Di sebuah pemukiman kumuh Kota S bagian utara, berdirilah rumah kecil yang sekaligus dijadikan bar mini sederhana.
Rumah itu sebenarnya butuh perbaikan karena sudah banyak yang lapuk di bagian-bagiannya.
Ada seorang gadis berambut panjang dengan mata nya yang indah, bulu matanya yang lebat, alisnya yang panjang dan lentur, serta kulit wajah yang selembut bayi.
Bibir nya kenyal berisi namun sedikit tipis, tanpa dipoles dengan warna warni lipstik tetap ranum berwarna pink kemerahan, bibir yang mungil itu sedang menghafal beberapa perkalian yang di ajarkan oleh Brian, gurunya yang tampan.
Daisy menghafalnya sembari mencuci gelas-gelas kotor yang yang telah di pakai oleh para pelanggan bar.
"Daisy, selesaikan cucian gelas-gelas itu jangan ada kesalahan, jika kau memecahkan satu saja aku akan memukulmu! Hari ini aku harus pergi ke kota untuk belanja!" Kata Samantha berlalu meninggalkan Daisy sendiri dengan tumpukan gelas dan piring kotor.
Daisy hanya mengangguk pelan, ia mengerti tidak ada istirahat baginya, tidak ada makanan setelah ia menyelesaikan semua pekerjaannya.
Daisy tidak memiliki seorang teman karena tak pernah diijinkan keluar jauh dari rumah, ia hanya boleh keluar sejauh beberapa meter dari rumahnya, itu pun hanya sekedar untuk mengantar pesanan bir pada para pelanggan.
Daisy menyesal telah menawarkan dirinya untuk bekerja dan tinggal di rumah Samantha bahkan kini menurutnya, tidur di jalanan jauh lebih baik, berebut makanan dengan anjing pun jauh lebih menarik. Daisy seolah terperangkap dalam sangkar menyeram kan yang sudah mengurungnya bertahun-tahun.
Terkadang ia menangis tak berdaya namun terkadang ia ingin sekali melarikan diri namun ia tidak pernah memiliki kesempatan karena semua yang ada di wilayah itu saling bekerja sama.
Tiba-tiba Tuan Geraldo datang bahkan belum genap seminggu, baru kemrin dia datang dan sekarang ia ingin menagih janjinya, mereka datang dengan kegaduhan dan membuat keributan di dalam Bar.
"Samantha...." Panggil Geraldo dengan santai.
Yaron kemudian membersihkan tempat duduk untuk Geraldo.
Saat itu Ansell masih tidur karena dia sedang libur kerja. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi.
Mendengar kegaduhan di bar, Ansell merasa tidur nya terganggu, dia ingin memaki siapa yang telah mengganggunya.
Ketika melihat Geraldo nyalinya berubah menjadi ciut, ia seperti ulat yang menggulung tubuhnya.
"Tuan Geraldo, apa yang bisa saya bantu."
Ansell meremas kedua tangannya.
"Sialan! Ini belum ada seminggu kenapa dia sudah datang lagi, bukankah perjanjiannya seminggu."
Dalam hati Ansell memaki, ia kesal, Geraldo selalu ingkar dengan ucapannya, pria tua bangka yang seenaknya sendiri.
"Apa kau tahu persyaratan apa yang sudah aku berikan pada ibumu?" Geraldo mengambil cerutu dan mengisyaratkan Yaron untuk memantikkan api.
Pria tua tua itu kemudian menghisap cerutunya, menikmati hisapan demi hisapan sembari memejamkan matanya kemudian melihat Ansell dan tergiur pada kecantikan Ansell, apalagi saat itu Ansell hanya memakai tangtop dan hotpant.
"Maafkan saya tuan, saya tidak mengerti perjanjian apa..." Kata Ansell gemetar.
"Apa ibumu sudah memutuskan siapa yang akan ku bawa menjadi istriku yang berikutnya? Kau atau si pelayan cantik itu?" Kata Geraldo.
Ansell tidak bisa menjawabnya, hingga keadaan hening beberapa menit.
"Bawa dia Yaron." Kata Geraldo kemudian.
"Tidak... Tidak... Anda salah, kami sudah memutuskan, bahwa anda boleh membawa pengemis itu... Maaf, maksud saya pelayan itu, Daisy... Ya... Daisy." Jawab Ansell menahan tangan Yaron dengan ketakutan.
Geraldo tersenyum, ia memang sudah tidak sabar ingin membawa Daisy bersamanya, menjadikannya istri ke empatnya.
Sudah sangat lama Geraldo memperhatikan Daisy namun gadis itu masih terlalu muda, sekarang adalah waktu yang tepat untuk membawa Daisy bersamanya.
"Cari gadis itu dan bawa bersama kita." Dengan suara tenang Geraldo memerintahkan anak buahnya.
Daisy yang saat itu sedang mencuci gelas dan juga piring di dapur, terkejut tiba-tiba tangannya ditarik tangan-tangan kekar dengan kasar dan secara paksa mereka menyeret Daisy keluar.
"Ada apa ini! Aaahhh... Tu-tuan Yaron lepaskan saya....!!!" Teriak Daisy.
Daisy tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Namun, yang Daisy tahu Geraldo selalu menginginkannya untuk di jadikan istri ke empat.
"Tidak... Tidak... Tidakkk... Saya tidak mau, lepaskan saya.. Lepaskanlah saya, saya mohon tuan Yaron..."
Sambil menangis Daisy memohon namun Yaron tetap menyeret nya untuk di bawa kepada Geraldo.
Saat berhadapan dengan Geraldo, Daisy bersujud memohon untuk dilepaskan bahkan dia meminta Ansell untuk membantunya namun Ansell lah yang justru memberikan Daisy pada Geraldo.
"Ansell aku mohon bantulah dan selamatkan aku, aku akan menuruti semua kemauanmu." Daisy bolak balik, serta mondar mandir meminta pengasihan kepada Ansell dan juga Geraldo agar mereka melepaskannya.
Saat itu Samantha yang sudah lumayan jauh dari rumahnya, ia teringat jika melupakan sesuatu, ternyata dia melupakan dompetnya yang dia taruh diatas meja makan dapur saat sedang memakai jaket
"Untung lah aku ingat, belum terlalu jauh, aku akan mengambilnya, bagaimana aku bisa belanja tanpa membawa uang, sebelum malam aku harus cepat."
Katanya sembari memutar balik motor matic bututnya untuk kembali pulang.
Setibanya di rumah wanita paruh baya itu terkejut melihat Daisy bersujud dan menangis di hadapan kaki Geraldo.
"Ya tuhan, ini belum ada seminggu, kenapa Geraldo datang. Ah... Pria tua bangka itu selalu tidak pernah menepati lidahnya sendiri, jangan sampai Ansell anakku di bawa, dia sedang tidur!" Ujar Samantha dalam kepanikan.
Namun melihat Daisy menangis dan bersujud mungkin saja Ansell sudah memberikan Daisy pada Geraldo.
"Baguslah, kerja bagus Ansell, hutang-hutangku bisa lunas dengan menjual Daisy, tanpa aku bersusah payah mencari uang." Kata Samantha.
"Yaahh, setidaknya usahaku selama ini tidak sia-sia, memberinya makan dan tempat tinggal, lagi pula daripada mempekerjakannya sebagai pelayan di bar dia lebih berguna jika di jual pada Geraldo sebagai penebus hutang-hutangku."
Samantha berlari tergopoh-gopoh kemudian memeluk Ansell anak semata wayangnya.
"Nyonya, katakan pada tuan Geraldo jika anda akan melunasi hutang-hutangnya, saya akan membantu anda."
"Sampai kapan hutangku bisa lunas, nominalnya sudah teramat banyak dan hanya ini jalan satu-satunya, terimalah nasibmu, lagi pula tuan Geraldo adalah pria kaya dan pemimpin kota S di wilayah utara kau tidak akan kekurangan uang. Kau juga tidak memiliki keluarga Daisy, Tuan Geraldo akan menjadi keluargamu dan suamimu." Kata Samantha enteng.
Samantha memang sudah lama ingin mengusir Daisy namun ia masih memiliki akal sehat lebih tepatnya Daisy pasti akan bermanfaat suatu hari nanti, ia tidak ingin merasa rugi karena telah memberikan tempat tinggal dan makanan padanya.
Entah mengapa Samantha sangat membenci Daisy, mungkin karena Ansell anaknya selalu merasa kalah cantik dari Daisy dan selalu membentak-bentak Samantha karena setiap pelanggan yang datang selalu saja memuji kecantikan Daisy.
"Bawalah dia tuang Geraldo, sebagai penebus hutang-hutangku." Kata Samantha.
"Baiklah, kau memilih keputusan yang sangat tepat, sudah lama aku menginginkan Daisy. Aku anggap semua hutang-hutangmu sudah lunas."
Semua orang di pemukiman itu melihat dan memperhatikan, seolah itu adalah pertunjukan yang seru bagaimana Daisy di bawa oleh Yaron dan juga Geraldo. Bagaimana Daisy di jual oleh Samantha pada Geraldo.
Namun, hidup memang keras, mereka memilih untuk diam dan tidak ikut campur.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Azahraazura
hubungan darah g ada maen jual jual aje
2021-12-29
0
z੩ckุ
Up
2021-12-25
0
Ali Ghani
next
2021-12-25
0