanya. Satu hal yang membuatku tenang, sahabatku pernah bicara kalau adiknya tidak boleh memiliki kekasih kalau belum lulus sekolah. Itu berarti tepat saat dia lulus, saat itu juga aku menyelesaikan pendidikannku disini.
Ponselku berbunyi, ku lihat siapa yang menghubungiku, ternyata bunda kesayanganku.
"Iya bundaku tersayang" bunda terkekeh.
"Assalamualakaikum kasep" sapa bunda. Aku garuk-garuk kepala, karena lupa mengucap salam.
Aku membalas salam bunda. Bunda memberiku kabar kalau dia sekarang di kediaman Harley, dimana lagi kalau bukan tempat kelahiran kakek buyutku di Belanda.
"Bunda sendiri?" tanyaku saat bunda bilang dia kesepian.
Sebenarnya itu cara bunda untuk meminta aku terbang ke negeri kincir angin itu untuk menemaninya.
"Bunda sedang menunggu Kak Adam, tapi keberangkatannya ditunda" jelas bunda.Tentu saja aku tidak tega mendengar bunda kesepian.
Baiklah bunda, bunda memang tidak memintaku untuk menemani, tapi aku Eza, anak bunda. Aku tahu apa yang bunda inginkan sebenarnya.
Aku mengecek jadwal pelajarannku untuk satu minggu kedepan. Tidak ada masalah bila aku terbang ke Belanda. Aku juga sudah rindu bunda, rindu masakan bunda, rindu pelukan bunda, rindu semua yang ada pada bunda. Bunda I'm coming.
...Bila Aku Jatuh Cinta...
...💐💐💐🌹🌹💐💐💐...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments