Karina tertidur begitu sampai di apartemen. Bisma bahkan menggendongnya untuk naik dan meletakkannya di atas ranjang dengan hati-hati. Karina tidur sangat pulas hingga tidak menyadari ia telah dibawa naik oleh Bisma.
Menjelang sore ia baru bangun dari tidurnya. “Eh kok aku bisa ada di sini?” Gumam Karina heran saat mendapati dia bangun di atas ranjang dengan nyaman.
“Ah pasti Bisma yang melakukannya.” Putusnya.
“Itu artinya Bisma menggendongku hingga sampai di sini? Memalukan sekali! Aku pasti berat.” Karina menutup kedua matanya dengan tangan. Ia tidak menyangka jika Bisma mau melakukan hal itu untuknya. Ia jadi berpikir, Bisma ternyata sangat kuat!
Menghilangkan segala pikirannya yang mulai traveling, Karina segera masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan dirinya. Setelah berkeliling seharian ia merasa tubuhnya sangat lelah.
Setelah badannya segar, Karina keluar dari kamar dengan pakaian santai yang entah disiapkan oleh siapa di lemari yang tiba-tiba ada di kamarnya.
“Nak Karina, tadi orang suruhan tuan Bisma mengantarkan lemari dan juga isinya saya yang memilih nya untuk nak Karina. Saya juga sudah menata semuanya di dalam. Apakah masih ada yang kurang? Apa pilihan saya kurang sesuai?” bi Eni segera menghampiri Karina saat wanita itu baru saja keluar dari kamar.
“Tidak ada bi. Terima kasih banyak ya. Lihatlah pakaian ini sangat pas di badan. Ini terasa sangat nyaman.” Karina memutar badannya. Menunjukkan pakaian rumahan baru yang ia kenakan.
“Bagus kalau begitu.” Bi Eni mengangguk puas. Tadi setelah ia melapor pada Bisma, laki-laki itu memberinya perintah untuk membelikan pakaian untuk digunakan Karina.
Bi Eni sudah memiliki anak, jadi dia pasti tahu apa yang dibutuhkan oleh ibu hamil pada umumnya. Jadi Bisma secara khusus meminta bi Eni untuk melakukannya.
“Tuan Bisma tadi memberitahu jika nak Karina akan makan malam di luar. Untuk mengganjal perut, apakah ada yang nak Karina ingin makan saat ini?”
“Umm... Bisakah bibi kupaskan aku beberapa buah?”
“Baik nak Karina.”
“Terima kasih bi Eni.” Bi Eni mengangguk dan berlaku ke dapur. Karina berjalan santai ke depan televisi. Merebahkan dirinya di atas sofa dengan nyaman.
Ting tong...
“Biarkan aku saja yang membuka bi.” Teriak Karina saat melihat bi Eni yang hendak mencuci tangannya.
Karina segera bangun dan membuka pintu apartemen nya. Di balik pintu, ia melihat wanita muda yang tidak asing lagi untuknya.
“Hai Karina. Boleh aku masuk?”
“Tentu saja Nara. Masuklah.” Nara tersenyum dan masuk ke dalam apartemen. Karina mempersilahkan Nara untuk duduk.
“Um... Nara, maafkan aku. Kamu pasti kecewa padaku kan?” Ucap Karina canggung.
“Tidak! Untuk apa aku kecewa padamu?” Nara memperhatikan Karina yang menundukkan kepalanya.
“Mama sudah menceritakan apa yang terjadi padamu dan kakakku. Aku sungguh minta maaf Karina.” Nara memegang tangan Karina dengan erat.
“Kamu tidak salah. Mengapa minta maaf?”
“Jika saja kita tidak saling mengenal kamu pasti tidak akan mengalami hal ini. Kakakku bisa melakukan itu karena tahu kamu adalah temanku.” Ucap Nara dengan rasa bersalah.
“Nara, semua yang terjadi telah digariskan oleh takdir. Aku bertemu denganmu atau tidak, jika memang aku sudah ditakdirkan bertemu dengan Bisma saat itu aku juga tidak bisa mengelak.”
“Tapi aku benar-benar merasa bersalah padamu.”
“Kamu orang yang baik Nara. Tidak ada yang perlu dimaafkan.”
“Kakakku itu, meskipun terlihat kaku dan dingin, sebenarnya dia adalah orang yang baik. Dia adalah laki-laki yang penuh perhatian dan hangat.”
Karina setuju dengan perkataan Nara kali ini. Meskipun Bisma memang terlihat dingin dan cuek, setelah beberapa hari ini ia mengenalnya lebih jauh, Bisma jadi terlihat seperti orang yang benar-benar lain di depannya.
“Jadi kamu datang untuk memuji kakakmu?” Karina terkekeh. Ia ingat betul bagaimana dulu Nara sering mengeluh tentang Bisma padanya.
“Tidak-tidak. Aku kesini untuk memberimu selamat. Selamat kamu akan mempunyai bayi.” Nara mengelus perut rata Karina.
“Um. Terima kasih Nara. Aku tidak menyangka akan hamil secepat ini.”
“Kamu memang beruntung. Aku saja menikah selama dua tahun baru bisa hamil. Tapi kamu...CK ck ck...baru pertama kali melakukan langsung jadi saja.” Karina tersipu malu. Ia bahkan masih tidak menyangka hal itu memang terjadi padanya.
“Karina, aku senang kamu yang akan menjadi kakak iparku. Kamu adalah gadis yang baik. Kakakku sangat beruntung mendapatkan istri seperti mu.”
“Jangan memujiku terlalu tinggi. Kalau aku tiba-tiba meletus bagaimana?” Karina terkekeh.
“Kak Bisma belum pernah pacaran. Setahuku ia juga belum pernah mencintai seorang gadis pun. Awalnya aku curiga jika ia bengkok. Tapi saat mendengar kamu dihamili oleh kakakku itu, aku benar-benar salut padanya. Ia benar-benar pintar memilih meskipun dalam pengaruh obat.”
“Kamu ini sebenarnya ingin memuji apa mengolok?” tanya Karina heran.
“Aku melihat kak Bisma itu rasa nano nano. Satu sisi ingin memuji, tetapi sisi yang lain selalu mencari celah untuk mengejeknya. Hehehe.”
“Dasar. Oh ya. Aku tadi meminta bi Eni untuk mengupayakan buah. Apa kamu mau juga?” Nara mengangguk senang.
Karin segera masuk dan mengambil buah yang ia maksud. Saat ia hendak membawa sendiri nampan berisi buah dan juga dua gelas minuman, bi Eni melarang nya dan memaksa Karina untuk membiarkannya membantu membawakan.
“Lihatlah Nara, aku seperti pesakitan di sini. Kakakmu itu benar-benar tidak mengizinkanku melakukan apapun.” Karina mendengus kesal. Ia mengadu pada Nara. Namun Nara justru berbinar senang mendengar gerutuan Karina.
“Bukankah itu bagus? Itu artinya kakakku peduli padamu.” Ucap Nara serius. Ia mengunyah potongan mangga sebelum kembali berbicara. “Kakakku itu sangat jarang peduli pada orang lain. Jadi jika dia peduli padamu itu adalah tanda yang sangat bagus untuk hubungan kalian.”
“Ini...hubungan di antara kami Sepertinya akan sulit.”
“Sulit apa? Kalian masih belum mencoba. Aku tahu kamu dan kak Bisma tidak, bukan maksudku belum saling mencintai. Tapi bukan berarti kalian tidak akan saling mencintai kan?” Karina merenungkan kata-kata Nara. Selama ini ia terlalu sibuk dengan masalah pribadinya. Jadi ia juga tidak pernah memikirkan hal semacam cinta ini sebelumnya.
Jadi, dari sisi ini baik dia dan Bisma sama-sama belum berpengalaman dalam hal cinta.
“Setidaknya demi anak kalian, kamu harus mencoba menerima dan mencintai kakakku.”
“Aku tahu. Aku berjanji akan berusaha.”
“Itu bagus. Aku sangat sedih saat mendengar rencana konyol kalian dari mama. Itulah mengapa aku tidak sabar untuk menemuimu.”
“Maaf telah membuatmu cemas.”
“Tidak apa-apa. Lain kali jika ada hal penting seperti ini jangan ragu-ragu untuk bercerita padaku. Jangan sampai hal semacam ini terulang lagi. Ngomong-ngomong aku masih marah Karena kamu tidak bercerita padaku.” Nara mengubah wajahnya menjadi masam. Ia menekuk wajahnya dengan sempurna.
“Maafkan aku Nara. Aku sangat malu. Awalnya aku ingin melupakan semuanya dan menganggap semuanya g terjadi hanyalah sebuah kecelakaan dan takdir yang harus aku alami. Tidak sangka ternyata dia hadir di sini.” Ucap Karina jujur. Ia mengelus perutnya.
“Hemp. Baiklah aku akan memaafkanmu. Tapi lain kali jika ada masalah, jangan disimpan sendiri. Kamu harus ingat masih ada aku yang akan membantu sebisaku.”
“Terima kasih Nara.” Karina memeluk Nara dengan erat.
*
*
*
Terima kasih sudah mampir 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sulit atau gak itu tergantung kita yg menjalani,akan kita anggap sebagai apa pernikahan kita.Kalo.kita menerima dan menjalani nya dgn ikhlas,maka kita akan bahagia dan pernikahan kita akan bertahan..
2025-02-26
0
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah kalo emang Bisma kayak gitu,Aku g suka aja yg jenis Teh Celup..
2025-02-26
0
Qaisaa Nazarudin
Sahabat yang benar2 tulus,gak mandang kedudukan.. Good Nara..
2025-02-26
0