Kota S
"Hay gadisku yang cantik, berikan kami minuman dan camilan, sebentar lagi kau pasti akan menjadi istri ke empatku dan kau pasti akan sangat bangga menjadi istri pemimpin daerah kota S."
Seorang pria tua mesum menggoda pelayan bar kecil yang ada di tengah pemukiman kumuh. Pria tua itu adalah ketua preman yang sering meminta dan memalak uang para pedagang.
Dan pria tua itu pula yang selalu memberikan sejumlah uang sebagai pinjaman dengan bunga yang tinggi.
Lalu selama para pedagang dan masyarakat hidup di wilayah kekuasaannya, semua harus mengikuti aturan yang dia buat.
"Maaf tuan Geraldo, saya harus bekerja, ada banyak cucian piring serta gelas di dalam."
Gadis itu berusaha keras menarik tangannya kembali, dari cengkraman tangan Geraldo kemudian ia berlari dan masuk ke dalam rumah, bersembunyi di dalam kamarnya.
Bar mini itu memang menyatu dengan rumah yang sedikit reyot.
"Hm... Jadi, kau tidak mau menemaniku. Kau berani denganku."
Geraldo kemudian mencium tangannya yang telah ia gunakan mencengkram gadis itu dengan menutup mata.
"Wangi perawan yang cantik." Kata Geraldo.
Pria tua itu kemudian sadar dan memanggil pengawal setianya dengan menjentikkan jarinya.
"Yaron, panggil wanita tua itu kemari." Perintah Geraldo dengan suara yang datar dan santai sembari menyesap cerutunya.
Yaron adalah tangan kanan Geraldo, dia kasar, kejam, dan sangat keji.
Kemudian Yaron menggeledah masuk ke dalam rumah kecil yang sudah reyot tersebut dan tak berapa lama ia keluar dengan menyeret seorang wanita paruh baya.
Yaron mencengkram rambut wanita paruh baya itu dan melemparkan wanita itu hingga duduk di lantai, tubuhnya gemetar di samping kaki Geraldo yang sedang menyesap cerutunya kuat-kuat. Leher pria tua itu yang sudah mulai keriput terlihat naik dan turun.
"Kau mau sembunyi di mana wanita tua..."
Suara Geraldo pelan namun mengerikan, dengan menghisap rokoknya, ia menatap ke atas menikmati setiap hisapannya dari cerutunya.
"Jadi kapan kau akan melunasi hutang-hutangmu yang sudah setinggi gunung itu? Apa kau mulai pikun Samantha?" Kata Geraldo sembari sesekali menyantap makanan yang sudah ada di atas mejanya.
"Ma.. Maafkan saya tuan Geraldo, saya belum bisa membayarnya. Saya masih perlu waktu, tapi sa-saya janji akan melunasi semuanya, Ansell putriku su-sudah mendapatkan pekerjaan, setiap bulan gaji yang dia terima akan saya berikan kepada tuan Geraldo untuk melunasi hutang saya."
Samantha berbicara terbata bata karena ketakutannya sembari duduk tertunduk, tidak berani menatap mata Geraldo.
"Waktu mu satu minggu Samantha, untuk melunasi hutang-hutangmu, jika kau masih tidak dapat melunasinya gadis pelayan itu atau putrimu yang akan menjadi gantinya, kau harus pikirkan baik-baik, dan semua hutangmu akan ku anggap lunas. Minggu depan aku datang, persiapkan mana yang kau pilih."
Seketika Samantha terkejut, ia reflek mengangkat wajahnya menatap Geraldo yang sudah berdiri. Pria tua itu hanya menatap nya dengan angkuh, kemudian pergi meninggalkan bar mini milik Samantha dengan Yaron dan anak buahnya.
"Daisy!!!" Teriak Samantha dengan kekesalan yang memuncak di ubun-ubunnya. Wanita paruh baya itu kemudian berdiri dengan tergopoh.
Namun Daisy tidak kunjung keluar Samantha pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Daisy, ia membuka pintu dengan sangat kasar hingga membuat suara yang cukup keras.
"Enak sekali kau bersembunyi di sini! Kau bahkan tidak bisa menyenangkan Tuan Geraldo, aku sudah berbaik hati memberimu pekerjaan dan tempat tinggal, tapi begini balasanmu padaku!"
Samantha menarik rambut panjang Daisy, mencengkram kuat dan meremasnya hingga terlihat wajah Samantha sangat kesal, geram dan marah hingga menggeram.
"Aaakk... Aaakkk. Sakit tolong lepaskan Nyonya." Kata Daisy memohon.
Bar mini memang menjadi satu dengan rumah yang di tinggali oleh Samantha serta anaknya. Rumah itu hanya berukuran kecil, tiga kamar tidur berukuran sempit serta dapur. Sedangkan ruangan depan dijadikan bar mini untuk mencari penghasilan.
Beberapa menit berlalu Samantha masih melampiaskan amarahnya kepada Daisy.
"Aku akan mengurungmu disini! Jangan harap kau bisa makan!!" Samantha pun mengunci kamar Daisy.
"Ampun Nyonya. Maafkan saya. Ampuni saya. Jangan hukum saya." Kata Daisy memohon dan berlutut.
Namun rintihan serta permohonannya sama sekali tidak di hiraukan, Daisy menangis dan memukul-mukul pintu yang sudah dikunci dari luar oleh Samantha, ia memukuli pintu dengan telapak tangannya, dan duduk bersimpuh.
Daisy kini berusia 20 tahun ia adalah gadis yatim piatu, sejak kecil ia hidup di jalanan dan mengemis.
Ketika itu Daisy menawarkan diri di Bar mini milik Samantha, dan akhirnya wanita itu mengijinkan Daisy untuk tinggal menjadi pelayan bar miliknya dengan memberikannya upah tempat tinggal serta makanan.
Sejak kecil Daisy tidak pernah tahu ia berada di mana, ia hanya berjalan dan terus berjalan, tidur di jalanan atau di bangunan terbengkalai.
Hingga saat ini Daisy masih tidak memiliki tujuan selain tempatnya singgah sekarang.
Meski Daisy tidak pernah bersekolah namun setiap kali Samantha pergi ke kota untuk berbelanja keperluan-keperluan rumah atau keperluan bar mini nya, saat itulah waktu yang tepat untuk Daisy secara diam-diam pergi menemui Brian.
Brian adalah pemuda di pemukiman itu sekaligus ia mengajari anak-anak membaca layaknya seorang guru.
Sekolah itu begitu sederhana bukan seperti sekolah-sekolah pada umumnya, hanya sekolah dengan bangunan kecil yang reyot.
Daisy ingin belajar meski hanya sekedar bisa membaca, menulis, dan berhitung, untuk itulah Daisy menemui Brian secara pribadi, ia tidak ingin orang tahu dan melaporkan pada Samantha.
Apalagi, bagi Daisy Brian adalah pemuda yang cukup tampan, dan bagi Daisy pula, Brian adalah pria tertampan di pemukiman itu.
Krieettt Ceklek!
Terdengar suara pintu dibuka.
"Ibu.. Ibu...! Aku sangat lapar siapkan makanan untukku!"
Ansell, baru saja pulang dari bekerja. Wanita muda yang seksi dan berparas cantik, serta wanita yang berani, ia juga sangat liar, bahkan ia memanggil ibunya dengan sangat kasar.
Dan kini ia meringkuk dikamarnya, menutup mata karena merasa lelah.
"Lelah sekali hari ini, pekerjaan itu membuatku bosan, kapan aku bisa kaya jika hanya bekerja sebagai pelayan hotel, sial sekali hidupku !!" Gumamnya lirih.
"Iya.. Iya.. Anakku akan ibu siapkan." Teriak Samantha dari arah dapur.
Sambil tergopoh-gopoh Samantha menyiapkan makanan untuk anak perempuan satu-satunya.
Dan dengan tergesa-gesa pula Samantha membawakan makanan itu ke kamar anaknya, dia takut anak nya akan marah. Selagi anaknya sedang makan, Samantha memberitahukan tentang Geraldo yang menginginkan pertukaran tentang menjadi penebus hutang-hutangnya.
"Ansell, apa kau sudah mendapakatkan gaji untuk bulan ini? Pagi tadi Tuan Gerald datang, katanya kita di berikan waktu satu minggu untuk melunasi hutang-hutang kita, tapi Tuan Geraldo berkata hutang kita akan lunas jika kau atau Daisy menjadi istrinya bagaiman....."
Sebelum Samantha meneruskan kalimatnya, Ansell tersedak makanan dan terbatuk batuk.
"Apa?! Apa kau tidak waras! Kau mau menyerahkan ku pada si tua bangka itu!"
"Tapi setidaknya, dia kaya raya dan pemimpin kota S, kau akan tercukupi."
"Meskipun aku menginginkan pria kaya, tapi aku tidak akan menikahi pria tua bangka mesum itu ibu! Bagaiamana jika kita serahkan Daisy saja, dan kita minta tambah uang?" Kata Ansell menggendikan alisnya.
Samantha kemudian tersenyum pertanda bahwa ia setuju dengan ide anak perempuannya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Kecanduan Baca Novel
Ibu sama anak, sama gilanya...😏
2022-05-11
0
Azahraazura
hii bangkotan tuaa
2021-12-29
0
Chaca Veikha
up
2021-12-15
0