BILA AKU JATUH CINTA
Aku Almaira, Nyanyu Almaira Rahmadhani. Jangan mengira aku lahir dibulan suci ramadhan ya, karena itu salah besar. Aku dapat nama Rahmadhani dari gabungan nama kedua orang tuaku. Mama Rahma dan Papa Dhani, jadilah Rahmadhani. Tapi keluarga dan sahabatku lebih suka memanggilku Al atau Cek Al, singkat padat dan jelas kata mereka. Ck memangnya aku berita yang memberikan informasi sehingga punya slogan singkat, padat dan jelas. Ups lupakan masalah singkat, padat dan jelas karena aku juga menyukai panggilan Al untukku.
Sekarang kita lanjut bahas nama yang ada didepan Almaira. Nyanyu, ini bukan nama melainkan gelar kebangsawanan yang ada didaerahku, khususnya untuk keturunan asli orang-orang suku Palembang. Walau Nyanyu adalah kasta keempat atau yang terakhir tapi tetap ada kebanggan bisa menggunakan gelar itu. Penting? Untuk zaman modern sekarang gelar itu tidak begitu penting, tapi bila ada acara penting, nama itu akan sangat berarti.
Kita lupakan masalah nama, aku bercerita seperti itu hanya untuk mengusir rasa bosan karena harus menunggu. Menunggu adalah hal yang sangat tidak aku sukai sejak dulu. Namun demi membuat nama usaha kerajinan kain tradisional milik mama bisa go internasional, maka dengan toleransi yang sangat tinggi aku berdamai dengan kata menunggu.
Dan disinilah aku menunggu bersama kakak kesayanganku dan kedua sahabatku. Menunggu rombongan yang lain yang akan terbang ke negara kincir angin bersama kami.
"Kak benaran, Kak Rendy sama aku yang berangkat ke Belanda?" tanyaku tidak yakin satu bulan yang lalu, saat mama Rahma memberitahu kalau aku dan kak Rendy akan terbang ke Belanda.
"Kenapa bukan mama aja yang pergi?" tanyaku.
"Mama harus menemani papa, ada acara penting diperusahaan khusus direktur cabang seluruh Indonesia"
Kalau itu tugas negara, mama tidak mungkin tidak ikut. Tugas negara bukan berarti papa Dhani pejabat negara ya, itu salah besar. Tugas negara adalah kata ganti yang aku gunakan untuk tugas penting papa. Papaku karyawan perusahaan swasta terbesar di Indonesia, karena dedikasi yang tinggi ditambah kejujuran dan kesetiaanya pada perusahaan maka papa Dhani, papaku tersayang mendapatkan posisi sebagai direktur cabang Palembang sejak dulu sampai saat ini.
Tadi aku sempat bilang kalau aku menunggu bersama kakak dan dua sahabatku, ya aku memiliki dua orang sahabat, yang pertama namaya Elisya Aurora. Kami bersahabat sejak TK, sejak TK sampai sekarang sekolah menegah atas. Kami selalu satu sekolah dan satu kelas, bisa dibayangkan bagaimana dekatnya persahabatan kami? Ketika aku dan El, nama panggilan untuk Elisya duduk dibangku sekolah menengah pertama. Seorang Rangga Abdoelah ikut bergabung dalam persahabatanku dan Elisya. Kenapa si Doel, nama panggilan untuk Rangga yang aku dan Elisya sematkan padanya, diterima jadi sahabat?
Ceritanya panjang tapi aku singkat saja ya. Pertama karena dia baru pindah dari Jawa. Kedua dia masih punya hubungan saudara dengan Elisya. Ketiga tempat tinggal kami berdekatan. Itulah mengapa dia bisa bergabung dengaku dan Elisya, walau masih banyak alasan lain tapi untuk sementara itu saja yang aku beritahukan.
Sekarang jadilah kami trio Al, El, dan Doel, kata Danu adikku nama kami kayak nama anaknya artis, hehehe.
Kembali ceritaku sebulan yang lalu, karena aku akan terbang ke Belanda selama satu minggu, mau tidak mau dan itu wajib maka aku harus mengabari kedua sahabatku. Tanggapan mereka yang sudah bisa aku duga sebelumnya, mereka ikut terbang bersamaku ke Belanda. Jangan ditanya kok bisa? biaya perjalananya bagaimana? Aku kasih tahu ya, kedua sahabatku itu anak sultan. Elisya papanya pemilik perusahaan exportir yang termasuk dalam perusahaan bonafit dinegara ini. Selain itu papanya Elisya juga bisnis batubara sama seperti ayah Rangga, pengusaha batu bara yang kesultannya tidak diragukan lagi.
