Diruang kerja Andi suasana hening, Rea masih berdiri didekat pintu, kemudian Andi mempersilahkan gadis itu untuk duduk di sofa.
"Apa Mamamu menghubungi?," tanya laki-laki itu.
"Tadi mama cuma kirim pesan, dia tidak menelpon," jawab Rea
"Apa yang mama mu bilang?" Andi tersenyum simpul seolah tau apa yang Lidia katakan ke anak perempuannya itu.
"Dia hanya menanyakan kabar ayah, memberi kabar kalau masih sibuk pemotretan di Paris"
"Om pikir mama mu menyuruhmu untuk tidak menemui om"
"Deg...... " Dada Rea tersentak
"Dari mana Om Andi bisa tau apa yang mama bilang ke aku tadi? apa alasan mama melarang aku untuk menemui om Andi, sepertinya mama lebih takut sama om Andi dari pada kakek dan ayah" pikir Rea
Laras sudah masuk ke dalam ruang kerja suaminya, meletakkan segelas jus untuk Rea dan secangkir teh untuk laki-laki yang sudah memberikannya dua orang anak itu.
"Terima kasih tante" Rea tersenyum kearah Laras kemudian melihat jus didepannya, ingin segera meraih gelas itu dan meminumnya, tapi dia sungkan.
Laras masih berdiri lalu membelai rambut Rea lembut dari belakang ,sambil melihat ke arah suaminya, perempuan itu menggelengkan kepala, Andi terlihat hanya mengganguk menggunakan kedua matanya.
" Rea, Om diminta mencari tau informasi tentang kakakmu oleh Pak Heru, kakekmu"
" Apa om sudah tau dimana kakak?"
" Dia sekarang ada dikota XX"
"Lalu kenapa om tidak langsung membawa nya kemari, kenapa kakek meminta aku harus mencari dan membujuknya? bukankah lebih mudah untuk om langsung menemuinya dan meminta dia untuk memberikan ginjalnya untuk ayah?"
Nafas Rea tersengal, dia meluncurkan kalimat sepanjang itu tanpa jeda, sepertinya beban dipikirannya sedikit berkurang.
Andi berdiri dari sofa menuju bagian depan meja kerjanya, membelakangi gadis itu, mengetuk-ngetuk meja dan bergumam dalam Hati.
"Kenapa kamu tidak berfikir, kalau kamu anak Farhan kenapa kamu tidak bisa mendonorkan ginjalmu untuk nya? oh...Bahkan aku hampir lupa, apakah kau itu anak Farhan atau bukan"
Andi tersadar mengingat gelengan kepala istrinya dibelakang Rea tadi. Kemudian berbalik menatap ke arah gadis itu.
"Rea, kakakmu sekarang bukan orang yang dengan mudah bisa kakekmu bawa kesini dan memaksa nya untuk mendonorkan ginjalnya"
"Kenapa seperti itu?," tanya Rea heran
Gadis itu bingung, kenapa hal seperti ini harus dia yang melakukan, padahal hal lain dapat dengan mudah diselesaikan laki-laki dihadapannya saat ini.
"Karena ibu kakakmu, sekarang sudah menikah dengan seorang jaksa yang luar biasa, tidak mudah untuk om bahkan kakekmu menyentuhnya"
Andi melanjutkan kalimatnya "Hanya kamu yang bisa melakukan ini Re,"
"Apa om sudah gila?"
Tanpa sengaja kalimat itu meluncur dari mulut Rea, membuat orang yang dari tadi menguping pembicaraan mereka dari luar terhenyak kaget
Flash back on
Laras menutup pintu setelah mengantar minuman ke ruang kerja suaminya tadi. Anak bujangnya masih berada didekat pintu penasaran menanyakan apa yg papa dan orang yg disukainya bicarakan didalam.
"Kamu ga latihan basket siang ini?"
"Ga mah, males," Jawab nya singkat
" Ya udah kamu sekarang bantuin mama sana jagain Aryan, bibi sibuk bantu mama masak soalnya," perintah Laras sambil berlalu meninggalkan anak bujangnya yang kepo berdiri didepan pintu sedari tadi.
"Aryan udah 7 tahun mah, masa main juga musti di jagain?"
Laras hanya melambaikan tangannya tanpa menengok kebelakang kemudian menggerakkan jari telunjuknya, membuat tanda untuk Arkan agar pergi dari posisinya sekarang. Tapi dasar Anak baru gede yang super kepo, ia tetap tidak bergeming.
"Dasar Rea, beraninya bilang papa gila, aku saja ga berani," gumam Arkan sampai teriakan dari mamanya membuat dia tersadar.
"Arkaaannnn... turun!"
Cowok itu baru beranjak dari depan pintu dan turun setelah diteriaki, melewati mamanya yang sedang sibuk menata meja makan, sambil berkata lirih
"Rea Sudah gila"
Arkan membuat tanda miring dengan Jari telunjuknya di keningnya.
"Dia ngatain papa gila," lanjutnya.
"Husss" hardik Laras ke anaknya yang sudah berlalu keluar pintu menemui adik yang diminta mamanya untuk dia jaga tadi.
Laras menghentikan sejenak aktifitas nya menata meja makan, memandang ke lantai atas kearah ruang kerja suaminya. Berharap suaminya tidak mengucapkan kalimat yang tidak perlu diucapkan ke gadis itu.
"Rea sudah sangat kesepian selama ini, jangan sampai Mas Andi menambahi beban kesedihan anak itu dengan mengatakan hal yang tidak perlu dia tau sekarang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
March Cell
cerita yg dramatis,seru sih hubungan yg kurang di setujui
2023-07-25
0
Abie Mas
rAhasoa
2023-01-25
0
dewi
rea bukan enak papanya
2022-06-07
0