Karena mereka anak sultan, jadi uang bagi mereka bukan hal yang sulit untuk didapatkan. Tapi bukan berarti mereka punya sifat sombong, karena mereka tidak pernah memperlihatkan kalau mereka orang yang punya. Karena itulah, aku yang hanya anak karyawan dan pengrajin merasa nyaman berada didekat mereka. Terutama aku juga sangat tahu bagaimana mereka dan keluarga mereka.
Disinilah sekarang Elisya dan Rangga ikut duduk bersamaku dan kak Rendy menunggu pengrajin dari daerah lain yang satu-satu mulai datang dan bergabung bersama kami.
Waktunya terbang, aku bersama rombongan sudah ada didalam pesawat. Waktu tempuh perjalanan cukup lama sekitar lebih kurang empat belas jam jadi aku manfaatkan sebaik mungkin untuk istirahat. Karena begitu sampai di Belanda, disana aku dan kakakku dibantu Elisya dan Rangga harus mendekor stand kami semenarik mungkin.
Aku mau cerita sebelum kalian bertanya, kenapa aku dan kak Rendy dikirim mama ke Belanda? Jawabnya adalah, usaha kerajinan milik mama dikirim oleh pemerintah daerah kota Palembang untuk mewakili Pemerintah Kota Palembag ikut dalam festival Tong Tong.
Festival Tong Tong adalah festival terbesar di dunia untuk budaya Indo (Eropa-Indonesia), diadakan setiap tahun di Belanda. Didirikan pada tahun 1959 menjadi salah satu festival tertua dan festival akbar terbesar keempat di Belanda. Festival ini dipandu oleh tiga food court populer, teater kuliner, banyak tempat dengan ukuran sedang sampai besar untuk penampilan seni, area workshop, area untuk kuliah dan wawancara, daerah pasar, serta area-area spesifik yang bagus untuk perdagangan barang dagangan.
Sudah tahukan tujuan aku ke Belada adalah memamerkan produk kerajinan yang dihasilkan dari rumah kerajian tradisional milik mamaku, berharap disana produk yang kami pamerkan bayak yang berminat sehingga kami bisa membawa pulang nama-nama buyer yang akan kerjasama dengan usaha kerajinan mama.
Ini pengalaman pertamaku ikut pameran produk kerajinan mama diluar negeri, biasanya aku hanya membatu mama jaga stand pameran didalam kota atau di Jakarta, tentu saja dengan kedua sahabatku yang selalu ikut kemanapun aku pergi.
"Cuci mato Cek Al, pacak nyingok yang belagak" alasan Elisya mengapa dia mau ikut jaga stand. (cuci mata biar bisa lihat yang ganteng).
"Masih kecik la kanji kau ni" balasku waktu itu. (masih kecil kamu sudah genit). Ya, waktu itu kita masih sekolah menengah pertama, wajar kalau aku bilang masih kecil. Sekarang kami sudah kelas sepuluh, sebentar lagi naik ke kelas sebelas.
"Al" Elisya yang memanggilku, karena dia yang duduk disebelahku. Sementara Rangga duduk bersama kak Rendy.
Karena ini rombongan, udah bisa ditebakkan kalau pesawat yang kami tumpangi adalah kelas ekonomi, namanya juga gratisan hehehe. Ya biaya untuk ku dan kak Rendy gratis, sementara untuk Elisya dan Rangga pemerintah memberi keringanan dengan mengenakan biaya hanya separuh dari biaya normal. Semua papa Elisya yang mengurusnya karena selain pengusaha papa Elisya juga seorang anggota Dewan.
"Apa" jawabku.
"Kalau nanti aku ketemu cowok boleh ya aku pacari selama disana"
"What" aku terkejut dengan permohonan Elisya.
Bukan tanpa sebab aku terkejut, karena kami sudah punya janji sejak sekolah menengah pertama kalau kami tidak akan memikirkan cinta atau punya pacar sampai kami lulus sekolah menengah atas. Jadi untuk permohonanya saat ini benar-benar tidak kusangka.
"Kau nak minta digoco samo Doel yo" ( kamu mau minta dipukul sama Doel ya ) jawabku.
Elisya hanya menampilkan gigi putihnya yang rapi.
"Bercanda Cek Al, yang ada kamu duluan yang di taksir cowok ganteng" dia terkekeh tanpa dosa. Aku hanya bisa menggelengkan kepala.
...Bila Aku Jatuh Cinta...
...💐💐💐🌹🌹💐💐💐...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments